Televisi, Romadlon dan Pasar

Bulan Romadlon sebentar lagi akan kita masuki, dan seperti biasa upacara penyambutan sudah banyak dilakukan. Semalam saya lihat ada iring-iringan warga bawa obor memacetkan jalan membentangkan spanduk yang isinya menyambut bulan puasa itu. Mengingatkan jaman dulu di kampung. Ya, bulan Romadlon atau bulan puasa memang punya rasa tersendiri, khususnya bagi umat muslim.

Di televisi apalagi, iklan-iklan produk ramai-ramai memanfaatkan puasa untuk jualan. Ada obat kuat ditawarkan agar puasanya tidak loyo. Minuman penambah stamina tak mau kalah, seakan puasa tanpa itu semua akan bermasalah. Saya sampai bingung, kayaknya dari kecil saya puasa tanpa doping apa-apa berasa biasa-biasa saja.

Acara lawakan juga sudah dijadwal, tinggal pilih yang mana, yang ada Komeng-nya atau yang Srimulat. Sinetron tentu saja sudah banyak yang tayang, biasanya sebulan menjelang Romadlon sinetron yang konon Islami itu sudah mulai diiklankan dan tayang reguler. Sudah bertahun-tahun hal ini berlangsung, dan kini saya berpikir kalau semua itu memang cuma dagangan.

Hidup memang pasar. Dan pasar menjelang Romadlon selalu hiruk pikuk. Harga-harga naik, barang-barang ditawarkan dengan cara berbeda dan pembeli tunggang langgang.  Sekarang saya mau pergi ke pasar nyari beras murah, semoga dapat yang murah dan enak.