Satu demi satu proyek prestisius presiden Jokowi akhirnya sukses terselesaikan. Satu tahun menjelang masa kekuasaannya habis sepertinya tinggal Ibu Kota Negara baru yang masih kejar target. Sepuluh tahun kerja dengan pencapaian yang luar biasa mengingat presiden-presiden sebelumnya tak ada yang punya ambisi segila itu dan sukses. Dan yang terbaru yang siap diresmikan tentu saja Kereta Cepat Jakarta Bandung yang diberi nama WHOOSH.
Sebagaimana dulu subway atau MRT hanya jadi angan-angan yang mengendap puluhan tahun, kini semua tahu Jakarta telah memiliki kereta yang berjalan menembus tanah, dan itu karena keberanian Jokowi dalam mengeksekusi. Waktu pertama proyek itu berjalan pasti banyak yang meragukan proyek kereta bawah tanah bisa sukses mengingat sebelumnya proyek monorel yang sudah pasang puluhan tiang mangkrak tanpa kejelasan. Dan tidak beda dengan MRT, dengan iringan olok-olok dan cibiran bahkan hinaan dalam pembangunannya kini di Indonesia sudah ada kereta api super cepat yang siap melaju 380 km per jam. WHOOSH...
Lalu kenapa Whoosh? Kenapa tidak Wes Hewes atau Sat Set atau apalah istilah yang bernuansa lokal biar masyarakat sekitar ada rasa memiliki. Saya tidak tahu siapa yang mengusulkan nama itu pertama kali dan bagaimana nama itu disepakati. Sebagaimana saya tidak tahu pula kenapa kereta cepat dibangun untuk jarak yang dekat dari Jakarta ke Bandung. Kereta cepat idealnya menurut saya untuk jarak diatas seribu kilometer dan menurut saya juga tidak cocok untuk pulau Jawa yang padat penduduk.
Apapun dengan ini dan itu, yang jelas kereta cepat Jakarta Bandung itu sudah diujicoba bahkan harga tiketnya sudah disepakati. Ada kabar lanjutannya mau lanjut Jakarta Surabaya, semoga saja itu tidak benar. Lagipula membangun untuk menyenangkan satu dua orang pakai duit utang apa pula hebatnya. Daripada menggelontorkan biaya triliunan hanya untuk proyek yang cuma bisa dinikmati sedikit orang akan lebih baik untuk proyek strategis lainnya. Atau karena ibukota akan pindah, kereta cepat dibuat saja di ibukota baru itu. Dari Brune Darussalami langsung ke IKN misalnya, siapa tahu negara tetangga kaya itu mau menanggung biayanya.
Negara ini milik seluruh penduduk di dalamnya, maka segala yang dibangun di dalamnya mestinya atas persetujuan seluruh atau sebagian besar warganya bukan maunya pemimpin atau orang-orang kayanya saja. Setiap rupiah yang dibelanjakan wajib dinikmati seluruh warga. Prinsip keadilan ini penting dikemukakan kalau ingin masa depan negara ini lebih baik.
Apa yang dicapai Jokowi mari kita diacungi jempol. Sepuluh tahun dengan ribuan kilometer jalan tol, capaian yang tak terbayangkan sebelumnya. Semoga itu cukup bagi beliau, kini fokus menuntaskan IKN dan tahun depan lengser dengan dagu tegak. Bangsa ini butuh teladan, Jokowi bisa jadi teladan bagi generasi mendatang, sudah cukup rasanya anak-anak kita mendapat contoh buruk dari orang-orang rakus dan kementhus.
Akhir kata, kenapa whoosh lagi? Padahal kalau diberi nama JOKOWI rasanya pantas saja, bukankah presiden kita ini kerjanya cepat?. Mungkin beliau yang rendah hati tidak mau, cukup baginya hasil kerjanya bisa dinikmati. Atau Joko Whoosh? Sudahlah, semua sudah ditetapkan. WHOOSH: Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Handal, begitu kepanjangannnya.
1 komentar:
pengen nyobain whoosssss
Posting Komentar