Tanggal 1 Juni 2014, setelah para capres dan cawapres makan siang entah di
mana, mereka mendatangi kantor KPU (Komisi Pemilihan Umum) di kawasan Menteng
untuk mengundi nomor urut yang akan mereka pakai dalam kompetisi menuju posisi
menjadi pemimpin negara. Mereka dielu-elukan pendukung masing-masing dengan
semangat yang menggila. Bahkan saking menggilanya mereka, sampai orang gila
yang biasa mondar-mandir di sana merasa kalah gila dan karena tak tampak ada di sana sepertinya dia minder lalu menyingkir. Dan saya hanya menonton dari televisi.
Ya, begitulah peristiwa yang dianggap penting itu berlangsung, yang
beritanya disiarkan langsung beberapa stasiun televisi. Heboh luar biasa di
luar dan di dalam Gedung KPU. Ada tokoh-tokoh penting bangsa, ada tokoh tak
penting juga dan banyak juga yang bahkan kehadirannya tak sama sekali penting,
yang ini jumlahnya sangat banyak. Mereka bernyanyi-nyanyi, bahkan ada yang
teriak-teriak segala seperti calo terminal. Benar-benar tontonan yang menarik.
Tapi saya lebih tertarik dengan inti tontonan itu, yaitu pengundian nomor
urut capres-cawapres peserta pemilu yang akan dipilih rakyat pada 9 Juli 2014
mendatang. Sudah ketahuan hasil pengundiannya karena sudah berlangsung,
pasangan Prabowo-Hatta dapat nomor urut satu dan Jokowi-JK dapat nomor urut dua (tentu
saja). Yang menarik bagi saya, kenapa musti diundi segala, pakai acara seremoni
gegap-gempita pula yang pastinya makan biaya banyak. Bukankah akan lebih
praktis andai nomor urut diberikan sesuai waktu pendaftaran para capres itu.
Jokowi-JK mendaftar awal ya dapat nomor satu, apa pula masalahnya?
Undian, voting, adalah untung-untungan bahasa orang awamnya, dan bahasa
agamanya judi. Saya yakin ini disadari banyak orang, tapi kita memang dalam
banyak hal sudah terlanjur asyik dengan praktek judi ini. Tak aneh kalau
kemudian para ulama tak pernah mempersoalkannya. Yang dianggap judi terus
saja taruhan uang di meja kasino atau
main gaple, padahal judi pada pokoknya adalah sifat untung-untungannya.
Mungkin bagi mereka maksudnya biar suasana ramai dan meriah, namanya juga
Pesta Demokrasi, biar jadi hiburan rakyat banyak makanya juga ditayangkan
langsung stasiun televisi. Atau ini proyek orang KPU, dengan dana besar untuk
mengadakan ramai-ramai itu maka akan banyak makanan enak di sana sehingga
mereka bisa memuaskan nafsu kuliner. Ah, entahlah, saya cuma penonton yang
bisanya cuma nyinyir mengomentari.
5 komentar:
prabowo nomor 1
sayang saingannya jokowi
Saingannya nomornya lebih gede lagi, nomor dua haha
kalau ingin ga diundi, tapi berdasarkan yang pertama daftar
maka di UU sudah harus dibuatkan aturannya, kalau sekarang berdasarkan UU memang diundi
yang penting jangan salah pilih aja
Aku ikut nonton dari kejauhan saja mas :)
Posting Komentar