Pernah anda mendengar
istilah Cina Benteng? Saya yakin bagi warga Jakarta sudah tidak asing lagi
dengan istilah itu. Komunitas keturunan Cina yang sering disebut juga dengan
ungkapan Cina Miskin ini adalah warga keturunan Cina yang hidup di
kampung-kampung di Jakarta dan sekitarnya yang membaur dengan warga dari etnis
Jawa atau pribumi. Walau tentu saja banyak dari mereka yang kaya raya, tapi
biasanya yang lazim disebut Cina Benteng oleh orang-orang kampung adalah mereka
yang kelasnya sama dengan orang-orang kampung pada umumnya.
Sekitar satu bulan yang
lalu tak sengaja saat jalan-jalan ke Gramedia Matraman dan melihat buku-buku obralan
saya mendapati sebuah buku tentang Cina Benteng ini. Tepatnya sebuah novel yang
bercerita tentang sejarah satu keluarga Cina Benteng yang hidup turun-temurun semenjak
jaman Mataram hingga jaman Orde reformasi. Buku yang tentu saja saya anggap
menarik saat melihatnya, bukan saja karena judulnya, tapi lebih karena murah
harganya.
Nama penulisnya asing
bagi saya yang akrab dengan nama-nama populer sastrawan mutakhir. Judul bukunya
tak pernah saya dengar atau membacanya di koran pernah jadi bahan diskusi
(tentu karena pergaulan dan bacaan saya terbatas), juga tak pernah saya temui
di rak-rak buku sastra di Gramedia sekalipun. Jadi ketika membelinya saya lebih
tertarik dengan Cina Benteng-nya dengan mengabaikan kemungkinan isinya sangat
jelek dan membosankan untuk dinikmati sambil duduk santai sendirian. Dengan
jumlah halaman lebih dari lima ratus, harga dua puluh lima ribu kalaupun isinya
jelek saya pikir tidak rugi.
Ternyata buku yang
ditulis oleh Pralampita Lembahmata dengan judul BONSAI; Hikayat Satu Keluarga Cina
Benteng terbitan Gramedia Pustaka Utama bertahun terbit 2011 (cetakan
pertama) ini lumayan mengagetkan. Walau ada beberapa hal yang menurut saya
kurang, tapi capaian bahasanya saya anggap luar biasa. Semakin banyak bab yang
saya baca semakin menarik dan membuat saya terkesan dengan kedalaman berpikir
penulisnya. Pengungkapan peristiwa-peristiwa sejarahnya bahkan tak kalah dengan
Remi Silado di Ca Bau Kan. Sampai saya merasa ini buku yang layak untuk jadi
bacaan wajib anak-anak sekolah kita.
Pokok ceritanya tentu
saja ada di BONSAI, pohon kuntet yang kita kenal selama ini sebagai seni dari
Jepang. Saya kira penulisnya ingin mengaitkan kenyataan warga keturunan Cina
yang kini ada di Indonesia dengan fenomena Bonsai. Orang-orang Cina menurut
catatan sejarah telah hidup menetap di pulau Jawa (khususnya) sudah lama
sekali, bahkan pada jaman Majapahit mereka sudah dikenali sebagai komunitas
unggul karena gaya hidupnya yang lebih baik dari orang-orang Jawa. Mereka yang
sudah turun-temurun mendiami nusantara ternyata kini seperti sekumpulan
pendatang baru yang sedang berupaya membaur dengan pribumi. Mereka minoritas
yang dikecilkan yang seakan tidak punya kontribusi pada tumbuh kembangnya
negara Indonesia. Sejarah hidup mereka memang penuh kegetiran dalam banyak
masa, dan Novel Bonsai ini menceritakan banyak peristiwa tragis yang menimpa
warga keturunan Cina.
Saya merasa meruntung
sempat membaca buku bagus ini, mengingat buku ini bukan buku yang ramai dibicarakan
di tempat-tempat kajian buku-buku sastra unggulan. Mungkin buku ini tak layak
jadi buku sastra unggulan, tapi saya merasa buku semacam ini layak berada di
perpustakaan-perpustakaan sekolah kita.
12 komentar:
iya, karena selama ini kita tidak begitu memahami saudara kita satu ini , melalui bacaan ini diharapkan kita mengerti sedikit tentang etnis ini...
aku belum pernah dengar cina benteng ini mas
Assalamualaikum wr. wb
saya amati sobat ini penulis yang baik, cara menuangkan gagasan pikiran diatas tulisan dengan bahasa yang gamblang mengalir dan enak dibaca
ngomongin bonsai, saya punya teman karib yang mengelola situs khusus bonsai, ketepatan selain sebagai maniak bonsai,dia juga berprofesi sebagai wartawan sekaligus redaktur koran jawa pos, kalau di situs tersebut dia memakai nama iwan gajah
Alamat URL-nya ada di www.bursabonsai.com
disana banyak dishare mengenai segala jenis bonsai, mulai dari produk cina, jepang, termasuk karya master penjing indonesia yang karyanya pernah saya bauatkan reviewnya 2 tahun lalu
NB: mhn maaf komentar pertama saya hapus karena ada salah penulisan alamat URL situs dimaksut
slm sukses selalu
syukron
Ione: menurut cerita orang tua dulu di desa saya ada lebih dari satu orang Cina, mereka akrab dan dikenal baik, tapi entah sejak kapan orang Cina tak ada lagi di desa saya yang kini tetap homogen
Tomo: saya juga baru tahu setelah lama di jakarta
Wisata murah: terimakasih untuk pujian dan informasinya
warga Cina di Indonesia adakah yang miskin ya cak?
ponsel: yo akeh, sing dadi glandangan yo akeh
sepertinya menarik, kalau ke gramedia mau cari ah
Pernah denger istilah Cina Benteng, tapi belum tahu apa maksudnya. Ternyata....
Buku keren dg harga hanya 25rb... wah itu serasa dapat durian runtuh hehehe
Posting Komentar