Sabtu, 26 Oktober 2013

Topeng Monyet Bertopeng Monyet

Sepertinya gara-gara Jakarta Animal Aid Network sehingga kini nasib tukang Topeng Monyet di Jakarta jadi tak menentu. Tukang topeng monyet sekarang pasti sulit ditemui karena Pemprov DKI sedang giat melakukan razia, entah yang dirazia tukang topeng monyetnya atau monyetnya, yang jelas sudah banyak yang dikandangi--monyetnya. Ada ganti uang sebesar satu juta rupiah untuk monyet yang ditangkap, tapi sepertinya bermain-main dengan monyet apalagi tak sekedar senang tapi dapat penghidupan membuat para pengusaha topeng monyet tak membiarkan begitu saja razia itu berlangsung. Ada yang pasrah banyak yang melawan.


Kata Jokowi kasihan monyetnya. Ya, monyet yang kecil itu disuruh cari duit pasti membuat mereka yang peduli pada kehidupan monyet merasa tak rela. Sebagaimana mereka yang peduli pada anak-anak selalu protes ketika ada ribut-ribut soal tenaga kerja anak-anak. Makanya monyet-monyet itu akan di-Ragunan-kan untuk dijadikan tontonan. Dan anehnya yang menonton juga bayar yang artinya untuk cari duit juga.

Monyet dijadikan alat untuk mencari duit diprotes lalu dilarang. Apakah nanti akan ada larangan lagi untuk delman, alasannya sama menyiksa kuda. Apalagi kuda penarik delman tak sekedar menarik beban berat, namun juga dicambuki. Lalu berikutnya kerbau atau sapi yang dikalangan petani tradisional yang kita tahu selama ini digunakan untuk membajak sawah. Yang seru sepertinya kalau ada larangan Karapan Sapi di Madura, kita tunggu saja.

Tapi saya menduga ada peran politikus kita di parlemen sana. Mereka yang merasa sebagai manusia terhormat sepertinya ada yang tersinggung atau tepatnya khawatir. Karena atraksi topeng monyet biasanya menampilkan adegan monyet memperagakan tingkah laku manusia, seperti: jadi pembalap, jadi penarik gerobak, jadi PRT belanja ke pasar dan sebagainya. Jangan-jangan mereka khawatir kalau ada adegan monyet berjas dan berdasi yang bergaya seperti caleg lagi cari masa. Sangat mungkin ada hal semacam itu mengingat politikus kini jadi omongan dan gunjingan di mana-mana.

Atau sebaliknya. Karena kini manusia sudah bertingkah laku macam monyet yang tidak malu telanjang di tempat umum atau serakah senang cawal-cawel kesana-kemari sehingga ada ketakutan kalau nanti monyetnya merasa tersaingi dan marah lalu mendatangi rumah mereka menuntut Hak Kekayaan Intelektual

Apapun rasanya mungkin di jaman sekarang. Termasuk monyet bertopeng tampang monyet saat beraksi di jalanan atau di Ragunan, karena tampang monyet lebih menarik ternyata daripada tampang manusia.

6 komentar:

tomo mengatakan...

medeni kebijakan pak Wi itu
tp keadilan harus tetap ditegakkan

Masnady mengatakan...

apapun permainanya kalau melibatkan binatang, dan kita mendapatkan keuntungan dari tenaga binatang tersebut. menurut saya agak kurang baik ya mas..... hehehehe

Muhammad A Vip mengatakan...

Tomo:ngomongin keadilan emang paling repot
Mas nadi: ya begitu deh

alkatro mengatakan...

memonyetkan manusia, memanusiakan monyet.
dilematis :D

Muhammad A Vip mengatakan...

Alkatro : Beginilah hidup kita

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

seenggaknya monyetnya nggak diiket, mas... :D