Ketika ramai orang ribut soal naiknya harga cabai rawit yang sampai tembus angka seratus ribu rupiah per kilo gram saya sempat kepikiran bagaimana tukang gorengan menghadapi keadaan. Karena sudah sama kita tahu tukang gorengan selalu menyediakan cabai rawit untuk teman makan gorengan para pembelinya. Dalam hal ini saya yang senang cabai rawit karena konon bagus untuk kesehatan ginjal tak pernah ketinggalan setiap kali membeli gorengan. Saya selalu mengambil banyak, karena kalau sisa bisa dibawa pulang buat nyambal.
Terbayang bagaimana wajah tukang gorengan membeli sekilo cabai rawit dengan uang seratus ribu rupiah. Pasti cemberut wajah-wajah itu, karena meski bukan cabai rawit yang pokok dari dagangannya tapi seakan barang pelengkap itu wajib hukumnya untuk ada. Waktu itu saya mengira kalau jatah cabai rawit untuk tiap pembeli dibatasi, yaitu dua potong tempe goreng satu cabai dan kalau gorengannya manis seperti pisang atau ubi tanpa cabai.
Namun ternyata perkiraan saya meleset, saya tak benar-benar mampu membaca pikiran para tukang gorengan. Saya tak pernah berpikir sama sekali kalau para tukang gorengan akan mengatasi mahalnya harga cabai rawit dengan pindah ke produk kemasan. Tukang gorengan itu memanfaatkan saus atau sambal kemasan dalam sachet sebagai pengganti cabai rawit. Harga per sachet yang seratus rupiah rasanya memang lebih baik daripada cabai rawit yang seribu rupiah hanya mendapat enam biji saja.
Bagi saya itu tak mengganti karena pedasnya beda. Saya juga tak suka dengan produk kemasan, karena tak yakin kalau itu alami dan sehat. Jadi saya sebagai konsumen cuma bisa kagum dengan kemampuan tukang gorengan mengatasi keadaan, sedangkan saya tetap kehilangan cabai rawit setiap kali beli gorengan, bahkan mungkin untuk selamanya karena bisa jadi tukang gorengan akan tetap memakai produk kemasan itu daripada kembali ke cabai rawit.
17 komentar:
Untung aja aku gak suka pedas... jadi meskipun harga cabai setinggi langit aku masih selalu tersenyum... ^_^
Jadi pengen makan gorengan... Lapar nih... Udah waktunya makan siang pula. Gimana nih?
Aku sukanya ketela goreng yg dikasih keju, Om.
yah sayang banget ya, jadi gag asik lagi deh ngemil gorengan
Mbak Reni:Mbak banyakin minum saja, gorengan terlalu banyak minyak nggak baik lho.
Place: singkong keju ya? enak...
Tukang colong:diasyikin aja
aku malah gak suka cabe dalam kemasan....rasanya malah manis....
tukeran link yah boss..
Adi: memang, merahnya juga pakai pewarna kayaknya.
Wah, kayanya beda deh rasanya kalau mengkonsumsi gorengan menggunakan cabai rawit dengan saos sambal kemasan. Tapi kita harus bisa memakluminya. Nggak mudah bertahan disaat harga kebutuhan pokok terutama cabai menjulang tinggi. Bersabar saja dan menunggu situasi normal kembali
wah, mana asik makan gorengan pake sambal botol gitu. gak seru dong. kan kalo pake rawit bisa digigit. krenyes2..
katanya pemerintah mau menurunkan lg harga cabai tapi janji tinggal janji...
ane hobi banget makan gorengan eh pas denger harga cabai naik tuh tukang dagang jadi nyetokin dikit cabenya T_T
semut rang-rang juga sama pedesnya ama cabe rawit..hihihi...
Aku lebih suka pakai petis + lombok yang ada di depan rumah :D
tukang gorengan juga kudu kreatif yo mas...he hehe tapi memang lagi gila ni harga cabe..
malah yang asyik emang sensasi "nyeplus" lomboknya itu..
well, saya malah baru tau kalo baik untuk ginjal...
mereka kan sudah punya SBTG bos.. jadi ga kan kalut kalo ada hal2 kayak kenaikan harga cabe atau terigu.. soalnya solusi udah ada jauh2 hari..
SBTG (standar bisnis tukang gorengan) hehe
waaah ini terjadi transformasi produk
bagus juga idenya
Mas Ifan:kayaknya tukang gorengan akan bertahan dengan cara barunya deh!
fan:betul itu
moenas:hahaha
lily:semut rang rang di tempat saya jarang, ada juga kecoa.
anas: asyik juga kayaknya
manajemen emosi:demikianlah
goyang karawang:SBTG? wah hebat mereka ya...haha
Posting Komentar