Tentu saja tidak
bagi semua orang, namun pasti banyak yang sedang menanti dengan sedikit cemas
bahkan mungkin dengan dada berdebar-debar. Menanti apa? Tentu saja menanti hari
Jumat tanggal 4 November yang kabarnya akan ada pengerahan massa besar-besaran
ke kawasan Monas mau menangkap Ahok yang konon telah menistakan agama Islam. Ada
yang menyebut akan ada massa sampai 500 ribu orang, tak cuma dari Jabodetabek
bahkan dari banyak daerah di Indonesia. Jumat tentu masih hari kerja, bayangkan
saja anda berkantor di sekitar kawasan yang akan didatangi ribuan massa itu.
Ahok sebagaimana
kita tahu memang banyak musuhnya. Bukan hal aneh, sejak jaman Nabi Adam bisa
jadi, orang yang mengambil jalan berbeda dari orang kebanyakan biasanya
dianggap pengacau kemapanan. Di sebuah masyarakat yang memaklumi segala
ketidakberesan, hadirnya orang yang menolak dengan terang-terangan segala yang
bermasalah pastinya akan membuat gerah banyak orang yang menikmati segala
ketidakberesan yang ada. Ahok sejak dari awal manggung di politik memang
dikenal sebagai tukang bebenah. Dan itulah yang membuatnya direkrut Prabowo
agar mendampingi Jokowi di Pilkada DKI lalu yang akhirnya kini menjadikannya
gubernur paling terkenal di Indonesia.
Sebagai Gubernur
DKI Ahok bisa dibilang punya gairah yang sulit untuk ditekan dalam hal
membenahi kondisi Jakarta. Segala ketidakberesan yang tak kunjung membaik
semenjak era reformasi seakan ingin segera diakhiri. Itulah kenapa dia tampak
begitu bersemangat, sampai akhirnya ketika di Kepulauan Seribu beberapa waktu
lalu dia seperti sengaja berenang di lautan yang penuh ikan hiu. Sebagai nonmuslim
yang banyak musuh dari kalangan orang berduit, membawa-bawa surat Al Quran dalam pidato walau banyak ulama memaklumi tindakannya, Ahok jelas hanya bisa berharap kepada
Tuhan soal nasibnya yang dituduh telah menistakan agama itu. Massa yang mengatasnamakan agama di negeri
ini, selama ini walau tak selalu menang tak pernah bisa dikalahakan.
Musuh-musuh Ahok
–siapapun dia— tampak atau sembunyi, dalam situasi seperti sekarang ini, pasti
akan memanfaatkan kesempatan emas ini untuk menendang Ahok dan membuangnya ke
tempat yang paling hina. Menyingkirkannya dengan segala argumen selalu gagal,
pengerahan massa bisa jadi inilah senjata pamungkas itu. Mobilisasi massa
sangat kentara sekali, sampai di beberapa pengajian di daerah saya himbauan dari
ulama (NU terutama) agar tak pergi ke Jakarta untuk ikut-ikutan berdemo sangat
ditekankan. Yang menarik justru anak-anak muda pengangguran yang kerjanya setiap
malam begadang dan bernyanyi-nyanyi sampai pagi di belakang rumah saya, semalam
terdengar berencana pergi ke Jakarta untuk berdemo. Saya curiga ada dana besar dibalik ribuan
massa yang akan tumpah ruah di Jakarta di hari Jumat besok.
Ketua MUI KH Ma’ruf
Amin mengatakan tak bisa melarang demo 4 November nanti. “Presiden saja tidak
melarang masa MUI melarang,” begitu katanya yang saya baca dari salah satu
situs berita. Ada kesan pemerintah tak punya power, polisi pun rencanannya mengawal demo tanpa membawa senjata
padahal yang dihadapi adalah massa yang dalam banyak kesempatan sering berlaku
brutal, jadi kita tunggu saja dengan
harap-harap cemas bagaimana akhirnya nanti. Ada larangan main hakim sendiri,
semoga tidak malah main hakim rame-rame.
Ya ALLah,
ampunilah segala dosa dan khilaf kami. amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar