Selasa, 23 Juli 2013

Buka Puasa: Kini, Dulu, Kini


Bulan Romadlon sudah sampai di pertengahan, sungguh tak terasa. Rasanya baru sehari dua hari, tak tahunya semalam sudah pada ribut soal bulan purnama. Ya, hari ini ada yang sudah puasa lima belas hari walau mayoritas muslim Indonesia baru berpuasa empat belas hari. Semoga lebarannya bareng.


Lima belas hari atau empat belas hari tidak jadi pikiran buat saya, yang justru jadi pikiran adalah kenapa sampai sekarang belum juga ada yang ngundang buka puasa bersama dengan teman-teman lama. Dulu ada saja acara buka puasa bersama, kini pekerjaan membuat diri seperti budak yang tidak bisa menentukan waktu untuk bersenang-senang. Bahkan buka puasa di masjid pun kini jadi kerinduan.

Buka puasa bersama memang acara yang menyenangkan, nunggu beduk maghrib dengan suatu acara lalu makan ramai-ramai. Buka puasa di masjid juga tak kalah asyik, apalagi kalau di masjid perkampungan suasananya lebih kekeluargaan, tidak seperti di Masjid Istiqlal yang kesannya seperti korban pengungsian yang lagi nunggu jatah makan. Yang menghibur dalam keramaian buka puasa di masjid tentu saja anak-anak, mereka meski sering menjengkelkan tapi tetap saja merupakan sesuatu yang penting keberadaannya, karena dalam suasana semacam itu orang tua punya kesempatan mendidik mereka dengan lelaku.

Buka puasa atau makan bersama pasti sesuatu yang menyenangkan juga bagi anak-anak, saya yang dulu saat anak-anak tidak mengalami buka bersama di masjid jelas terbawa pada pengandaian ke masa lalu. Ya, dulu acara buka bersama di masjid di desa saya di daerah Brebes bukan tradisi. Sekarang mungkin buka di masjid sudah umum di kota maupun di desa, tapi saat kecil setiap keluarga pasti buka puasa di rumah masing-masing.

Yang teringat terus sampai sekarang, dulu waktu kecil saat menunggu maghrib biasanya kita nongkrong di dekat masjid. Duduk-duduk sembari ngobrol menjelang magrib di pinggir jalan jadi kebiasaan sampai kemudian ada bunyi sirine dari speker masjid dan kita langsung berlarian menuju rumah masing-masing. Kini bunyi sirine sudah tak ada lagi dan anak-anak nunggu maghrib di pinggir jalan juga tak ada. Sekarang hampir semua orang menunggu maghrib di depan tivi.

Lalu bagaimana dengan masa depan? Mungkin perlu digagas buka puasa bersama secara online. Kita hangout bareng sambil  makan saat waktu berbuka, lalu dilanjutkan dengan sholat berjamaah online. Kayaknya asyik ini.

11 komentar:

HP Yitno mengatakan...

Di tempatku masih menggunakan sirine. Cuma untuk buka bersama di masjid hanya sekali saja. Hari-hari lainnya ya di rumah.

Nggak ada sholat berjamaah online sob.

Jos Bloko mengatakan...

Gimana tuh merealisasikan buka puasa dan sholat berjamaah secara online. Terus hukumnya gimana? Kan lain wilayah berbeda waktunya.

Dihas Enrico mengatakan...

di balikpapan juga masih pake sirine walaupun berbukanya kalo aq tetep saja menunggu adzan magrib....
:)

alkatro mengatakan...

takjil entar sore apa mas,masih ada tape lagi nggak? :D

Anonim mengatakan...

Masa kecil ane nggak ada yang namanya nongkrong. Cuma serunya kalau mau tarawih. Bawa obor sob. Soalnya listrik belum masuk desa :-)

Fajar mengatakan...

aseek.. mau diundang buka puasa nih..he.he..

Muhammad A Vip mengatakan...

Yitno: nggak ada ya, haha
Jos Bloko:kadang sesuatu sulit dipahami ketika waktunya belum tiba, jadi soal hukum belum ditetapkan karena belum terjadi hihi
Dihas:kalo buka nunggu ada adzan bisa telat, karena muadzinnya buka duluan
alkatro:tapene wis entek
websitemini:wah, beda kekuasaan kita
fajar:online

the others mengatakan...

Hadeeehhh... kenapa tulisannya jadi kecil2 amat? Susah bener aku bacanya, Mas.

catatan kecilku mengatakan...

Setiap hari... aku menunggu sirine tanda buka puasa. Baru setelah itu diikuti suara bedug maghrib. :D

attayaya mengatakan...

buka puasa online
hahahaha mari kita ngemil tuts keyboard

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

Wah mas suka ke istiqlal yah?