Kamis, 12 Agustus 2010

Buka Puasa Bersama di Mesjid


Salah satu ciri bulan Romadlon di kota besar seperti Jakarta adalah ramainya mesjid-mesjid. Coba perhatikan mesjid-mesjid yang ada, tak hanya malam, siang pun demikian. Malam tentu saja karena ada sholat tarawih, dan apakah ramainya di waktu siang karena banyak orang yang melakukan sholat berjamaah. Bisa jadi demikian, tapi yang paling menyolok adalah ramainya orang tiduran di dalam mesjid.

Orang tiduran di mesjid bisa seharian di sana. Kemarin seorang kawan mengabarkan kalau di sebuah mesjid di daerah Jakarta Pusat melarang mesjidnya jadi tempat tidur di siang hari. Dengan alasan tak boleh malas-malasan di saat puasa, juga air liur yang menetes di karpet mesjid najis hukumnya. Saya tidak tahu kelanjutannya, hari ini saya akan mencoba mendapatkan jawabannya.


Bagaimana saya mendapat jawaban atas pertanyaan itu, tentu saya akan mendatangi mesjid tersebut untuk mengintrogasi beberapa oknum yang bisa ditemui. Saya akan duduk-duduk--tidur-tiduran dilarang soalnya-- di sana. Duduk-duduknya sudah pasti menjelng maghrib, karena sudah bukan rahasia lagi kalau mesjid-mesjid di Jakarta menyediakan hidangan buka puasa. Jadi selain investigasi juga cari nasi, atau jangan-jangan terbalik, cari nasi plus investigasi.

Yang pasti soal dapat jatah makan buat buka puasa di mesjid bukanlah sesuatu yang luar biasa, tapi tradisi buka puasa bersama di mesjid-mesjid adalah peristiwa besar. Ini peristiwa yang menunjukan bahwa banyak orang-orang di sekitar kita yang sudah berkesan individualistik itu ternyata masih banyak yang peduli dan bahwa memberi tidak lah menjadikan seseorang menjadi miskin. Ada satu keluarga yang setiap hari menyediakan ratusan bungkus nasi untuk beberapa mesjid dan mereka tidak bangkrut setelah lebaran. Satu setasiun radio di daerah Rawamangun juga menyediakan makanan untuk berbuaka bagi siapa saja yang kebetulan lewat di depan kantor mereka ketika tiba waktu maghrib dan mereka antusias menyiarkannya.

Berbuka puasa di mesjid tentu bukan dikhususkan bagi mereka yang tak punya uang buat makan. Siapa saja bisa ikut di dalamnya, coba saja perhatikan, pasti di sana ada mereka yang dandanannya perlente bahkan berdasi. Beragam manusia membaur yang pada akhirnya menjadi pemandangan yang menyenangkan. Betapa seandainya kita mau duduk bersama, apapun dan bagaimanapun posisi kita di masyarakat, membaur menikmati hidangan yang sejenis dapat menciptakan suasana meriah.

Saya membayangkan andai tradisi ini tak hanya berlangsung di bulan Romadlon, rasanya akan bayak masalah masyarakat yang terselesaikan di sana. Akan terpantau orang-orang yang susah dan kesusahan. Lalu orang-orang yang punya kemampuan untuk membantu bisa bicara akrab di sana untuk membicarakan bermacam kemungkinan.

Lalu siapa yang mau menyediakan ratusan nasi bungkus sepanjang tahun? Yang pasti banyak orang kaya yang hampir setiap hari membagikan nasi bungkus di jalanan. Lembaga-lembaga pengumpul zakat dan sodakoh juga kasnya cenderung menggelembung setiap tahunnya, sesuatu yang menunjukkan mereka kesulitan mendistribusikan dana yang ada. Mesjid-mesjid di Jakarta juga umumnya memiliki dana yang melimpah, beberapa bulan lalu Mesjid Sunda Kelapa mengumumkan jumlah uang kas yang tersimpan sebesar lebih dari sembilan milyar. Jelas sekali banyak uang tak terpakai di negri ini.

Rosulullah, kita semua tahu mengecam orang yang menumpuk-numpuk harta. Kita diperintah memberi makan orang-orang yang lapar. Bahkan tidak dianggap sebagai umatnya jika seseorang tidur nyenyak padahal dia tahu ada tetangganya yang kesulitan. Ah, seandainya Rosulullah di negri ini benar-benar jadi teladan.

6 komentar:

HB Seven mengatakan...

ta'jilan memang menyenangkan..seolah ktia terbebas dari batas-batas materi...

Camajuyas mengatakan...

masjid tempatku juga sering diadakan buka bersama.

Muhammad A Vip mengatakan...

Fajar: kapan-kapan saya ke Jogja kalo begitu

Arif Chasan mengatakan...

wah... tapi menurutku, lebih asik low buka puasa sama keluarga...
lebih kena... hehe..

om rame mengatakan...

tapi kadang masih ada juga oknum yang memanfaatkan kondisi tersebut Lho Om, misaLnya beberapa "gepeng" yang enggak puasa pun ikutan numpang buka dan makan. memang sih mereka tergoLong dhuafa, tapi kadang kedhuafaannya karena kemaLasan mereka sendiri, masih muda segar bugar akaL sehat tapi ngemis.

Muhammad A Vip mengatakan...

Arif@apalagi kalo satu keluarga dibawa ke mesjid.

Om rame@memang ngeselin, tapi dengan ngumpulnya mereka di mesjid siapa tahu dapat hidayah.