Saya sudah sejak kecil tahu bahwa musim kemarau itu
dari bulan April sampai bulan September, dan saya yakin banyak orang yang tahu
tentang musim kemarau itu. Maka bukan hal aneh kalau di bulan Juli sekarang tak
ada hujan dan tanah kering kerontang. Justru aneh ketika banyak orang
menganggap ada kemarau panjang lalu mengeluhkannya. Alhamdulillah di kampung saya
tak ada orang mengeluh, para petani tetap saja melakukan rutinitasnya, memompa
air tanah demi memenuhi kebutuhan air yang tak bisa ditolerir.
Tapi soal keluh mengeluh adalah hal biasa, tidak
mengeluh soal air mengeluhnya soal nyamuk. Ya, di musim kemarau nyamuk
benar-benar merajalela. Tidak siang tidak malam nyamuk terus mengamuk
(seakan-akan) dan saya sendiri tak kuasa mengatasinya. Menurut orang pandai,
banyaknya nyamuk di musim kemarau karena genangan air yang ada dan bisa jadi
tempat berkembangbiak nyamuk tidak terganggu. Beda dengan musim hujan yang
cendenrung mengalir. Udara panas juga—menurut orang pandai lagi—membuat siklus
hidup nyamuk berubah, dari 12 hari yang dibutuhkan jentik untuk berubah jadi
nyamuk di musim kemarau menjadi 9 hari.
Soal air mengalir saya kira benar, karena saya pernah
tinggal di Jakarta tepatnya di daerah Jakarta Selatan, di tempat saya tinggal itu
posisi tanah agak tinggi sehingga tak ada got menggenang, dan memang tak ada nyamuk bahkan saya sampai dibuatnya
kangen. Di tempat lain di Jakarta, malah ada daerah yang nyamuknya luar biasa
bandel, obat anti nyamuk apapun tak memapan. Lotion anti nyamuk tidak berguna, obat nyamuk semprot tak mempan,
obat nyamuk bakar cuma bikin sesak napas. Solusinya hanya berlindung di kamar
yang tak bercelah.
Kini kamar tidur saya di kampung sebenarnya sudah
lumayan rapat, namun sepertinya nyamuk-nyamuk sekarang begitu cerdas, kamar
tetap saja tak pernah sepi dari nyamuk. Kamar sudah rapat, tempat tidur pakai
kelambu, dibunuhi sudah selalu, tapi musim kemarau benar-benar telah membuat
nyamuk-nyamuk itu sulit diatasi.
Sejauh ini gangguan yang saya alami masih sekitar
gatal-gatal, suara berisik pengganggu tidur, dan sprei yang penuh noda darah. Walau
begitu tetap saja melahkan, karena setiap hari dimanapun berada harus berurusan
dengan mereka yang bisa saja mengakibatkan penyakit serius seperti dendam berdarah
eh Demam Berdarah. Dan sepertinya masalah nyamuk kini sedang jadi masalah
nasional.
Beberapa hari lalu Wakil Presiden menghimbau agar
warga mengadakan sholat istisqo, sholat memohon hujan. Saya kira kalau
alasannya kemarau panjang, jelas bukan karena kemarau masih dalam musimnya. Saya
malah menduga Bapak Jusuf Kala sudah tak tahan diganggu nyamuk. Luar biasa
nyamuk kemarau ini, pejabat tinggi saja diganggu, apalagi saya yang rakyat
jelata?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar