Menyaksikan Pameran Sejarah Bioskop di Indonesia yang diselenggarakan dalam rangka Bulan Film Nasional isinya tak beda dengan pameran yang sebelumnya. Memang ada penambahan sedikit, tapi tidak mengubah kesan saya. Saya padahal berharap ada tambahan foto-foto gedung bioskop kecil di ibukota yang eksis sepuluh sampai duapuluh tahun lalu. Yang harapannya bisa mengobati rasa kangen saya.
Bioskop adalah bagian dari masa lalu yang tak bisa dilupakan begitu saja. Sampai sekarang saya masih tetap ingin menonton seperti dulu dan masih jelas terbayang bagaimana suasananya menonton di bioskop kecil yang tempat duduknya bisa digeser-geser dan kalau malam minggu penontonnya bisa sampai berdiri di depan layar. Dan saya yakin para penggemar film yang sudah melek pada pertengahan tahun sembilanpuluhan ke bawah mengidap rasa kangen yang sama seperti saya. Karena pada masa itu bioskop masih bertebaran sampai ke pelosok dan belum menjamur pemutar film seperti sekarang ini.
Sepanjang saya mengenal tempat bernama bioskop rasanya saya masih ingat betul nama-nama bioskop langganan dan film-film apa saja yang pernah saya tonton di sana. Kapan pertama kali saya nonton di bioskop juga masih jelas dalam ingatan, waktu itu mungkin saya belum sekolah, saya nonton berempat dengan dua orang teman main dan Abah saya. Filmnya: Janur Kuning. Bioskopnya bernama Aladin di Ketanggungan Brebes, yang sekarang sudah hilang bangunannya dan telah berganti menjadi toko swalayan. Di bioskop itulah saya waktu SD sering menonton atau sekedar melihat-lihat poster dengan teman-teman yang dicapai dengan naik sepeda berboncengan.
Di Jakarta bioskop yang pernah jadi langganan saya juga tak bisa didatangi lagi karena bangunannya memang sudah tidak ada. Dulu di daerah Walang Baru, Koja, Jakarta Utara ada Walang Baru Cinema yang jadi tempat nongkrong hampir setiap hari. Di kawasan Senen ada Duta Theater yang biasanya untuk menonton film yang baru turun dari Twenty One dengan harga tiket yang sedikit murah. Bioskopnya bagus, sayang ikut hangus ketika Proyek Senen terbakar. Dan bioskop langganan terakhir yang kini juga sudah habis adalah Nusantara 21 di Jatinegara. Kini bioskop langganan adalah TIM yang ternyata di sana ada pemutaran film gratis setiap hari untuk film-film lama atau film-film festival.
Dulu saya sering mengajak adik saya menonton di bioskop. Waktu itu sering ketika sedang asyik menonton adik saya menangis karena takut dalam gelap. Dan rasanya adik saya kini tak suka nonton di bioskop yang mungkin karena pada saat dia remaja bioskop sudah tak ada lagi yang hidup di kota-kota kecil. Kini untuk kota yang lumayan ramai seperti Brebes saja sudah tak ada lagi gedung bioskop, di Tegal mungkin masih atau jangan-jangan juga sudah tak lagi ada.
Apakah masa-masa seperti dulu, di mana bioskop jadi tempat mendapatkan hiburan di luar rumah bagi warga kelas bawah akan kembali? Dan kejadian menjelang sore ketika anak-anak nongkrong di pinggir jalan menunggu mobil yang menyiarkan film yang sedang di putar di bioskop berkejaran berebut poster film yang disebar lewat mobil yang melintas dengan pengeras suara akan ada lagi? Rasanya saya terlalu asyik dengan masa lalu.
12 komentar:
Sama aja sih. Di tempatku juga seperti itu. Dulu sekali masih di tahun 90 an, bioskop menjamur dimana-mana. Namun di era yang katanya milennium ini, bioskop cuma 1 saja yaitu jaringan milik sudi katmono
saya malah jaraaan g banget ke bioskop. hehee
duh, jadi lupa kapan terakhir kali ke bioskop langganan..
udah hampir 2 bulan kayaknya.. kangen juga sih nengokin ada film baru apa?
suka nonton juga ya
welll.....mustinya tambah banyak koleksi filmnya...kan sdh banyak tuh film p*rn* ina yg bergenre hantu :D
hhmmm. di tempat saya ga ada bioskop.. jadi ga kangen yes...
jadi ingat masa indah di bioskop waktu tempo dulu hehehe
Jadi ingat zaman muda ke bioskop hehehe
Btw buku tamu dimana ya....
bioskop di bali mahal.. :(
ifan:XXI ya?
fany:kenapa, asyik lho gelap2an
gaphe:di KL ada bioskop tidak?
lidya:iya bu
skydrugz:hus!
BSU:kasihan...
anis:buku tamu di mana ya?
tukang colong:ke sini aja kalo gitu
hehe...kok bisa nyambung ya dengan postingan ku?? btw..emang bioskop yg di Senen kenapa? banyak pocong dan kuntinya ya? wah pantesan tema filmnya hantu2an, rupanya yg nonton juga sejenis! :D
aku mah kangen layar tancep...
nonton sambil berkierodong sarung
ngemut kacang goreng
dan pacaran juga...
Posting Komentar