Selasa, 01 Maret 2011

Kaki Lima

Terus terang dulu saya sering memikirkan pedagang kaki lima siang dan malam. Bukan memikirkan nasib mereka, tapi memikirkan istilah "Pedagang Kaki Lima" itu. Sesuatu yang selalu tak ketemu jawabannya ketika muter-muter dipertanyakan kenapa disebut ber-Kaki Lima. Apa karena grobaknya berkaki tiga (sebenarnya roda) terus ditambah kaki pedagangnya yang dua sehingga menjadi lima, lalu bagaimana dengan lapak dari meja yang berkaki empat, kalau ditambah kaki penjualnya kan jadi enam?


Ternyata oh ternyata. Tanpa sengaja di sebuah milis saya membaca penjelasan yang menerangkan persoalan ini. Di milis itu sebenarnya tidak sedang didiskusikan masalah pedagang kaki lima tapi sekedar respon dari salah seorang peserta yang mencoba membetulkan pemahaman tentang pedestrian. Seperti saya juga, banyak memang yang memahami kalau yang disebut pedestrian adalah trotoar atau jalur untuk pejalan kaki. Sesuatu yang salah karena ternyata pedestrian itu adalah para pejalan kaki itu sendiri. Dan jalur untuk pedestrian itu adalah trotoar atau kaki lima.

Jadi Kaki Lima adalah istilah lain dari trotoar, yang kini lebih umum dijadikan tempat untuk para pedagang kecil. Dan pedagang kecil ini disebut pedagang kaki lima karena mereka pedagang yang berdagang di kaki lima. Sedang istilah kaki lima sendiri berasal dari jaman dulu entah siapa yang memulainya, karena dulu trotoar dibuat dengan lebar lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Cuntel-nya saya ini, dulu tak mampu bernalar sampai begitu.

Trotoar atau kaki lima sekarang memang tak lagi dibuat dengan lebar lima kaki. Di beberapa tempat di Jakara lebarnya bahkan bisa sampai tiga meter lebih, meski banyak juga yang tak jelas ukurannya. Ada yang cuma setengah meter dengan tanaman yang diletakkan di sana entah dengan maksud keindahan atau menghalangi orang lewat. 

Tapi rasanya jalan-jalan di Jakarta kebanyakan sudah tak lagi bertrotoar. Karena seringnya terjadi pelebaran jalan yang pasti menggusur trotoar lama dan tak diikuti penggantian. Padahal pejalan kaki sampai kapanpun pasti tetap akan ada dan layak untuk diperhatikan, jadi tolong tetaplah buat trotoar, kalaupun tidak lagi lima kaki, empat kaki juga tidak apa-apa.

19 komentar:

Unknown mengatakan...

hehe aku aja baru tau pas baca tulisanmu ini. jadi sama cuntelnya ya

Muhammad A Vip mengatakan...

kita bikin grup cuntel yok!

W i e d e s i g n a r c h mengatakan...

::: wow!!! wawasan yang unik sekali tentang kaki lima ^___^

::: jadi mengerti info baru ini lho ^__^

::: menarik !

TUKANG CoLoNG mengatakan...

kalo kaki limanaya teratur mah sedap dipandang, kalo berantakan bikin makan ati

Muhammad A Vip mengatakan...

Wied:makasih
Tukang Colong:makan ati kebanyakan bisa asam urat lho.

depz mengatakan...

yup yup...
info yg pernah saya baca juga mengatakan demikian :)

blog item mengatakan...

bahasan yg cukup menarik gan :)

Harto mengatakan...

hampir di setiap kota bahkan di daerah yang namanya trotoar itu sudah tidak berfungsi lagi, karena banyaknya pedagang kecil yang berjualan di emperan trotoar alias PKL. jadi kita kembalikan lagi kepada pemkot atau pemda setempat yang mana harus bisa diberikan tempat untuk para PKL agar fungsi dari trotoar untuk para pejalan kaki bisa aman dan nyaman. biasanya para PKL yang berjualan di trotoar itu biasanya datang satu persatu dan kalo sudah begitu banyak barulah pemda / pemkot setempat melarangnya dan sering jadi keributan seperti yang sudah2.
trims atas infonya, sukses selalu n tetap semangat

Rawins mengatakan...

hehehe baru tau kalo sejarahnya kayak gitu...

Gaphe mengatakan...

iya bener.. kaki lima tuh jaraknya lebar lima kaki dari pinggir jalan.

yang saya bingung, istilah "kaki" kan di negara kita nggak lazim jadi ukuran panjang.. kenapa dipake?..
apakah mengadaptasi kalo di luar negeri namanya 5 feets seller??

joe mengatakan...

karena kakinya lima jadi mungkin biar cepat larinya kalau dikejar trantib

Anonim mengatakan...

Di Jakarta tidak hanya trotoarnya saja yang perlu diperthatikan, tetapi mental mayarakatnya juga mesti restart. Bayangkan saja, jalan menuju halte kendaraan saja banyak yg males2an, akhirnya kendaraan umumpun juga se'enaknya berhenti (meski tidak pada tempatnya).

Muhammad A Vip mengatakan...

depz:sama ya?
blog item:makasih
Harto:sukses pak
Rawins:ini bukan bicara sejarah lho
Gaphe:bukan rahasia kan kalo kita suka ikut2 orang asing
joe:apa nggak tambah ribet kebanyakan kaki?
Tips:hehehe

Yayack Faqih mengatakan...

owh gitu ya hehe baru tau sekarang asal usul istilah dari kata kaki lima. Makasih share nya sob...

latifatul ali mengatakan...

he he.. tuk penulis

Muhammad A Vip mengatakan...

yayack:begitulah mas.
latifa:hehe juga

Dhymalk dhykTa mengatakan...

wow..nice sharing...baru tau juga...hehe

niee mengatakan...

wah, baru tahu aku tuh mas..
dulu tahunya pedagang kaki lima itu yang berdagang 5 kaki dari ruas jalan..

tapi sekarang sepertinya trotoar bukan 5 kaki lagi deh, ada yang tinggal setengah meter (1 kaki) aja..

Muhammad A Vip mengatakan...

niee: bukan trotoar itu, tapi pematang