Minggu, 17 Agustus 2014

Selamat Ulang Tahun Indonesia



Bulan Agustus, mendekati tanggal tujuh belas terasa sekali kemeriahan ada di mana-mana di di sekitar rumahku. Bendera Merah Putih mejeng di halaman rumah, di muka gang berdiri gagah gapura dan ada banyak kegiatan berupa aneka lomba. Aku yang kini sedang di desa benar-benar merasakan getar kemeriahan menyambut hari jadi negara ini setelah sekian tahun tak begitu merasakan semua itu.


Mendapati suasana semacam ini aku jadi teringat masa lampau saat kanak-kanak. Dulu memasuki Agustus sebagai anak sekolah biasanya sejak awal bulan sudah sibuk dengan bermacam kegiatan. Yang masih teringat, anak-anak sekolah akan mencari atribut kepramukaan, karena sudah jadi agenda rutin pada bulan ini berlangsung perkemahan. Juga biasanya anak-anak akan mencari bambu untuk dipotong sepanjang 70 cm dan diraut dibuat sebesar jari kelingking untuk gagang bendera. Jaman dulu membuat bendera merah putih dari kertas warna merah putih hukumnya wajib bagi tiap siswa untuk acara karnavalan.

Aneka lomba seperti: lomba bola volly, sepakbola, lomba balap karung, balap lari, mengaji  pun sejak awal bulan biasanya sudah berlangsung. Puncaknya pada tanggal tujuh belas di balai desa, biasanya di sana ada panggung hiburan sekalian acara penyerahan piala pemenang lomba. Ada juga hiburan tambahan dengan menggelar pertunjukan wayang atau sandiwara. Saya jadi teringat saat awal-awal tinggal di Jakarta, tiap bulan Agustus yang namanya layar tancap sudah pasti ada di tiap kelurahan (kini sepertinya sudah sulit ditemui).

Tahun ini, setelah beberapa tahun mengalami agustusan di Jakarta akhirnya bisa mengalami lagi di kampung. Terasa sekali bedanya. Di Jakarta pada beberapa tahun terakhir pada tiap Agustus seingat saya antusiasme warga tidak tinggi, bisa dilihat dari malasnya memasang bendera di halaman rumah. Rasanya dulu dari tanggal satu tiap halaman rumah sudah ada bendera merah putihnya, belakangan kalaupun mau memajangnya baru dilakukan pada menjelang tanggal tujuh belasnya.

Sampai kini di kampung orang memasang bendera merah putih di halaman masih sama seperti beberapa tahun belakangan, ada yang memasang ada yang tidak dan yang memasang baru pada pertengahan bulan. Tapi soal kemeriahan, sangat terasa apalagi aku mengetahui jadwal rangkaian kegiatannya yang ternyata lumayan seru.

Di tempatku, di daerah Brebes Jawa Tengah, pada puncak acara nanti akan digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Biayanya pun tergolong fantastis. Setelah lama tak ada tontonan semacam ini, saya jadi penasaran, apakah ini sebagai wujud dari gairah menyongsong era baru Indonesia, atau hanya perasaanku saja.

Semoga ini pertanda baik bahwa akan ada Indonesia Baru. Karena dua bulan lagi kalau tak ada belis ngamuk presiden baru akan dilantik, semoga negri ini menjadi lebih baik kedepan dan Agustus tahun 2015 jadi lebih gegap gempita. Semoga.

4 komentar:

Asep Haryono mengatakan...

iya benar sekali. Suasana 17 belasan di kampung Halaman trntu lebih meriah daripada di Jakarta pada umumnya.

Dirgahayu Indonesia Tercinta
Selamat Hari Jadi INDONESIA Tercinta
AKu bangga pada mu INDONESIA tercinta

Oka mengatakan...

Dikampung saya malah sepi mas :( tapi tetep semangat 45 :) .. semoga indonesia lebih baik lagi .... salam

ronal mengatakan...

dl waktu jaman masih SMA..yg aku benci dr 17an adalah harus upacaranya mas..
mana terkadang lapangan upacaranya jauh dr sekolah dan harus jalan kaki berbaris kesananya..
tapi sekarang setelah 15 tahun ngak upacara jadi pengen upacara hehe

Ferdinand mengatakan...

Di Tangerang kayae sepi-sepi aja tuh tak liat, lomba buat anak2 sih tetep ada tapi ya nggak meriah2 banget jam 10 juga udah bubar... bendera juga nggak semua rumah masang cuma beberapa aja termasuk rumahku... udah lama nggak ngerasain 17an dikampung, mungkin masih tetep meriah kali ya klo dikampung hehe... :)