Rabu, 17 Oktober 2012

Anak

Setelah ikut nunggu waktunya, akhirnya tiba juga. Sebuah SMS memberitahukan kalau telah lahir seorang bayi laki-laki dengan bobot tiga kilo gram lebih. Ya, sebuah SMS yang datang dari Brebes nun jauh di sana mengabarkan lahirnya anak kedua dari kakak istriku. Kabar gembira sekaligus kabar yang membuat sedih karena sampai sekarang istriku yang menikah lebih dulu dari kakaknya belum juga pernah mengalami hamil, apalagi beranak.


Hadirnya anak memang selalu disambut dengan kebahagiaan. Orang yang memiliki anak pun biasanya selalu membanggakan anaknya. Tak hanya ketika anak-anaknya masih kecil dan tampak menyenangkan, bahkan ketika anak-anak sudah besar dan sering membuat masalah pun biasanya orang tua masih tetap menunjukkan kepemilikannya. Bahkan kalau kita amati akhir-akhir ini, banyak orang tua seperti rela jadi budak bagi anak-anaknya.

Meski tak seperti temanku yang selalu emosi ketika bicara tentang anak karena sudah bertahun-tahun menginginkan dan sudah berupaya dengan bermacam cara, istriku sepertinya kini sudah bisa menutupi perasaannya. Dulu setiap kali datang bulan biasanya nangis-nangis, kini sepertinya biasa saja. Mungkin karena beberapa temannya yang sudah menikah lama memiliki nasib yang sama.

Bagiku, tidak punya anak rasanya seperti terkabulnya doa. Saya tentu saja tak pernah memohon dalam doa agar tak dikaruniai anak, tapi rasanya dulu sering setiap kali melihat banyak anak gadis hampir tengah malam masih nongkrong di pinggir jalan, kadang terbetik tak ingin mempunyai anak. Sebagai orang tua pasti berdosa sampai membuat anak gadisnya tidak betah di rumah. Apalagi ketika menyadari beratnya menjadi anak, dimana harus menghormati orang tua seakan tanpa pilihan, kemudian harus mengabdi dan menuruti segala kemauan yang kalau ditolak dinyatakan akan kualat.

Tentu pengalaman hidup manusia berbeda-beda, sebagaimana kemudian manusia menyikapi pengalaman hidupnya pun dengan beragam gayanya. Seperti aku dan istriku, rasanya pengalaman istriku menjadi seorang anak lebih berat daripada pengalamanku, dan sikapnya pada anak-anak juga sepertinya lebih keras daripada sikapku tapi justru dia yang lebih berani ingin punya anak. Sedang bagiku, tak punya anak rasanya keberuntungan di tengah jaman yang berat ini, walaupun kalau nanti si anak datang juga tetap harus disyukuri.

Ingat ungkapan "Surga dibawah telapak kaki ibu"? Menurutku mestinyalah ungkapan itu membuat para orang tua takut, karena surganya anak terletak di jejak kaki orang tuanya. Laku hidup orang tua menjadi penentu masa depan anak-anaknya. Sayang kemudian banyak orang tua yang jumawa (karena mengartikan berbeda) oleh ungkapan itu, sehingga anaknya dituntut menurut dan patuh karena surga merasa ada dalam kekuasaannya.

Semoga keponakan kami yang baru lahir kemarin itu terbimbing dengan baik oleh siapapun yang membimbingnya dalam kebaikan. Dan semoga istriku bisa bahagia dalam keadaan tanpa anak ataupun dengan banyak anak-anak. Untuk anda semua, semoga tidak terus kekanak-kanakan.

11 komentar:

alkatro mengatakan...

selamat atas tambah ponakannya mas,
minggu depan ponakanku genap 1 tahun :D

life must go on..
kl udah waktunya dikasih kan bakal dikasih :)
ane jg masih bersabar nungguin asmirandah #halah

Popi mengatakan...

betul Sob, **latah pake kata 'SOb'?**
Jadi orangtua itu sebenernya ga gampang! DIsangkanya begitu brojol anak, trus tuh anak tinggal dikencarin kayak ayam? tuh anak kudu dibimbing, dirawat dan diarahkan yg bener!
Baik-buruknya si anak, adalah cerminan orangtuanya!

btw...Sepertinya Allah belum kasih kepercayaan sama kalian berdua buat punya anak! So,...sabar saja!

Rawins mengatakan...

anakku juga ga betah di rumah
maunya keluyuran ke gunung mulu
biarin aja lah orang tua tinggal mendukung dan mengarahkan...

eh, selamat atas ponakan barunya ya..

Muhammad A Vip mengatakan...

alkatro:bukannya asmirandah sudah ada yang punya
Popi:kalo yang ngomong ibu-ibu saya mantuk aja deh
Rawins:anakm diumbar aja ya, yang penting diawasi deh

anaksmpku mengatakan...

lha yang dipoto itu anaknya siapa tow om
:D
sayah belajar didik anak kucing sama anak kelinci dulu
entar kl udah paham baru nyari anak orang heheh

meilya dwiyanti mengatakan...

halo mas.. selamat ya nambah keponaakan,

mas, Ara sma calon dedeknya ini jaraknya 8 tahun loh mas, bukan jarak yang dekat, sampe kemarin itu saya lupa bagaimana rasanya hamil lagi (pdhl udah hamil yang kedua)...

anak itu diibaratkan rezeki mas, pemberian, jadi kita tingal nunggu saja, mungkin memang Gusti Allah mau memberi di saat yang benar benar tepat, jadi kita ikuti saja lah rencanaNya..

pasti lebih baik toh dari rencana kita.. hehehhee

pacaran dulu lah mas, belum ada anak, nanti kalo udah ada anak, repottt... mau berduaan saja susah.. hehehehhee

Lintas mengatakan...

Ada istilah banyak anak banyak rezeki. Sebenarnya anak bisa menjadi berkah kalau mendidiknya dnegan baik tapi sebaliknya kalao kita kurang mendidiknya.

Miftahgeek mengatakan...

Semoga didekatkan dengan rejeki akan keturunannya kang, soalnya ada yang ganjel kalo kita tidak meninggalkan keturunan di dunia :)

Dihas Enrico mengatakan...

semoga dibimbing kepada kebaikan dan kedamaiaan..
:)

Anonim mengatakan...

hiks... saya masih anak nih, jd tau bgt rasanya gimana hidup di tengah jaman seperti ini *tsah

Muhammad A Vip mengatakan...

anak smp:anak smp sekarang payah
meilya:ya, sekarang pacaran terus siang malam
lintas:rejeki bisa jadi sesuatu yang tek baik juga buat kita
miftah;semoga saja
Dihas:oke bro
ugahari:hehehe