Kembali
ada demo besar-besaran dan kembali rusuh. Demo hari Jumat pekan lalu
(18/12/2020) yang sebelumnya sudah dilarang ternyata tetap diadakan. Sasarannya
memang jelas, Presiden Jokowi di Istana Negara. Dan tentu saja ini bukan yang
pertama, Demo menyasar orang nomor satu di negeri ini bisa dibilang sudah
berjilid-jilid, tanpa kerusuhan atau di akhiri kerusuhan dan pengrusakan. Apa
salah Presiden sebenarnya?
Sampai
banyak meme yang menampilkan gabungan
wajah Jokowi dan wajah Mohamed Salah yang bertebaran di internet, hal itu membuat
saya menyimpan pertanyaan besar: sebenarnya siapa dan ada apa dengan Pak Jokowi?
Beliau yang di mata saya baik-baik saja bahkan prestasinya diakui dunia, oleh para pembencinya beliau itu dianggap
sebagai makhluk paling jahat di muka bumi. Masalah-masalah negara ditimpakan ke
beliau sebagai biang keladinya bahkan sampai ke orang tuanya yang sudah
meninggal. Anaknya si Gibran yang baru menang Pilkada Solo kini pun ramai dicacimaki karena ada berita dia diduga dapat kucuran duit Korupsi Bansos.
Sebagai
orang yang merasa rajin baca koran sejak kecil, nonton berita di tivi juga bisa
dibilang dari bayi, pernah mengalami langsung banyak peristiwa sepanjang masa
sebelum reformasi sampai setelahnya, mendapati fenomena unik seperti belakangan
ini saya jadi bingung ketika ingin berkeluh-kesah. Kepada siapa? Mencoba
menyimak pendapat banyak pakar, mendengar celoteh bapak-bapak
dan ibu-ibu di segala tempat dan suasana, semuanya justru membuat keruh
pikiran.
Maka
saya sejauh ini tak terlalu menimbang banyak omongan. Pegangan saya akal,
maksudnya adalah: pengetahuan (pengalaman), perasaan dan pikiran. Para ahli
yang bicara ini itu di tivi atau di manapun tentu saja ada nilai kebenarannya,
tapi saya bukan bekas manusia hutan yang baru kemarin melihat peradaban. Saya
pernah sekolah, jadi aktivis-aktivisan, demo sampai nginep di gedung DPR,
keluar masuk ruang diskusi dan seminar, membaca banyak sepanduk dan jadi
gelandangan tidur di emperan toko dengan tuna wisma; sedikit banyaknya
pengalaman itu-- berkualitas atau tidak, semua yang pernah saya alami itu saya
yakini adalah pengetahuan yang layak jadi bekal merenung.
Saya
kadang merasa kurang cakap dalam berpikir, tapi tetap yakin bahwa saya punya
otak yang bisa digunakan untuk berpikir. Begitu pula perasaan, saya sering
menangis ketika membaca buku yang berisi kisah mengharukan atau saat melihat
orang dihina dina. Jadi, apa yang jadi pertanyaan saya di atas tentang Jokowi
yang santun dan saya setuju ketika ada yang berpendapat beliau adalah Presiden
terbaik ternyata banyak musuhnya, adalah sesuatu saya anggap serius.
Berapa
tahun lagi saya akan membolak-balik pertanyaan serius ini? Yang pasti,
bagaimanapun pertanyaan ini kadang mengganggu dan membuat saya bengong
berjam-jam, saya tidak pernah sampai bisa menyalahkan Jokowi apalagi Mohamed
Salah. Maka saya berdoa semoga ada kebaikan dari sikap saya yang terus
bertanya. Saya yakin tidak berdosa karena saya berpikir yang baik-baik tentang
Jokowi yang katanya anak PKI itu dan semoga tidak masuk neraka karena tidak
ikut-ikutan gabung bersama para pembela agama.
Selamat
malam.
Gambar: komik kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarlah sebelum anda dikomentari