Ternyata oh tenyata. Ternyata siang tadi 17 Mei
adalah Hari Buku Nasional. Saya baru tahu tadi, itupun gara-gara buka portal
berita karena ingin tahu hasil pertandingan sepakbola. Ternyata ada hari buku
di negara yang warganya bukan pembaca buku. Tentu saja banyak orang Indonesia
yang setiap hari tak pernah jauh dari buku, entah itu buku kwitansi, buku nota
atau buku gambar, namun secara umum orang kita bisa dibilang tak apresiatif
terhadap buku.
Hari Buku Nasional, sudah pasti maksudnya bukan untuk
memperingati atau untuk mengingatkan kita pada buku tulis atau buku catatan
hutang yang selalu ingin kita lupakan. Peringatan ini pastinya upaya agar
masyarakat sadar pada pentingnya membaca buku-buku bacaan. Buku adalah jendela
ilmu, begitu kata pepatah. Dengan membaca buku kita jadi banyak tahu, dan tentu
saja membaca buku membuat kita kritis dalam berpikir.
Menurut hasil penelitian, orang Indonesia setahun
hanya membaca satu buku. Menurut
pengamatan saya sebagai orang desa juga begitu, bahkan bukan setahun tapi
bertahun-tahun orang kita pada umumnya hanya punya kebiasaan membaca satu buku
yaitu Al Quran, itupun membaca dengan pengertian mengejanya bukan membaca untuk
mengetahui makna dan memahaminya. Pada bulan Romadlon yang sebulan lagi akan
tiba, biasanya akan ramai di musholla-musholla orang membaca Al Quran ini pakai
pengeras suara sampai tengah malam.
Bangsa ini memang bukan bangsa yang tumbuh kembang
bersama buku. Tradisi membaca atau mengeja sampai menghafal dan mengaji
sebenarnya bukan hal asing, tapi entah mengapa hal itu hanya hidup di dunia
sekolah. Artinya ada tradisi membaca buku tapi dalam suasana yang dipaksakan
dan menekan. Buktinya anak-anak sekolah hanya satu-dua yang benar-benar tetap
mengakrabi buku sampai saat mereka lepas dari dunia sekolahan.
Untung ada toko buku bagus seperti Gramedia yang bisa
jadi tempat jalan-jalan. Cuma sayang toko buku seperti Gramedia dan Gunung
Agung hanya ada di kota-kota besar, di kota-kota kecil toko buku masih model
kios yang pembeli tak bisa leluasa
mencari buku yang diinginkan. Bahkan di Tegal yang bisa dibilang bukan kota kecil,
Gramedia tidak buka cabang. Pernah ada toko buku model swalayan seperti
Gramedia beberapa tahun lalu, beberapa hari lalu saya lihat sudah tutup. Buku
memang tidak meningkatkan pamor, beda dengan hape atau celana dan sepatu.
Jadi selamat Hari Buku Nasional saja dari saya. Hidup Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar