Setelah mogok produksi beberapa hari kini tempe tahu beredar kembali. Pedagang tempe keliling sudah kelihatan batang sepedanya lagi. Akhirnya, tempe tidak benar-benar lenyap dari bumi. Akhirnya kita tidak kehilangan identitas diri: sebagai bangsa tempe.
Sebagai bangsa tempe kita wajib makan tempe. Maka bagaimanapun mahalnya harga tempe haruslah terbeli. Saya yakin, bagaimanapun mahalnya harga barang dagangan, selama masih dibutuhkan pasti akan ada yang membelinya. Dan tempe adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari hidup orang Jawa. Juallah dengan harga yang sangat mahal sekalipun, tempe pasti akan dibeli.
Jadi kepada para pengusaha tempe, buatlah terus tempe meski harga kedelai menggila. Bahkan jengkol yang hanya sedikit orang yang doyan dan tak perlu proses kreatif untuk mengadakannya saja bisa dijual mahal, kenapa tempe yang butuh kesabaran dan ketrampilan dalam pengadaannya dihargai murah. Jangan takut tidak laku, jangan enggan menjual mahal, karena biasanya semakin mahal harga suatu barang semakin tinggi nilai gengsinya.
Kalau kemudian dengan harga mahal warga ternyata tidak membelinya, juallah ke luar negeri, ekspor ke Eropa atau Amerika. Kita impor kedelainya, di dalam negeri diolah jadi tempe dan kita jual ke mereka dalam bentuk tempe. Kalau negara-negara di luar sana tak ada yang mau membeli, yang penting sudah usaha, silahkan makan sendiri. Yang penting tetap banggalah jadi bangsa tempe.
2 komentar:
Hidup Tempe! Hidup Tempe!
tempe dilawan
Posting Komentar