" Di Indonesia ada orang besar dengan nyali kecil, ada juga orang kecil dengan nyali besar." Begitu pernyataan yang sempat muncul kemarin dalam sebuah diskusi di Galeri Nasional, sebuah acara yang merupakan bagian dari pagelaran Pameran Tunggal Entang Wiharso yang bertajuk "Love Me or Die". Yang dimaksud orang kecil dengan nyali besar tentu saja Entang Sang Perupa yang memang postur tubuhnya bisa dibilang kecil yang tengah berpameran, sedang orang besar dengan nyali kecil entah siapa. Sedangkan dinyatakan bernyali besar mungkin atau memang karena apa yang ditampilkan dalam pamerannya kali ini benar-benar memukau.
Sampai tanggal 31 Oktober 2010 pameran ini dijadwalkan berlangsung, sangat singkat untuk hasil dari proses kerja yang lama, tiga tahun menurut sang seniman. Banyak puja-puji untuk peristiwa ini. Ada yang mengatakan ini sebagai pameran terbesar yang diselanggarakan Galeri Nasional di tahun ini. Ada juga yang menyatakan pameran ini sebagai yang terbesar di Indonesia di tahun ini. Yang pasti, dari luar gedung pameran saja pengunjung sudah dihadapkan pada sajian memukau berupa pagar besi menjulang dengan ornamen menggugah.
Dari luar sampai ujung ruangan pameran akan terasa sekali kalau yang dipamerkan di sana adalah ekspresi dari banyak gejolak dalam diri Entang. Gejolak yang sangat mungkin ada pada siapapun yang kini hidup di Indonesia. Apa yang hadir di sana dalam beragam bentuknya, dari lukisan, patung alumunium sampai vidio sangat jelas pesannya.
Tak terbayang bagi saya pengorbanan yang dilakukan Entang sebagai seniman dalam berkarya. Tapi sebagaimana yang dikatakan olehnya dalam sesi diskusi "Mencintai atau lebih baik mati, yaitu mati dengan mulia." Kematian yang mulia atau dalam khasanah Islam disebut Syahid demikianlah kiranya yang sedang ditempuh Entang. Untuk Syahidnya itu dia berjihad dengan segala yang dia bisa dalam hidupnya sebagai perupa. "Saya bekerja untuk menghidupi keluarga juga bermakna Jihad," katanya menjelaskan pemahamannya tentang konsep yang selama ini lebih sering disempit artikan sebagai perang itu.
Selamat untuk Entang Wiharso. Andai pameran ini bisa berlangsung lama, atau dipamerkan di tempat-tempat yang memungkinkan segenap manusia di negri ini menyaksikannya, pasti akan lebih hebat. Jadi bagi yang tinggal di Jakarta datanglah ke Galeri Nasional di kawasan Monas Jakarta Pusat, lihat dan rasakan spiritnya. Semoga bermanfaat.
12 komentar:
hebat yaa pak entang itu
kayanya nama diatas agak asing ya..?
posting fotonya dong.
iya tuh, padahal orangnya kecil tapi kok ya kerjanya gila-gialaan
pak Entang hebat sekali kawand.
patut ditiru
wah, kok aku baru dengar namanya ya...
patut ditiru idealismenya dalam berkarya :)
keren karya2nya euy beliau
Aku baru tahu ada seniman bernama Entang Wiharso. Terima kasih infonya ya...
iya makanya jangan remehkan orang kecil, atau jangan remehkan sesuatu yg kecil, kerana ia bisa menjadi besar
Gag bikin di Bali juga biar aku bisa nengok..:(
Tukang Gosip: ya....
Sang cerpenis: lha...itu yang gondrong.
Tomo: patut ditiru gondrongnya. haha
Joe: sekarang sudah tau
Goyang karawang: masa sih?
catatan kecilku: sama2
Rizky:haha
Tukang colong: di bali juga banyak kan pameran?
Posting Komentar