Tak cuma di media sosial Ahok atawa Basuki Tjahya Purnama Plt. Gubernur DKI
banyak diributkan, ternyata di kampung saya yang jauhnya lebih dari 300
kilometer dari Jakarta pun warganya tak ketinggalan dalam hal berdebat soal
posisi orang hebat satu ini. Ahok tentu saja bagi saya hebat wasaibat.
Bagaimana tidak, selama ini saya hidup di tengah orang-orang yang lebih memilih
hidup aman dan nyaman—bertampang manis tapi suka mengumpat—tiba-tiba disuguhi
sosok pendobrak yang tak cuma main gretak sudah tentu memunculkan harapan
tentang adanya perbaikan di masa depan.
Tentu sosok bersuara nyaring yang kritis pada kemapanan yang menjengkelkan
ini dan ingin mengubah kebiasaan lewat kekuasaan tidak cuma Ahok, sebelumnya
ada nama-nama top seperti Sri Bintang Pamungkas dan...siapa lagi ya? Namun yang
jelas Ahok istimewa karena dia Ahok: beretnik Cina dan agamanya bukan dari
agama mayoritas warga tapi berani membabat ke kanan ke kiri tanpa takut
dimusuhi juga tak takut mati. Kalau beliau bermental orang kebanyakan, saya yakin tak mungkin
berani sampai mengeluarkan jurus ngamuk
di tengah kerumunan manusia yang doyan maen
kroyokan dan maen belakang.
Saya sendiri kenal Ahok baru kemarin sore, yaitu waktu beliau dipanggil
Prabowo dan diminta mendampingi Jokowi di Pemilihan Gubernur DKI. Saya pikir
siapa manusia ini, ternyata Ahok ini manusia yang sering diceritakan seorang
teman yang mengagumi prestasinya saat menjabat bupati di Belitung Timur. Sering teman saya ini
bercerita tentang kebaikan-kebaikannya pada rakyat bawah, tapi sering pula saya mengabaikan karena saya sudah
kadung menganggap pejabat negri ini sebelas duabelas. Saya baru benar-benar mau
tahu ketika pada suatu acara diskusi melihat langsung sosok dan gaya bicaranya,
terlebih isi omongan-nya tidak
seperti umumnya politisi atau pejabat kita.
Maka ketika jadi Wagub—awalnya saya tidak yakin bisa menang—mata dan
telinga saya benar-benar disetel khusus demi memenuhi rasa penasaran tentang
sepak terjangnya. Dan sejauh ini saya selalu kagum dan bersama kegagahannya mulai
berupaya memupuk harapan tentang masa depan yang ceria di negri peninggalan
Nabi Nuh as ini dengan berdoa semoga saya dan lebih banyak lagi orang dibukakan
mata hatinya agar bisa mengenali yang mana tai yang mana emas. Saya merasa
bangsa ini selama ini lebih senang mengumpulkan tai dan membuang-buang emas.
Kini setelah melewati banyak aral melintang selangkah lagi Ahok akan resmi
menjabat Gubernur DKI. Yang menentang tentu saja masih banyak, sebanyak
koruptor ditambah pejabat busuk dan para penyembah fulus. Tapi yang mendukung
pun tak kalah banyak termasuk saya di dalamnya (insyaallah). Semoga setelah
Jokowi menjadi orang nomor satu di negri ini, Jakarta pun tetap punya pemimpin
hebat yang menginspirasi, dada orang-orang yang hampir putus asa bisa
kembali dipenuhi oleh asa dan cinta.
Bagaimanapun Indonesia belum berumur seratus tahun, daripada bubar jalan
saya pikir akan lebih baik meraih kejayaan terlebih dulu dan semoga kini
momentumnya. Mari kita songsong Jakarta Baru, Indonesia Baru dan Dunia Baru.
Siapa mau?
4 komentar:
saya pun mendukung sepenuhnya siapapun yang melawan korupsi
saya juga dukung Pak! Sayang kalo Ahok dilewatkan begitu saja..
zach: ayo lawan korupsi yang mungkin ada dalam diri
Popi: Ahok harus jalan terus
lihat dalam masa satu tahun baik ga
Posting Komentar