Laman

Kamis, 17 Desember 2020

TENTANG KEMATIAN DAN SEORANG TEMAN

 

Pernah terjadi dulu saat saya masih SMP ada seorang tukang becak yang mencoba bunuh diri dengan cara mengunci diri di dalam kamar lalu menggorok leher dengan arit. Aksi nekatnya ketahuan saat sekarat dan gagal matilah dia. Lalu ada lagi seorang anak jalanan yang mengaku pernah beberapa kali mau bunuh diri, katanya dari minum racun  sampai mencoba lompat dari jembatan sudah dicobanya, tapi tak mati juga. Dan kita bisa dengan gampang mengatakan pada kasus-kasus tadi: “Belum waktunya.” Dan memang demikian.

 

Abdulloh, ra. mengabarkan bahwa suatu ketika Ummu Habibah, istri Nabi Saw berdoa, “Ya Alloh, panjangkanlah usiaku bersama-sama suamiku Rosululloh Saw, serta dengan ayahku Abu Sofyan dan saudaraku Mu’awiyah.”

Rosululloh Saw pun bersabda, “Engkau memohon ajal yang sudah pasti (tak dapat diubah). Memohon jumlah hari yang sudah ditetapkan hitungannya, serta rezeki yang sudah dibagi-bagi yang tak dapat disegerakan sebelum tiba waktunya, dan tak dapat diundur sedikit pun dari waktu yang telah ditetapkan. Seandainya engkau memohon perlindungan kepada Alloh Ta’ala dari siksa neraka atau siksa kubur, itu lebih baik dan lebih bagus.” (HR. Muslim)

 

Saya menulis tentang kematian sekarang karena kemarin baru saja seorang teman SMP meninggal secara mengejutkan. Teman yang selalu ceria karena pekerjaan dan kehidupan rumahtangganya yang bisa dibilang sesuai idaman orang-orang zaman sekarang, yaitu menjadi pegawai negeri dengan posisi bagus dan memiliki pasangan hidup dan anak-anak yang membanggakan.

 

Dalam pergaulan langsung dengan teman-teman maupun dalam pergaulan online almarhumah benar-benar bisa membuat banyak orang tak ragu menganggapnya orang sukses. Gayanya yang suka bercanda, rutin mengajak makan-makan dan jalan-jalan pakai mobil pribadi, membuat teman-temannya selalu menunggu saat bertemu. Apa daya usia manusia telah ditentukan.

 

Beberapa saat lalu karena pekerjaannya membuat dia sering ke daerah-daerah lain sempat membuatnya kelelahan kemudian sakit. Sempat diswab (karena musim corona) dan hasilnya negatif dengan kondisi organ tubuh semua baik-baik saja (katanya), yang semua itu membuat gayanya tak berubah sampai beberapa hari lalu mengabari kami di Grup WA Alumni SMP bahwa akan tes swab lagi. Rupanya itu komunikasinya yang terakhir dengan kami, karena kemudian yang muncul pesan WA yang membuat banyak teman menangis.

 

Teman kami itu bernama Heni Lestari, semoga husnul khotimah.

 

Siapa sangka mereka yang muda ceria bisa pergi ke akhirat lebih dulu dari mereka yang sudah tua renta dan kepayahan. Heni Lestari ini setiap Sabtu dan Minggu punya jadwal piket mengurus ibunya yang sudah sangat tua, almarhumah selalu membagi saat ceria ketika sedang bersama ibunya. Dan kami pun member komentar: “Semoga panjang umur .” untuk ibunya. Hmmm…apakah kami lupa berdoa agar dia panjang umur juga? Ah, umur sudah ada hitungannya.

 

 

 

2 komentar:

  1. semoga kita semua dijauhkan dari hal2 yg demikian...
    hargailah hidup.. karena hidup itu cm sekali.. utk mengumpulkan bekal menyongsong hidup yg kekal...

    BalasHapus
  2. Penghuni: okelah kalo begitu

    BalasHapus

komentarlah sebelum anda dikomentari