Assalamu’alaikum.
Harga beras tertinggi ketemu rekornya di bulan Februari lalu, begitu kata mereka para pemerhati beras. Di bulan Maret ini banyak orang memprediksi harga beras akan terus naik, ada yang bilang akan mencapai angka 20 ribu rupiah. Kita tunggu saja, memang sedang memungkinkan untuk booming harga beras. Bukan karena kemarau panjang atau el nino, melainkan karena bulan Romadlon tinggal kurang lebih sepekan tibanya. Menteri Perdagangan pun beberapa kali bilang: Biasa harga-harga naik, menjelang puasa.
Soal harga beras yang sedang menunggu anugrah rekor dari Jaya Suprana dengan MURI-nya sejauh ini sepertinya tidak terprediksi para pakar, karena kalau membaca berita dari tahun lalu konon pemerintah sudah mengantisipasinya. Seperti adanya impor beras besar-besaran, membuka lahan padi baru di Papua, pokoknya banyak upaya dilakukan tapi apa daya harga beras melenggang kangkung saja. Maka kalau anugrah rekor belum dikeluarkan bisa jadi menunggu sampai di titik tertinggi atau nanti ketika sudah melampaui harga minyak goreng.
Tidak sanggup saya membayangkan nanti menjelang lebaran membeli beras satu kilo gram pakai uang limapuluh ribuan tanpa kembalian. Sepuluh tahun lalu ketika saya sering beli beras di warung beras saya biasa memilih antara yang harga tiga ribu sampai lima ribu, saat itu saya biasa membeli sedikit yang mahal untuk dioplos dengan beras murah. Sekarang dengan harga yang terendah pun istri saya masih mencari harga yang lebih murah.
Lihatlah ibu-ibu antri beras murah jadi pemandangan umum belakangan ini. Bahkan ada vidio menampilkan seorang ibu menangis karena tak kebagian beras yang katanya murah. Entah mengapa bisa sampai begini, apa sebenarnya yang membuat harga terus naik gila-gilaan padahal pemerintah berulang kali menyatakan stok beras cukup bahkan menjelang pemilu lalu presiden bagi-bagi beras di pinggir jalan.
Sebagai penutup saya ceritakan saja sesuatu yang saya anggap menarik terkait riuh beras murah ini. Sepekan lalu di desa saya ada operasi beras murah yang diadakan oleh pemerintah, beras kemasan 5 kg bertulisan SPHP dijual di Balai Desa dengan harga lima puluh empat ribu limaratus rupiah. Dalam waktu sekejap beras ludes karena kalau dihitung-hitung memang murah. Di warung harga terendah Rp 14000 beras kemasan ini tak sampai Rp 11000 perkilonya.
Hal menariknya adalah, ternyata beras murah yang mengundang antrian itu sudah dijual di Indomaret. Jadi ketika pagi harnya di desa saya ada operasi beras murah itu siangnya saya pergi ke rumah orang tua yang tinggal di kabupaten sebelah. Di rumah orang tua saya lihat ada beras kemasan itu yang saya pikir itu hasil dari antri beras juga, ternyata di sana belum ada operasi beras murah dan beras itu dibeli ibu saya di Indomaret. Dan di sini menariknya, ternyata harganya lebih murah limaratus rupiah. Di Indomaret dibanderol Rp. 54000 di Balai Desa harganya Rp. 54500, murah endasmu!
Daripada pusing saya akhiri saja sampai di sini. Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentarlah sebelum anda dikomentari