Kamis, 14 Maret 2024
NOSTALGIA PUASA
Rabu, 06 Maret 2024
UNGGAH-UNGGAHAN
Minggu, 03 Maret 2024
BERAS MURAH
Assalamu’alaikum.
Harga beras tertinggi ketemu rekornya di bulan Februari lalu, begitu kata mereka para pemerhati beras. Di bulan Maret ini banyak orang memprediksi harga beras akan terus naik, ada yang bilang akan mencapai angka 20 ribu rupiah. Kita tunggu saja, memang sedang memungkinkan untuk booming harga beras. Bukan karena kemarau panjang atau el nino, melainkan karena bulan Romadlon tinggal kurang lebih sepekan tibanya. Menteri Perdagangan pun beberapa kali bilang: Biasa harga-harga naik, menjelang puasa.
Jumat, 01 Maret 2024
MAKAN SIANG GRATIS
Assalamu'alaikum,
Makan siang gratis ternyata tak cuma asyik saat menikmatinya, bahkan membicarakannya pun sangat menarik minat banyak orang, Di mana-mana orang membahas makan siang gratis yang katanya ini adalah program unggulan Prabowo-Gibran paslon nomor urut dua di pilpres yang sekarang sedang dalam proses penetapan sebagai pemenang (sudah pasti menang toh?). Program ini pula yang menurut omon-omon jadi poin penentu sehingga orang ramai-ramai memilih Prabowo yang terkenal langganan kalah. Ya, siapa yag nggak mau dapat makan siang gratis?
Kamis, 08 Februari 2024
Senin, 22 Januari 2024
PAMER GAGASAN
Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Debat Calon Presiden dan calon wakil presiden
Pemilu 2024 putaran keempat sudah berlangsung dan hasilnya menurut saya
begitu-begitu saja. Tidak mencerahkan bagi orang kebanyakan seperti saya. Sesuatu
yang saya yakin tak bakalan mengubah sikap kaum fanatik dalam berpihak. Bagi yang belum menentukan pilihan mumgkin akan
menimbang beberapa hal, seperti saya yang terus terang rada-rada terkesan dengan
penampilan Gibran yang begitu itu.
Karena saya belum menentukan pilihan;
apakah saya akan memilih mencoblos atau memilih jadi saksi peristiwa coblosan,
dalam tulisan ini saya tidak akan beropini banyak tentang para kandidat namun sekedar
urun pendapat tentang fprmat debat. Debat capres-cawapres saat ini menurut saya lebih banyak mudlorotnya. Banyak
menampilkan prilaku tidak mendidik, yang terbaru ada anak muda calon petinggi
bangsa unjuk aksi tengil di depan orang tua.
Lihat juga debat putaran ketiga yang
dramatis itu, sampai-sampainya diikuti isak tangis para ibu-ibu yang tidak rela
capres idolanya yang sudah lanjut usia dikeroyok di panggung. Kalau itu benar
adanya pasti ibu-ibu itu akan terus dalam kebiasaan hariannya bergunjing tak
henti-henti mengajak orang membenci. Suasana permusuhan yang telah berlangsung
bertahun-tahun terus dilestarikan.
Sejarah politik kita yang kalau dirunut
ke belakang sampai ke Singasari yang konfliknya penuh dendam mestinya ditimbang
dalam membuat format debat kalau memang acara seperti ini dipandang perlu. Di
tengah publik yang tak putus-putus saling mengejek dan menyerang dengan ujaran kebencuan
mestinya para calon pemimpinnya ketika tampil di media massa tidak menambah
panas situasi. Sampai tidak mau salaman kemudian muncul umpatan-umpatan dengan
kata-kata kasar di banyak tempat, aduhai!.
Saya meyakini ini masalah serius yang dampaknya bisa kemana-mana.
Ada seorang tokoh yang usul debat
capres-cawapres ini para kandidatnya duduk saja biar suasananya lebih rileks.
Saya setuju itu, bahkan menurut saya istilahnya perlu diubah, misalnya adu
gagasan atau jangan pakai kata “adu” yang kesannya berseteru tapi Pamer Gagasan.
Di acara itu semua kandidat duduk di panggung yang settingnya dibuat nyaman.
Mereka duduk santai di atas tikar pakai pakaian orang kebanyakan lalu oleh
moderator yang ikut duduk bareng masing-masing capres yang didukung cawapresnya
atau seperti saat ini capres dan
cawapres dipisah dipersilahkan pamer gagasan. Lalu kalau sampai ada debat
moderator harus mengarakan ke situasi yang akrab dan kekeluargaaan.
