Bulan Agustus,
mendekati tanggal tujuh belas terasa sekali kemeriahan ada di mana-mana di di
sekitar rumahku. Bendera Merah Putih mejeng di halaman rumah, di muka gang
berdiri gagah gapura dan ada banyak kegiatan berupa aneka lomba. Aku yang kini
sedang di desa benar-benar merasakan getar kemeriahan menyambut hari jadi negara ini setelah sekian tahun
tak begitu merasakan semua itu.
Mendapati
suasana semacam ini aku jadi teringat masa lampau saat kanak-kanak. Dulu
memasuki Agustus sebagai anak sekolah biasanya sejak awal bulan sudah sibuk
dengan bermacam kegiatan. Yang masih teringat, anak-anak sekolah akan mencari
atribut kepramukaan, karena sudah jadi agenda rutin pada bulan ini berlangsung
perkemahan. Juga biasanya anak-anak akan mencari bambu untuk dipotong sepanjang
70 cm dan diraut dibuat sebesar jari kelingking untuk gagang bendera. Jaman
dulu membuat bendera merah putih dari kertas warna merah putih hukumnya wajib
bagi tiap siswa untuk acara karnavalan.
Aneka lomba
seperti: lomba bola volly, sepakbola, lomba balap karung, balap lari,
mengaji pun sejak awal bulan biasanya
sudah berlangsung. Puncaknya pada tanggal tujuh belas di balai desa, biasanya
di sana ada panggung hiburan sekalian acara penyerahan piala pemenang lomba.
Ada juga hiburan tambahan dengan menggelar pertunjukan wayang atau sandiwara.
Saya jadi teringat saat awal-awal tinggal di Jakarta, tiap bulan Agustus yang
namanya layar tancap sudah pasti ada di tiap kelurahan (kini sepertinya sudah
sulit ditemui).
Tahun ini,
setelah beberapa tahun mengalami agustusan di Jakarta akhirnya bisa mengalami
lagi di kampung. Terasa sekali bedanya. Di Jakarta pada beberapa tahun terakhir
pada tiap Agustus seingat saya antusiasme warga tidak tinggi, bisa dilihat dari
malasnya memasang bendera di halaman rumah. Rasanya dulu dari tanggal satu tiap
halaman rumah sudah ada bendera merah putihnya, belakangan kalaupun mau
memajangnya baru dilakukan pada menjelang tanggal tujuh belasnya.
Sampai kini di
kampung orang memasang bendera merah putih di halaman masih sama seperti beberapa
tahun belakangan, ada yang memasang ada yang tidak dan yang memasang baru pada
pertengahan bulan. Tapi soal kemeriahan, sangat terasa apalagi aku mengetahui jadwal
rangkaian kegiatannya yang ternyata lumayan seru.
Di tempatku, di
daerah Brebes Jawa Tengah, pada puncak acara nanti akan digelar pertunjukan
wayang kulit semalam suntuk. Biayanya pun tergolong fantastis. Setelah lama tak
ada tontonan semacam ini, saya jadi penasaran, apakah ini sebagai wujud dari
gairah menyongsong era baru Indonesia, atau hanya perasaanku saja.
Semoga ini
pertanda baik bahwa akan ada Indonesia Baru. Karena dua bulan lagi kalau tak
ada belis ngamuk presiden baru akan
dilantik, semoga negri ini menjadi lebih baik kedepan dan Agustus tahun 2015
jadi lebih gegap gempita. Semoga.
4 komentar:
iya benar sekali. Suasana 17 belasan di kampung Halaman trntu lebih meriah daripada di Jakarta pada umumnya.
Dirgahayu Indonesia Tercinta
Selamat Hari Jadi INDONESIA Tercinta
AKu bangga pada mu INDONESIA tercinta
Dikampung saya malah sepi mas :( tapi tetep semangat 45 :) .. semoga indonesia lebih baik lagi .... salam
dl waktu jaman masih SMA..yg aku benci dr 17an adalah harus upacaranya mas..
mana terkadang lapangan upacaranya jauh dr sekolah dan harus jalan kaki berbaris kesananya..
tapi sekarang setelah 15 tahun ngak upacara jadi pengen upacara hehe
Di Tangerang kayae sepi-sepi aja tuh tak liat, lomba buat anak2 sih tetep ada tapi ya nggak meriah2 banget jam 10 juga udah bubar... bendera juga nggak semua rumah masang cuma beberapa aja termasuk rumahku... udah lama nggak ngerasain 17an dikampung, mungkin masih tetep meriah kali ya klo dikampung hehe... :)
Posting Komentar