Sekarang sedang
ramai dibicarakan soal “hidung pesek”. Saya yang (tidak) kebetulan berhidung
pesek, tentu saja wajib terlibat. Tidak boleh tidak. Bukan karena tersinggung
perasaan lalu unjuk kemarahan, yang saya lakukan ini demi kewajiban mengisi
halaman blog ini agar tidak jadi kuburan.
Hidung pesek bisa
jadi adalah identitas. Walau banyak di desa saya orang berhidung mancung, namun
lebih banyak yang pesek. Hidung pesek sudah lumrah di Indonesia, khususnya di
Jawa. Yang mancung, ukuran mancungnya pun Jawa, karena kalau dibandingkan dengan
orang Arab dan Eropa maka pesek juga.
Walau orang pesek
lebih banyak, ternyata dalam kehidupan sehari-hari justru orang pesek yang
sering diledek. Saya yang juga berhidung kecil sering dikatain pesek sejak
kecil. Ada teman saya malah punya panggilan “Nung Ecek”, namanya Nunung dan sudah pasti
hidungnya mancung ke dalam. Dan sudah
pasti yang hidungnya lancip dapat puja-puji, yang lelaki dibilang ganteng dan
yang perempuan dikatakan cantik.
Hidung pesek
jelas bukan aib apalagi dosa. Tapi mungkin
karena orang berhidung pesek sering
diejek sehingga banyak –terutama perempuan—yang melakukan operasi penambalan
hidung. Yang duitnya banyak tentu saja bisa operasi plastik dengan hasil
menakjubkan, Artis-artis kita banyak yang melakukannya, ada yang perubahannya
samar ada pula yang sangat menyolok. Nah, yang menyedihkan adalah yang duitnya
pas-pasan, hidung ditambal bukan jadi bagus justru jadi mirip buta terong.
Sama seperti
hidung pesek, tubuh pendek, kulit hitam, mulut monyong adalah wajah umum orang
kita, tapi kenapa sering jadi bahan ejekan mungkin karena angan-angan kita
lebih sering tertuju ke bintang film dari barat yang ada tivi. Melihat mereka
bukan saja mengagumi sesuatu yang tampak “wow”, lebih dari itu ada harapan
pengin ketularan. Bahkan karena sering membayangkan diri sebagai mereka,
kenyataan yang ada pada dirinya terlupakan.
Televisi kita pun
meski kini banyak menayangkan yang lokal, yang nongol wajahnya interlokal juga.
Jadi tak aneh jika terus-menerus orang pesek, orang pendek dan kawan-kawannya
akan terus diejek dalam keseharian. Saya jadi curiga, jangan-jangan ada
kesengajaan, ada proyek yang dibuat oleh entah siapa untuk memelihara sikap
rendah diri kita.
Walah!
3 komentar:
curiga mencurigai sudah biasa terjadi.
sik yo mas, tak nyari cermin.. lali, idungku pesek apa ga
pasti pesek
Hidung aku juga gak mancung
Tapi gak pesek juga sih
mmmm
Posting Komentar