Sayang, menurut saya seorang intelektual yang di
dukung kalangan orang-orang beragama seperti mas Anis kalau sampai kehilangan
kesantunannya. Pak Prabowo orang tua yang usianya di atas tujuh puluh tahun
disuruh berdiri lama di panggung juga bukan adab yang bagus untuk jadi contoh.
Pemilu dan acara-acara yang menyertainya
ini semestinya jadi bagian dari pembangunan karakter bangsa. Di tengah
keprihatinan kita pada pola pendidikan yang hanya menghasilkan robot dan
zombie, seharusnya pertunjukan para calon pemimpin di atas panggung politik
saat ini tidak menambahi keprihatinan para orang tua yang kini sedang dirundung
kecemasan akan masa depan bangsanya.
Wasalam.
Selasa, 26 Desember 2023
MABUK MEDSOS
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Punya blog tapi nggak pernah posting, ini sama seperti punya
warung yang tak punya barang dagangan untuk dijajakan. Kebetulan saya juga
punya warung dan jarang dibuka. Ada di dalamnya barang yang bisa dijual tapi
stok lama. Blog saya ini juga ada tulisannya yang bisa dibaca oleh pelanggan
lama yang sudi mampir atau siapapun yang atas kehendak Allah diperjalankan
sampai sampai di sini. Dan ini pasti sesuatu yang memprihatinkan bahkan bisa jadi
menyedihkan.
Memang bikin jengkel kalau dipikir-pikir karena mestinya saya bisa nulis apa saja yang tidak penting sekalipun karena niat awalnya ngeblog memang untuk jadi tempat menuliskan apa saja sebagai terapi kesedihan 😆. Tapi entah mengapa rasanya tidak mudah setiap akan memulai. Bahkan ketika idenya saya anggap utuh dan menarik dan saya rasa sudah jadi tinggal memindahkan dari kepala ke tulisan pun ada saja alasan untuk menunda.
Kalau ingat di tahun awal bikin blog waktu itu bisa setiap hari posting. Saat itu setiap kali berhadapan dengan komputer langsung saja menuliskan apa yang terlintas di pikiran, tak perlu nyepi menunggu ide. Lihat sepandukdi jalan langsung jadi tulisan, ada cewek cantik langsung nulis, saya pikir begitu entengnya menulis, hanya sekali duduk selesai lalu bisa blog walking dan punya banyak teman blogger. Eh, ternyata hidup ada pasangan surutnya, cobaan datang dan saya tumbang. Kemudian terseok-seok hingga media sosial merajalela.
Dalam kurun sepuluh tahun terakhir dengan smartphone tak pernah jauh dari tangan mestinya segalanya bisa lebih mudah. Saya bisa ngeblog di manapun dan harusnya bisa bikin tulisan tentang peristiwa yang ada di depan mata, tapi ternyata jauh panggung dari biduan.
Ada sesuatu yang membuat tangan saya berat memulai tulisan memang, yaitu tuntutan membuat tulisan yang bagus. adanya pujian membuat saya jadi merasa harus membuat sesuatu yang lebih. Ini belakangan saya sadari sebagai tuntutan ketrlaluan, karena saya menulis bukan sebagai pekerja yang bertanggungjawab kepada siapa-siapa. Atau saya terlalu menilai tinggi diri sendiri?
Kemudian datanglah zaman ketika henpon banjir aplikasi media sosial yang membuat otak jadi tambah kacau. Pikiran sulit fokus, mudah mengalihkan perhatian dan ternyata jadi lebih menyenangkan. Tak cuma menyenangkan bahkan memabukkan. Sampai di sini akhirnya saya menyadari bahwa ini situasi yang buruk untuk dibiarkan. Tak mabuk minuman tapi mabuk media sosial.
Apakah kesadaran ini bisa memperbaiki keadaan? Momentum
tahun baru mestinya jadi gairah untuk pertobatan dan ini kesempatan yang
harus diperjuangkan. Maka, bagaimanapun era kejayaan blogger dianggap telah berlalu,
bagi hamba Allah yang memang diciptakan untuk ngeblog apapun keadaannya hidup
harus dijalani. Ya toh?
Wassalam.
Ini tulisan serius apa tidak sih, atau jangan-jangan saya
lagi mabok. Begitu saja lah.