Jumat, 15 April 2011

Pekan Hari Bumi 2011

Kemarin dua hari (13-14/4/2011) saya menonton dua film dokumenter dari luar negeri: Koyaanisqatsi (Godfrey Reggio) dan Home (Yann Arthus-Bertrand) serta tiga film dokumenter lokal yang mengungkap beberapa persoalan yang ada di tanah Papua. Rangkaian pemutaran film yang disertai diskusi itu adalah bagian dari Pekan Hari Bumi 2011 yang dilangsungkan di freedom institute. Rencananya Pekan Hari Bumi 2011 ini akan ditutup dengan kuliah umum yang akan disampaikan oleh Prof. Emil Salim.


Dari menonton film-film dokumenter itu saya merasa sedang terus menerus diyakinkan bahwa bahaya yang berupa gelombang besar bencana sedang melaju cepat ke arah saya berada saat ini. Dan jangan menganggap saya takut dengan hal itu, karena kesadaran bahwa dunia akan mengalami kehancuran telah lama tumbuh dalam diri saya, entah tepatnya sejak kapan. Terutama ketika menyaksikan film dokumenter tentang pembalakan liar di Papua yang berjudul The Last Frontier, dimana film yang beberapa adegannya diambil dengan kamera tersembunyi ini mengungkap pencurian kayu Merbau yang ditebang dari hutan Papua dan diselundupkan ke Cina. Mafia bermain leluasa di sana dengan beking aparat.

Sayang ketika saya tanyakan kepada salah satu pembuat film dokumenter tentang Papua itu katanya untuk bisa mengakses filmnya harus berhubungan dengannya untuk mengkopi dari master. Padahal film yang mengungkap fakta dan datanya penting untuk diketahui masyarakat luas ini mestinya menurut saya agar lebih mudah didapat diedarkan saja lewat internet. Seperti Home yang ternyata di You Tube ada. Semoga tidak lama lagi film yang durasinya pendek-pendek itu bisa didapat dengan mudah karena penting.

Dan saya walau tidak begitu yakin dengan hasil dari segala macam perbaikan yang kini terus dilakukan, tapi tetap menganggap penting upaya penyadaran masyarakat tentang bahaya dari sikap hidup ceroboh. Adanya peringatan hari bumi dan dibuatnya film-film dokumenter tentang kerusakan bumi bagaimanapun tidak mampu mencegah kehancuran tetap menolong pribadi-pribadi yang percaya bahwa bersikap baik itu lebih utama dari laku semena-mena. Maka bagi yang tertarik ingin menghadiri kuliah umum Prof. Emil Salim datang saja Kamis 21 April 2011 di Wisma Proklamasi di samping Taman Proklamasi Menteng Jakarta Pusat.

16 komentar:

Aina mengatakan...

he... jadi penasaran ma filmnya....
harusnya emang perlu disosialisasikan ke masyarakat luas thu,,, biar pada nonton... en ngerti... en lebih menyayangi bumi...

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

pengen hadir... tapi ga tau tempat persisnya... jakarta bikin bingung... :(

Muhammad A Vip mengatakan...

aina:bumi disayang bumi ditendang
noeel:dekat rs. cipto/ui salemba

Unknown mengatakan...

sayangi bumi kita. jgn habis manis sepah dibuang ya

Mulyani Adini mengatakan...

Itulah mengapa kita harus mencintai bumi yang kita pijak.

Muhammad A Vip mengatakan...

Fany n ibudini:oke

Anonim mengatakan...

nice infi, Gan...

eh... kadang ditempat pembalakan liar itu serem banget kejadian aslinya... tembak2an dsb.. seakan nyawa gak ada harganya... dan emang rupiah yg berderet nol nya yg diperebutkan... *aku diceritain sama tentara yg udah pernah nanganin itu*

Bengkalis mengatakan...

Penasaran sayyya

B.S.U. mengatakan...

sip gan

cus mengatakan...

setuju banget, mas. film dokumenter itu kan dibuat salah satu tujuannya supaya bisa ditonton orang banyak. lha, kalo cuma bisa ditonton sama segelintir orang -apalagi cuma oleh fimmakernya sendiri- njuk ngopo digawe. kalau perlu digratiskan.

lidya mengatakan...

cintai bumi setulus hati :)

attayaya-mading mengatakan...

seandainya para pembalak liar itu tertimpa kayu balak yang ditebangnya...
hmmmm...

Gaphe mengatakan...

kayaknya memang kita harus sering-sering diingatkan make filem atau program seperti itu deh. karena kadang secara nggak nyadar, pun kita sering ngerusak bumi juga

Muhammad A Vip mengatakan...

lyli:kalo dijadikan film kategorinya film perang ini
bengkalis:penasaran apa?
BSU:sip dong
cho:emang harus setuju ente, kalo tidak bisa repot
lidya:jangan dimadu
attayaya:gak mungkinlah...yang ada dihutan kan tukang tebangnya
Gaphe:bila perlu sehari 3 kali

alkatro mengatakan...

Yen tak pikir pikir, Lebih bagus kalo yang nonton para 'tarzan berdasi' dan juga para bos properti mas, agar lebih 'mau ngerti' tentang amdal, mungkinkah?

Popi mengatakan...

kalo ada info film-film gini ..bo' ya lengkap kasih infonya disini! film tayang jam berapa, hari apa,dimana alamat lengkapnya! kemarin aku dan rekan2 kantor berniat mo nonton film ..yg tentang pembunuhan sadis itu di Freedom Institute (stlh baca postingan disini) tp kami ragu..jangan2 tayangnya malem2???