Rabu, 02 November 2016

MENANTI AHOK DI HARI JUMAT

Tentu saja tidak bagi semua orang, namun pasti banyak yang sedang menanti dengan sedikit cemas bahkan mungkin dengan dada berdebar-debar. Menanti apa? Tentu saja menanti hari Jumat tanggal 4 November yang kabarnya akan ada pengerahan massa besar-besaran ke kawasan Monas mau menangkap Ahok yang konon telah menistakan agama Islam. Ada yang menyebut akan ada massa sampai 500 ribu orang, tak cuma dari Jabodetabek bahkan dari banyak daerah di Indonesia. Jumat tentu masih hari kerja, bayangkan saja anda berkantor di sekitar kawasan yang akan didatangi ribuan massa itu.


Ahok sebagaimana kita tahu memang banyak musuhnya. Bukan hal aneh, sejak jaman Nabi Adam bisa jadi, orang yang mengambil jalan berbeda dari orang kebanyakan biasanya dianggap pengacau kemapanan. Di sebuah masyarakat yang memaklumi segala ketidakberesan, hadirnya orang yang menolak dengan terang-terangan segala yang bermasalah pastinya akan membuat gerah banyak orang yang menikmati segala ketidakberesan yang ada. Ahok sejak dari awal manggung di politik memang dikenal sebagai tukang bebenah. Dan itulah yang membuatnya direkrut Prabowo agar mendampingi Jokowi di Pilkada DKI lalu yang akhirnya kini menjadikannya gubernur paling terkenal di Indonesia.

Sebagai Gubernur DKI Ahok bisa dibilang punya gairah yang sulit untuk ditekan dalam hal membenahi kondisi Jakarta. Segala ketidakberesan yang tak kunjung membaik semenjak era reformasi seakan ingin segera diakhiri. Itulah kenapa dia tampak begitu bersemangat, sampai akhirnya ketika di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu dia seperti sengaja berenang di lautan yang penuh ikan hiu. Sebagai nonmuslim yang banyak musuh dari kalangan orang berduit, membawa-bawa surat Al Quran dalam pidato walau banyak ulama memaklumi tindakannya, Ahok jelas hanya bisa berharap kepada Tuhan soal nasibnya yang dituduh telah menistakan agama itu.  Massa yang mengatasnamakan agama di negeri ini, selama ini walau tak selalu menang tak pernah bisa dikalahakan.

Musuh-musuh Ahok –siapapun dia— tampak atau sembunyi, dalam situasi seperti sekarang ini, pasti akan memanfaatkan kesempatan emas ini untuk menendang Ahok dan membuangnya ke tempat yang paling hina. Menyingkirkannya dengan segala argumen selalu gagal, pengerahan massa bisa jadi inilah senjata pamungkas itu. Mobilisasi massa sangat kentara sekali, sampai di beberapa pengajian di daerah saya himbauan dari ulama (NU terutama) agar tak pergi ke Jakarta untuk ikut-ikutan berdemo sangat ditekankan. Yang menarik justru anak-anak muda pengangguran yang kerjanya setiap malam begadang dan bernyanyi-nyanyi sampai pagi di belakang rumah saya, semalam terdengar berencana pergi ke Jakarta untuk berdemo.  Saya curiga ada dana besar dibalik ribuan massa yang akan tumpah ruah di Jakarta di hari Jumat besok.

Ketua MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan tak bisa melarang demo 4 November nanti. “Presiden saja tidak melarang masa MUI melarang,” begitu katanya yang saya baca dari salah satu situs berita. Ada kesan pemerintah tak punya power, polisi pun rencanannya mengawal demo tanpa membawa senjata padahal yang dihadapi adalah massa yang dalam banyak kesempatan sering berlaku brutal, jadi kita tunggu  saja dengan harap-harap cemas bagaimana akhirnya nanti. Ada larangan main hakim sendiri, semoga tidak  malah main hakim rame-rame.


Ya ALLah, ampunilah segala dosa dan khilaf kami. amin.

Tidak ada komentar: