Kamis, 20 Maret 2014

Sesama Transjakarta Dilarang Saling Mendahului



Kalau tidak salah ingat dulu ada ungkapan terkenal yang berbunyi: Sesama Bis Kota Dilarang Saling Mendahului. Ungkapan yang kemudian beberapa kali saya pernah mendengar dalam pergaulan diplesetkan menjadi : sesama orang gondrong dilarang saling mendahului. Saya ragu-ragu ungkapan itu pernah ada karena kini sudah tak pernah mendengarnya lagi. Terlebih setiap kali naik Metromini atau Kopaja selalu terjadi kejar-kejaran saling mendahului. Bahkan beberapa kali naik bus Transjakarta pun terjadi saling salip.


Bus kota kejar-kejaran, saling salip berebut penumpang sudah lumrah saya kira. Penumpang umumnya pasrah diperlakukan seperti benda mati. Bahkan polisi lalu lintas tak pernah saya temui atau saya baca di berita mengejar dan menghentikan bus kota yang melaju cepat menyalip kendaraan lain di jalan raya. Padahal kecelakaan bus kota yang ngebut dan menabrak sering terjadi. Mungkin ulah supir bus-bus itu dimaklumi karena soal kejar setoran, lalu kenapa bus Transjakarta juga demikian, padahal tak ada penumpang atau banyak penumpang tetap pendapatan sopirnya sama saja dan jalurnya sudah dibuat khusus.

Di beberapa jalan yang dilalui bus Transjakarta memang ada yang tak ada jalur khususnya, seperti di depan gedung DPR/MPR. Di sanalah pertama kali saya tahu ada Transjakarta saling mendahului. Dan ternyata di beberapa tempat pun hal seperti itu terjadi juga, padahal sebelumnya tak terpikirkan sama sekali. Saat lampu merah menyala, di perempatan Kuningan beberapa kali saya lihat bus Transjakarta berjejer beriringan seperti sedang menunggu start balapan. Berkali-kali saya menyaksikan hal itu tetap tak habis pikir, karena saya berpikir angkutan umum andalan DKI Jakarta itu punya management travic yang jelas, dimana bus datang dan pergi sesuai urutan.

Dulu sebelum ada Busway saya pernah berandai-andai (atau berharap) pada suatu saat di Jakarta tak ada angkutan umum kecil seperti Mikrolet bahkan bus sedang seperti Metromini, yang ada hanya bus besar seperti PPD, Mayasaribakti dan lain-lain. Saya bayangkan bus-bus itu diatur sedemikian rupa waktu kedatangan dan pemberangkatannya. Kecepatan lajunya ditentukan dan dilarang saling mendahului. Tanpa jalur khusus seperti sekarang, tapi bus-bus itu melaju tetap wajib di jalur kiri dan berhenti hanya di halte. Waktu itu saya ingin begitu karena saat menonton film Amerika tak pernah saya lihat ada angkutan umum jalan raya selain bus dan taksi dan saya menduga bus kota di sana dipolakan seperti itu. Tapi harapan saya tak terwujud, karena kini justru PPD bangkrut lalu muncul Busway yang dibuatkan jalur khusus. Makanya waktu Busway diresmikan Bang Yos dulu, saya sempat mengharamkan diri naik Transjakarta dan bertahun-tahun tak pernah menaikinya sampai akhirnya terpaksa menghalalkannya.

Kini Busway jadi andalan dan terus ditambah jumlahnya agar warga antusias memanfaatkannya. Bus-bus baru yang lebih panjang terus berdatangan, walau masih sangat kurang jumlahnya namun harapan akan terpenuhi jumlah idealnya sepertinya tak akan lama lagi bisa terwujud. Sayangnya management travic-nya masih belum jelas: kadang sampai satu jam menunggu, ketika datang justru runtung-runtung seperti sedang pawai. Lajunya pun banyak yang seperti sedang kejar setoran, lalu saling mendahului saat tak ada pembatas jalannya.

Saya kira bersamaan dengan terus ditambahnya jumlah bus, penting sekali diatur soal aturan dilarang saling mendahului ini. Busway harus ditentukan kecepatan lajunya dan jarak antar bus juga harus jelas. Misalnya tidak boleh melaju dengan kecepatan di atas 30km/jam, lalu antara satu bus dengan bus lainnya harus berjarak tak boleh kurang dari 500m yang artinya kalau satu bus terhadang macet bus dibelakangnya harus mengimbangi dengan menahan lajunya. Dan polisi harus menilang sopir Busway yang tidak mengindahkan aturan. Supir yang ugal-ugalan juga harus dipecat segera mengingat yang ngantri ingin jadi sopir busway banyak.

Jokowi boleh tak jadi gubernur Jakarta lagi, tapi Busway wajib diperbaiki pelayanannya. Kenyamanan penumpang harus diutamakan, karena tanpa kenyamanan angkutan umum tak akan jadi pilihan utama. Warga tak perlu dilarang pakai kendaraan pribadi, sebab kalau angkutan umumnya nyaman pasti mereka ramai-ramai memanfaatkannya. Sekarang saja dengan pelayanan yang buruk warga rela berdesakan dan ngantri dalam waktu yang lama, apalagi kalau nyaman dan tepat waktu. Ayolah jangan-lama-lama, kebut saja (yang ini jangan ditilang) upaya pembenahannya.

5 komentar:

Obat Sakit mengatakan...

kalo saling mendahului terkena kartu merah hehe

PRofijo mengatakan...

Jalur boleh khusus, tapi naluri metromininya masih ada :)

Muhammad A Vip mengatakan...

Obat sakit: cabut kartu ijin mengemudinya
PRofijo: memang orang kita kayaknya musti dikerasi biar patuh

Yahya Doank mengatakan...

Weeeh judulnya bikin greget aja,, mantap sob

Kang Muroi mengatakan...

bener mas, naanti malah kena offside hehe...