Rabu, 22 Juli 2015

Habis Mudik, Marilah Balik

Hari Lebaran telah berlalu. Tepatnya sudah lima hari kita tinggalkan kemeriahannya; tahun depan kita tunggu kehadirannya kembali. Rumah-rumah sudah mulai sepi tamu, kue-kue sudah tinggal sisa dan orang-orang sudah mulai asyik menggunjing saudaranya yang baru saja disalami—diajak ber-minal aidin wal faizin. Warga Jakarta yang mudik pun sudah mulai berkemas, setelah menyadari segala yang di pamerkannya di udik tak banyak mendapat puja-puji.


Saya lihat siang tadi di jalan Tol (yang belum jadi) Pejagan-Pemalang iring-iringan kendaraan pribadi dari arah timur kian ramai. Tentunya mereka rombongan orang-orang yang sedang balik setelah sebelumnya mereka memenuhi jalan itu juga dari arah berlawanan saat mudik. Ya, telah tiba saatnya setelah sebelumnya reporter berita sering menyebut istilah Arus Mudik, kini setelah lebaran berlalu istilah yang banyak disebut adalah Arus Balik.

Mudik dari Jakarta, kemudian “balik” lagi adalah tradisi tahunan yang entah sejak kapan berlangsung. Saya yakin, pada zaman VOC belum ada aktifitas semacam ini (lucu saja membayangkan mudik dan balik pakai pedati  Jakarta ke Brebes, hahaha). Mungkin sejak ada jalur kereta api pada zaman Hindia Belanda, atau bisa jadi baru mulai pada masa Orde Baru ketika Jakarta telah jadi kota metropolitan. Adakah semua ini akan berlangsung sampai kiamat nanti?

Tentu saja menjalani aktifitas Mudik dan Balik bagi siapapun sangatlah melelahkan karena banyaknya pengorbanan. Walaupun sangat mungkin ada senangnya karena pasti ada saja pengalaman-pengalaman yang menggembirakan. Dan sesuatu yang jelas menggembirakan adalah kenyataan bahwa situasi Mudik Lebaran tahun ini banyak dibicarakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak menumpuknya kendaraan mudik di jalur Pantura, menjadikan angka kecelakaan merosot pada angka yang signifikan.


Dan saya yang tidak Mudik-Balik tahun ini jadi ingin merasakan perubahan itu. Ingin menikmati perjalanan dari Jakarta ke Brebes dan dari Brebes ke Jakarta lewat tol lurus mulus dalam waktu yang lebih singkat. Maka saya ucapkan selamat ber-Balik-ria ke Jakarta atau ke manapun, semoga tahun depan bisa ketemu tradisi ini lagi, dan semoga keadaannya lebih baik lagi. 

Wassalam.

Tidak ada komentar: