Hari Raya, apapun namanya apalagi Hari Raya Iedul
Fitri yang dirayakan umat muslim yang mayoritas di negeri ini, sudah pasti tak
hanya meriah namun juga kaya nuansa. Dan saya akan berceita tentang apa yang
berlangsung di kampung kami, kampung yang lama tak saya ikuti suasana
lebarannya. Saya akan ceritakan di sini karena saya anggap unik dan menarik. Sebelum
panjang dan lebar, saya ucapkan dulu Selamat Hari Raya Iedul Fitri Mohon Maaf
Lahir sampai ke Batin.
Sejak lahir sampai setua sekarang, saya telah tinggal
atau menetap di lebih dari sepuluh kampung dan telah mengalami banyak peristiwa
lebaran. Di sekitar Brebes dan Tegal setidaknya ada tiga desa yang pernah saya
tinggali dalam waktu yang lumayan lama, yang tentu saja tradisi lebarannya saya
kenali. Tak beda banyak tradisi lebaran di desa dengan lebaran di kota besar
seperti Jakarta, namun tetap saja ada sesuatu yang ada di suatu tempat tidak ada di tempat lain.
Secara umum
suasana lebaran di banyak tempat yang pernah saya tinggali tidak berbeda jauh;
malam lebaran di masjid ada orang-orang bertakbiran pakai pengeras suara, ada
orang-orang saling hantar makanan dan zakat fitrah, jalanan ramai oleh
anak-anak yang bergembira merayakan malam kemenangan. Dan malam begitu panjang.
Saat pagi lebaran tiba, di desa umumnya Sholat Ied di
selenggarakan di masjid-masjid. Sedangkan di kota selain di masjid-masjid ada pula
yang pelaksanaan sholatnya di lapangan terbuka, di terminal bus, dan di jalan
raya. Dan di kampung saya ada Sholat Ied yang di laksanakan di langgar (surau
atau musholla ). Mungkin bukan hal aneh ada musholla dipakai Sholat Ied, cuma saya
tertarik dengan tradisi ini karena jarak musholla dengan Masjid Jamie hanya
sekitar dua ratus meteran. Lagipula hanya pada Lebaran Iedul Fitri, pada
lebaran Iedul Adha semua kumpul di Masjid Jamie.
Saya ceritakan di sini tradisi di musholla kami itu,
karena belum pernah saya temui di tempat lain yang semacam ini. Di satu desa pun cuma satu musholla yang begini. Tak cuma sholat
Ied di musholla yang letaknya tak jauh dari masjid utama, lebih dari itu
setelah selesai sholat dan mendengar khotbah, jamaah tak langsung pulang tapi tetap
duduk dan makan tumpeng rame-rame. Karena musholla ini bisa dibilang milik
pribadi, sudah tentu yang menyediakan tumpeng keluarga dari pemilik musholla
tersebut.
Sudah tentu ini tradisi yang telah lama berlangsung,
sesuatu yang layak dijaga keberadaannya sebagai sesuatu yang unik. Bahkan menurut
saya perlu dilestarikan, bayangkan andai setiap selesai Sholat Ied di manapun
diakhiri dengan makan bersama sembari bermaaf-maafan, besalam-salaman, pastinya
syiar Islam sebagai agama yang menganjurkan berbagi tidak cuma ada di dalam
ceramah. Apalagi dalam Sholat Ied orang yang paling kaya dan orang yang paling
miskin biasanya berkumpul tanpa sekat.
Bagaimana saudar-saudara, adakah yang unik di lebaran
anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar