Anda perokok dan merasa
dianiaya hidup di zaman “no smoking” yang di mana-mana orang merokok
diperlakukan sebagai biang masalah? Datanglah ke Taman Ismail Marzuki (TIM)
hari ini, karena mulai kemarin (dari 30 mei sampai 1 Juni 2014) ada acara Pesta
Komunitas Nusantara “Tribute to Kretek”. Ditanggung anda akan merasa dunia tak
selebar daun kolor eh, daun kelor.
Entah sejak kapan slogan “no smoking” eksis di Indonesia. Yang jelas kini dimana-mana gampang ditemui stiker bertuliskan ungkapan dari bahasa Inggris itu. Tak cuma di ruang tertutup, di ruang terbuka pun ada tulisan itu yang maksudnya para perokok tak boleh klepas-klepus seenaknya. Dan anehnya
larangan merokok di tempat terbuka itu justru mengharuskan para perokok merokok
di tempat tertutup, seperti di peron stasiun Manggarai ada bilik dari kaca yang
berukuran kira-kira 3X3 meter yang dibuat
sebagai tempat untuk merokok. Walau demikian para perokok ada saja yang tak
menghiraukan aturan yang ada.
Merokok memang
mengganggu, apalagi ketika si perokok benar-benar bebal. Tapi saya kira kalau
merokok dengan memperhatikan etika hidup bersama, merokok bisa asyik-asyik
saja. Dari kecil saya menyaksikan orang merokok—tak cuma laki-laki, perempuan
di kampung saya banyak yang merokok—tapi tak pernah merasa sebal bahkan saat
melihat perokok menikmati betul rokoknya sering timbul rasa ingin mencoba. Dan walau
saya bukan perokok tapi kadang saya merokok juga kalau lagi timbul penasaran
(sampai sekarang saya masih penasaran, apa sih enaknya merokok?)
Dan di TIM dalam Tribute
to Kretek bagi orang yang seperti saya, anti rokok tidak tapi merokok juga
tidak tahu untuk apa, bisa clingak-clinguk menyaksikan bagaimana para penikmat
tembakau menikmati hidupnya. Ada banyak poster dipajang yang isinya perlawanan
pada arus besar yang kini sedang mapan. Tapi tak sekedar melawan kampanye anti
rokok, sesuai tajuknya “Tribute to Kretek” di sana kita disadarkan bahwa kita
punya apa yang disebut Rokok Kretek. Rokok tanpa filter yang konon cuma ada di
sini.
Menarik sekali acara ini,
karena bagi saya di zaman Dajjal ini dimana orang sudah pada bermata satu yang
kalau ingin kebaikan yang dilihat sisi baik saja dan kalau tak suka keburukan
segala sesuatu dicari sisi buruknya, memberi kesempatan orang berdialektika
jelas sesuatu yang penting. Ada yang anti rokok, harus ada yang membolehkan
rokok. Ada yang menganggap rokok sebagai pembunuh, harus ada juga yang bisa
menunjukkan kalau banyak kakek-kakek kuli panggul yang ternyata aktif merokok.
Tak hanya melulu tentang
rokok yang jelas, di Pesta Komunitas Nusantara ini ada pula penerbit buku, ada
Komunitas penggila Batu, komunitas scooter, dan batik. Lumayan untuk memperluas
wawasan daripada nonton tivi isinya berita tentang pemilu yang kian tak
bermutu.
9 komentar:
alhamdulillah aku wis gak ngrokok mas
btw aebaiknya bagi sobat yg memiliki riwayat keturunan sakit paru2, jantung atau stroke sebaiknya hentikan merokok sekarang.
kalo tdk ada riwayat tersebut, ya boleh dilanjut karena menurut analisa bisa 60:40 meski tua sekalipun bisa bebas merokok karena ya memang tak ada riwayat dari keluarga mengalami masalah setelah merokok
Eh ada ya?? Unik betul ^^ ., tapinya kalau kesana lebih milih belok ke penerbit buku kayaknya. Soalnya pasti bisa kehabisan nafas menghirup asap rokok
Jadi Mas ini perokok juga nggaK? :P
Sama Om, gak paham enaknya merokok.
Kayaknya aku coba blas gak enak tuh...
Selama ini hak yang tidak merokok sering tidak dihargai oleh mereka yang merokok. Oleh karena itu mari kita kampanyekan daerah bebas merokok terutama dari jangkauan anak anak.
Yang terpenting adalah toleransinya, bukan pro kontranya...
Ingat kretek ingat kampungku mas :)
ada ungkapan, "aku membaca tentang bahaya merokok di sebuah artikel dan aku memutuskan berhenti membaca"....
wakakkakaka.....
sadis gila ya....
Obat sakit:berarti sakit juga terkait dengan bakat ya bro?
Ave: kan di lapangan, jadi asap rokok langsung kabur
Noel: hus!
Untje: awalnya sih manis, tapi yang kretek
Asep: makanya perjuangannya kini gigih sekali dalam menuntut hak hahaha
Adi: awalnya pro kontra, lalu setelah bosan jadi toleransi hihi
mbak Ely: sama mbak, tapi orang kampung juga udah pada pake filter
Dihas: ini masalahnya, kita kalo gak suka sesuatu langsung pergi
Posting Komentar