Sabtu, 16 Februari 2013

Menanti Jakarta Baru

Gubernur DKI Jakarta Jokowi baru saja mengganti 20 bawahannya, huhui... Sesuatu yang mengagetkan, karena menurut para pengamat hal semacam ini jarang pada masa-masa sebelumnya. Sementara bagi saya sangat menyenangkan, karena selama ini saya selalu berdoa agar pergantian pemimpin di negri ini menjadi sesuatu yang lumrah; pada kurun waktu tertentu ketika pemimpi dianggap gagal harus diganti segera, kecuali ada bencana hebat yang membuat seluruh warga meninggal bolehlah yang jelek bertahan (mau diganti siapa, yang lain pada mati).



Salah satu yang diganti dan memunculkan banyak pertanyaan adalah dipindahtugaskannya Walikota Jakarta Selatan. Saya yang tinggal di Jakarta Selatan menduga pemindahan ini ada kaitannya dengan kunjungan Gubernur ke Terminal Blok M beberapa waktu lalu yang sangat semrawut. Entah Gubernur pernah ke Pasar Minggu atau belum, andai beliau ke Pasar Minggu pasti juga geleng-geleng kepala, karena seperti di foto pertama para pedagang kaki lima benar-benar tak tertata.

Mutasi besar ini semoga mendapat dukungan dari warga, dan warga ikut mengawasi kinerja aparatnya. Karena gubernur baru selama bertugas telah menunjukkan etos kerja yang luar biasa. Dalam kurun waktu empat bulan telah banyak yang dilakukannya, semoga tak ada persekongkolan dan penjegalan dari para bawahan yang merasa terancam.

Jakarta tak dipungkiri sangat butuh penataan. Sebagai ibukota negara kondisinya bisa dibilang tidak layak huni. Saya sendiri merasa sudah sakit jiwa tinggal lama di dalamnya dan ingin segera meninggalkannya. Pembangunan asal-asalan, fasilitas umum tak terawat dan prilaku warganya sulit untuk dinalar. Pada foto kedua lihat saja, trotoar di Jalan Matraman itu didandani pada masa gubernur lama yang entah kenapa dibiarkan begitu saja tanpa perapian kembali. Syukurlah Kepala Dinas Pekerjaan Umum pun telah diganti.

Saya sedang menunggu enam bulan yang akan datang, semoga ada pergantian lagi, bila perlu bukan 20 puluh tapi 200 lurah. Setidaknya kalau saya nanti tak tinggal lagi di Jakarta, saya bisa kangen karena Jakarta telah layak huni.

8 komentar:

zachflazz mengatakan...

revolusi di jakarta memang perlu. ini gara-gara kebanyakan berhala disini kali ya.. haha.. nggak hanya di jakarta Kang, di seluruh Indonesia ini perlu orang2 baru yang tau dosa, biar ngurusnya bener. kalo orangnya masih itu2 aja, sampai kapanpun juga bakalan nelangsa negeri ini.

Claude C Kenni mengatakan...

Kalo mau memperbaiki Indonesia, memang harus mulai dari akar2nya sekalian...semoga ke depannya jakarta makin baik ya...

Anonim mengatakan...

aku tetap blm terkesan dgn kinerja jokowi

Muhammad A Vip mengatakan...

zach: semua warga negri ini saya yakin tahu dosa, masalahnya adalah mereka mengabaikannya
Claude:akar apa tuh?
Mas Kholiq:tunggu ya
Rio:ada orang yang hatinya keras dan hatinya lembut di dunia ini sobat, santai saja

catatan kecilku mengatakan...

Aku dulu pernah ditawari pekerjaan di Jakarta tapi karena ingat kesemrawutan Jakarta makanya aku terpaksa menolak pekerjaan itu. Aku pilih tinggal di kotaku yang tenang dan nyaman aja deh hehehe

the others mengatakan...

Sudah berapa lama tinggal di Jakarta ? Sudah ngerasain banjir ? hehehe...

Dihas Enrico mengatakan...

kalo para masyarakat mendukung dan para pemimpinnya ini mau merakyat kayakanya Jakarta yg macet, banjir, dan kotor tdk akan terdengar lagi....

BlogS of Hariyanto mengatakan...

jokowi memang selalu bikin suprise...setelah melakukan blusukan..yang akhirnya diikutin oleh para calon kandidat bupati atau gubernur yang menclonkan diri di daerah lain hingga presiden SBY juga mencontohnya...lalu tiba-tiba mengganti pejabatnya yang tak becus bekerja...oke dech kita tunggu gebrakan baru Jokowi lagi yang semoga bisa membuat Jakarta menjadi lebih baik dari sebelumnya... :-)