Rasanya sudah
benar-benar musim penghujan. Setiap hari kini hujan selalu hadir walau cuma
gerimis beberapa saat. Jalan raya desa kami yang sebagian besar rusak dan belum
diperbaiki sudah pasti terus-menerus berlumpur dan di sana-sini kubangan air
siap menjebak pengendara motor. Air di mana-mana: di jalan raya, di sawah, di
teko, di cangkir, di galon dan tentu saja di sungai. Ya, di musim hujan sungai kini
kembali eksis sebagai saluran air setelah di musim kemarau sungai dipenuhi
sampah rumahtangga membusuk.
Tentang sungai
yang kembali dialiri air di musim penghujan, saya merasaakan hal ini jadi
bagian dari kebahagiaan kami. Dan kami adalah semua warga, tentu saja. Saya
kira sudah jadi fenomena yang lazim ada di mana-mana (dari kota sampai ke desa),
sungai-sungai mendangkal dan menyempit ditimbun tumpukan sampah-sampah
rumahtangga. Sampah-sampah itu saat kemarau mengisi hampir sepanjang sungai,
terutama di sekitar jembatan sampah bisa-berkarung-karung dan menimbulkan bau
busuk. Kini air melimpah, sampah terseret entah sampai di mana, bau busuk pun
untuk sementara menghilang.
Soal bau busuk
di sekitar sungai, mungkin bagi mereka yang tinggal di pinggir sungai,
bagaimanapun mengganggu bisa tidak diambil pusing. Apalagi jika mereka sendiri
pembuang sampahnya. Yang sering menggerutu tentu saja orang-orang yang rumahnya
jauh dari sungai dan sudah sadar diri tidak membuang sampah sembarangan.
Seperti saya sering mengeluhkan—sekedar mengeluh—kepada istri , karena setiap
kali sholat di musholla sering dihampiri bau busuk sampah.
Andai saja
sungai tak pernah kering sepanjang tahun. Dan orang-orang sadar bahwa membuang
sampah di sungai sama dengan menanam benih banjir. Lalu, ini dia, warga
meninggalkan kebiasaan lama yaitu buang air besar di sungai, rasanya kita
bolehlah merasa sebagai manusia beradab. Sekarang ini, di kampung-kampung rumah-rumah
bentuknya sudah bergaya gedongan, tembok semua bahkan keramik menempel
dari lantai sampai dinding, perangkat elektronik tumpah ruah di dalamnya,
di teras rumah berjejer sepeda motor model terbaru, tapi sayang banyak dari
mereka yang tak memilik wece. Saya tidak tahu apakah pembangunan wece umum
diinginkan oleh warga?
Entah mengapa,
padahal kini pekarangan mulai habis dan rumah-rumah sudah banyak yang berdiri
di pinggir sungai, tapi jamban tertutup yang sehat seakan belum jadi kebutuhan.
Sampah di mana-mana mengotori tanah, air
dan udara. Di Jakarta pemerintah provinsinya sedang giat melakukan pembenahan;
sungai dibereskan, warga ditertibkan dan aneka program tengah diupayakan. Harusnya
gerakan semacam ini digalakan di seluruh negri, tapi apa daya berbuat baik bak
memanjat tebing terjal.
Yang jelas
sungai sedang banjir. Musim hujan masih akan berlangsung dua sampai tiga bulan ke
depan. Warga yang alergi bau sampah masih bisa tersenyum lebar, buang air besar
di sungai pun tak lagi sambil menahan nafas. Selamat menikmati musim penghujan
buat warga desaku, kiamat masih jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar