Selasa, 25 September 2012

KRL Ekonomi Tak Manusiawi?

Sebagai pengguna KRL Jabodetabek saya selalu geli setiap kali pihak PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) membuat putusan. Beberapa kali pemberlakuan aturan baru selalu gagal atau ditunda. Dan kini ada kabar kenaikan tarif sebesar Rp. 2000,- diprotes dan saya siap-siap saja geli kalau ternyata dibatalkan atau diundur pemberlakuannya. Saya merasa instansi ini dikelola oleh orang-orang yang salah.


Ada juga pernyataan KRL Ekonomi sudah tidak manusiawi (lihat ini), pernyataan yang tak aneh karena pihak KCJ sepertinya ngebet menyingkirkan KRL kelas ekonomi ini. Bukan saja jumlahnya terus dikurangi, lebih dari itu jadwalnya pun sering dibikin kacau (saya pengguna KRL Ekonomi).

Kalau bicara soal manusiawi atau tidak, mestinya yang perlu dikomentari justru kereta commuter. Kereta commuter yang ongkosnya mahal itu justru yang tak manusiawi. Orang-orang yang membayar mahal ternyata harus berdesakan di gerbong ac bahkan sampai ada yang semaput. Saya sendiri sudah lebih dari tiga kali menemui orang semaput di Kereta Commuter Line, sedangkan di kereta ekonomi baru sekali melihat ada orang pingsan, itupun anak muda sakaw.

Yang jelas KRL Ekonomi masih dibutuhkan sampai saat ini. Soal penumpang naik di atap, itu cuma ketersediaan kereta yang kurang, buktinya kalau kereta kosong tak ada penumpang naik di atap. Lagi pula kalau nanti kelas ekonomi dihilangkan, pasti kereta commuter yang akan dinaiki atapnya. Sekarang saja sudah banyak pintu kereta ac yang sudah rusak karena pada kondisi penuh selalu penumpang di pintu mengganjalnya agar tidak tertutup.

Jadi yang lebih mendesak saya kira adalah pembenahan di dalam instansi yang mengelola perkeretaapian. Pilih orang-orang seperti Jokowi-Ahok untuk mengelola, bila perlu adakan pemilihan umum direktur PT KCJ biar para penumpang nanti menyoblos di stasiun-stasiun terdekat.

9 komentar:

Rawins mengatakan...

kayaknya malah harus diilangin sekalian termasuk baswey dll biar kisruh total dan orang ga mau lagi hidup di jakarta
kalo udah sepi kan jadi lancar jaya bro...
#sesat...

Anonim mengatakan...

Manusiawi atau tidak itu juga mungkin SDA nya yang susah di atur mungkin. Kalau sudah penuh dan tidak kebagian tiket akhirnya solusinya naik ke atap gerbong, trus sampai ada yang jatuh meninggal pihak Kereta Api yang di salahkan.

Ya hidup di Jakarta memang susah bro jadi ya nikmati saja.

(I Like Rawin's comment)

Una mengatakan...

Tadi aku PP juga naik ekonomi :D :D
Irit...
Pernah juga kan ya tiket mau naik tapi gak jadi, hahaha...

Unknown mengatakan...

ya itulah manusia. tak pernah puas. hihihi..protes mulu,

alkatro mengatakan...

kl pilih orang seperti kang rawins saja gimana mas?
#ngaciir

Miftahgeek mengatakan...

Kalo saya sih ngeliatnya pihak KRL nya pengen men-standar-isasi kereta biar semuanya ber-AC, mungkin ini jadi jawaban atas olok-olok mereka yang menyatakan bahwa kereta di Indonesia masih ada yang ga pake AC.

Kalo masalah harga mah ga akan pernah akur om. Pihak KRL bisa jadi emang membutuhkan biaya lebih karena kenaikan bahan pendukung, kayak ibu warteg yang naikin harga karena emang dipasarnya juga naik. Jadi kenaikan harga ya belum tentu kenaikan kenyamanan juga.

Sementara kita ya tetep aja nolak dimanapun ada kenaikan harga, mau itu ada kenaikan hak (dari non ac ke ac) ato pun ga ada hak lebih (tetep aja penuh). Coba kapan situ seneng ada kenaikan harga, yang ada seneng karena kenaikan gaji :)

Dan subsidi bukan jadi alternatif disini, saya yakin pemerintah punya banyak rencana (pembangunan/non pembangunan) untuk Indonesia yang lebih baik, namun duitnya udah abis buat subsidi doank.

Kita kayak anak kecil yang nangis ga dibeliin smartphone padahal duitnya udah abis buat beliin dia makanan enak ._.

Obat Sakit mengatakan...

krl masih perlu digunakan yang pasti

Muhammad A Vip mengatakan...

Rawins:kayaknya gak bakalan kisruh kalo nggak ada busway dan krl, lihat saja pas carfreeday, orang jalan kaki dan naik sepeda pada damai.
arqu:banyak orang susah diatur masalahnya jelas kok mas, yang ngatur gak bisa.
Siapa?:naik metromini jantung deg deg plas
Fanny: kalo sudah protes bisa puas lho
Alkatro: Rawins itu mending dibiarkan saja hidup bebas
Miftah:mestinya analogi itu tak dipakai, warteg modal usahanya kan bukan duit pembelinya, sedang krl yang BUMN itu milik penggunanya
Obat sakit:oke oke

Dihas Enrico mengatakan...

hmmmm....
seharusnya harga tiket kereta commuter yg dimanusiawikan...
dan ditambah armadanya..
:)