Selasa, 12 Mei 2015

Pesta PetikTebu (Lagi)

Setelah sekian tahun berlalu, akhirnya oh akhirnya. Ya, akhirnya saya bisa menyaksikan lagi kemeriahan  di Pesta Petik Tebu. Kemeriahan yang berlangsung di sekitar pabrik tebu ini adalah acara tahunan yang dulu dan mungkin sampai sekarang selalu ditunggu-tunggu warga. Kemeriahan yang berupa "pasar malam" ini biasanya berlangsung hampir sebulan. Di sana sudah tentu ada aneka hiburan, pedagang aneka rupa pakaian, pedagang prabotan rumah tangga, tukang mainan anak-anak, pedagang  makanan dan pengunjung yang berdesakan menikmati keramaian.



Pesta Petik Tebu, adalah acara selamatan sebagai tanda dimulainya panen tebu yang diselenggarakan di setiap pabrik gula. Di Brebes yang memiliki tiga pabrik gula (yang saya tahu) pada setiap tahunnya pada menjelang pertengahan tahun sudah pasti akan ada tiga selamatan yang bergilir yang di dalamnya biasanya ada pawai pengantin tebu. Entah sejak kapan tradisi selamatan dan pasar malam ini berlangsung, sangat mungkin sejak awal berdirinya pabrik gula-pabrik gula itu pada jaman Hindia Belanda.

Walau kini pabrik gula-pabrik gula yang ada kondisinya sudah tak terurus (bahkan ada yang bangunannya sudah tinggal puing-puing) tapi pasar malam yang oleh warga Brebes Barat disebut Bancakan (Warga di perbatasan Brebes-Tegal menyebutnya Metikan) ini tetap tak berubah dari tahun ke tahun. Bahkan ketika kini keramaian sudah mudah ditemui di banyak tempat, bancakan atau metikan ini masih dinanti setiap tahunnya.

Ada banyak kenangan tentang sesuatu yang khas pada kemeriahan tahunan ini yang mungkin akan saya ingat terus. Salah satunya pedagang rajungan, pedagang binatang laut ini dulu hanya ada pada acara keramaian tahunan ini, yang kini sepertinya sudah tak ada lagi. Biasanya pedagang rajungan adalah seorang perempuan yang duduk di pinggir jalan dengan lapak menggunakan tampah yang diterangi lampu sentir. Kini tentu saja masih banyak perempuan atau nenek-nenek menggelar lapak pakai tampah, tapi yang dijual kacang goreng.


Semoga acara semacam ini tak mati digilas jaman. Bahkan seandainya pabrik gula semuanya bangkrut karena pemerintah lebih memilih impor daripada memproduksi gula sendiri, tradisi ini layak dipertahankan. Bahkan bisa dibikin acara resmi tahunan oleh pemerintah setempat, sebagaimana Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta. Saya kira acara ini bukan sekedar bersenang-senang, ada di dalamnya sesuatu yang bisa jadi cerita sejarah agar anak-anak cucu kita kelak tahu bahwa bangsa ini kaya akan budaya.





Tidak ada komentar: