Sama seperti anak-anak kecil pada umumnya, saya juga pada masa itu punya banyak mainan. Ada mainan yang dibuat sendiri, ada juga mainan yang dari membeli. Yang buat sendiri diantaranya adalah mobil-mobilan dari bilah bambu, mainan jenis ini saat sedang musim hampir setiap anak-anak punya walau tak semua bisa membuatnya dengan hasil bagus. Selain itu tentu masih banyak jenis mainan yang sepertinya sekarang sudah pada punah. Sedang mainan yang beli salah satunya yang beberapa waktu lalu saya lihat masih ada penjualnya di pasar, yaitu kapal perang mainan dari seng.
Kapal perang dari seng yang kalau jalan berbunyi otokotok itu biasanya saya beli ketika ada Pesta Metik Tebu. Di Brebes setiap bulan Maret, April, Mei biasanya ada pesta metik tebu yang berlangsung di beberapa pabrik gula yang jumlahnya bisa dibilang banyak. Memang sekarang beberapa pabrik sudah tak lagi beroprasi bahkan ada yang tinggal puing-puingnya, tapi tradisi pesta metik tak berhenti. Pada saat pesta metik yang biasanya berlangsung beberapa minggu itulah banyak pedagang musiman datang dari berbagai penjuru meramaikan.
Dulu setiap ada metikan (biasanya begitu sebutan untuk pesta metik, walau ada juga yang menyebut bancakan) kapal mainan ini atau saya dulu menyebutnya prahu (karena sebutan kapal biasanya untuk pesawat terbang) seingat saya selalu terbeli. Sehingga ketika saya melihatnya lagi di pasar memori tentang prahu otokotok ini bermunculan lagi. Sempat ingin membelinya lagi, tapi entah mengapa tak ada gairah, mungkin karena tak ada anak kecil di rumah.
Saya merasa mainan jenis ini bagus untuk merangsang kreatifitas anak. Bagaimana kapal dari seng bisa meluncur di air dan menghasilkan bunyi hanya dengan dipanasi oleh api kecil yang menyala dari kapas yang diberi minyak goreng saya rasa sangat mengundang rasa penasaran. Sampai sekarang saya masih menyimpan banyak tanya untuk mainan yang satu ini.
Cuma sepertinya prahu otokotok ini sepi peminatnya, sebab setiap kali saya melewati lapaknya selalu terlihat sepi dan tak ada seorangpun yang tampak mengamat-amati. Bukan hal aneh tentu saja, mainan lokal belakangan memang cenderung dipandang sebelah mata. Bahkan dalam banyak hal barang lokal dianggap tidak bergengsi.
Apalagi dengan semakin padatnya perumahan membuat lahan untuk bermain semakin diabaikan. Anak-anak sekarang umumnya bermain di depan layar televisi dengan remot atau di warnet-warnet dan rental game. Ponsel juga kini sudah jadi mainan, jadi dipastikan mainan seperti kapal-kapalan atau mobil-mobilan sudah tak menarik bagi anak-anak. Yang ada kemudian justru mainan anak-anak itu jadi mainan orang dewasa sebagai sarana berkomunitas. Lalu kira-kira komunitas prahu otokotok ada nggak ya?
12 komentar:
jadi teringat masa kecil, perahu otokotok ini adalah salah satu mainan kesukaanku...apalagi saat api dinyalakan dan terdengar suara tokotok tokotok....keren :-)
hahaha... enyong be seneng kapal-kapalan sing kaya kiye koh. nang pasar anyar bogor karo pasar depok esih akeh Kang
Oh itu disebut Prahu Otokotok..?
Mungkin karena suara yang muncul spt itu ya, jadi disebut spt itu juga hehehehe.
Waktu aku kecil aku suka liat perahu spt itu, tapi gak pernah beli sih. Gak suka soalnya hahaha
wah ini mainan kesukaanku waktu kecil dulu mas.
Butuh bak untuk memainkannya
ngeneh maning ahh
Dulu mainan kayak gini sering banget saya temuin, mas....
Saya waktu kecil punya perahu seperti ini. Perahunya saya mainkan di kolam depan rumah.. Kalo sekarang agak susah nyari di pasar.
Perahunya keren tuh kang' .. mantef.
Wah, gw jadi teringat masa lalu!itu perahu dulu suka bgt gw dengerin suaranya sambil melamun gt, gak tau kenapa.. wkwkwk
kebetulan deket rumah ada kali,
nek dolanan perau othok
biyen inyong cemplungno di kali nggo balapan :D
dulu waktu kecil aku sering bgt main perahu kayak gini di dalam baskoom yg gueeede bgt haha biar puas
Kok belum update lagi Mas ? :)
Posting Komentar