World Cup 2014 di Brasil telah berakhir. Brasil ternyata berhasil jadi tuan rumah yang baik, walaupun gagal jadi juara. Brasil rela tak dapat tropi apapun demi menyenangkan para tamunya. Jerman, Argentina dan Belanda masing-masing dapat emas, perak dan perunggu untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh, sedangkan Brasil rela saja dapat boyok merengkel dan endas kliyengan. Selamat untuk Brasil, semoga tidak ada amuk masa alias damai-damai saja.
Menang kalah
biasa dalam permainaan. Apalagi permainan ini dilakukan dengan semangat
sportifitas, sebelas orang berhadapan dengan sebelas orang di lapangan, tak ada
intimidasi, main uang di kala fajar, apalagi sampai memanfaatkan stasiun
televisi agar menyiarkan hasil pertandingan yang berbeda dari kenyataannya. Walaupun
tentu saja ada air mata dan sesak di dada, dan itu lumrah sebagai manusia, yang
biasanya cuma sesaat.
Saya sejak awal
memprediksi Brasil juaranya. Situasi yang menyertai penyelenggaraan Piala Dunia
di negri sepakbola itu saya duga bisa memicu semangat pasukan Brasil, tapi
Tuhan maunya lain, mau bagaimana lagi. Sedangkan kemenangan Jerman, walau di
semifinal membantai tuan rumah dengan skor 7 – 1 pada sebelum laga final sempat
saya ragukan, dalam perhitungan saya kemenangan besar itu klimaks bagi Jerman, ternyata
di finallah mereka mencapai klimaks itu.
Jerman hebat? Anggap
saja begitu, karena pada kenyataannya timnas merekalah sebagai yang pertama dari Benua Eropa –setelah
sekian tahun penyelenggaraan Piala Dunia— menjadi juara di Benua Amerika. Mereka
juga gigih dalam pertandingan, tidak ada tanda-tanda bermain curang, yang
sebenarnya lazim dalam persaingan. Beberapa pemain muslim pun tak memanfaatkan agamanya
sebagai hal sensitif untuk mengundang simpati banyak muslim di dunia. Dan memang
tak ada upaya menjatuhkan mental lawan dengan memanfaatkan agama dari kubu
manapun.
Tak cuma pemain
sepakbola yang datang ke Brasil yang berbahagia tentu saja, seluruh warga
Jerman sudah pasti sekarang sedang riuh berpesta-pora. Menang jelas bikin
senang. Siapapun yang mengetahui berita kemenangan itu pasti langsung
jejingkrakan—bisa jadi ada yang sujud syukur bareng-bareng dan mungkin di
siarkan stasiun televisi MNC Grup. Tak terbayang kalau yang menang Indonesia,
pasti hari ini jadi libur nasional dan Bundaran HI sudah banjir manusia, dan sampah
tentu saja.
Sedangkan untuk
kubu Argentina pasti tak beda dengan Brasil. Setelah menanti selama 28 tahun
dan hampir saja mengulang kejayaan, mereka kandas oleh gol di ujung waktu. Ekspresi
wajah para pemain Argentina saya lihat begitu mengharukan, entah kapan lagi
mereka punya peluang sebagus sekarang untuk jadi juara dunia sepakbola.
Yang menang
senang, yang kalah merasa lelah. Semua telah terjadi, tinggal nunggu empat tahun
lagi. Selamat buat Jerman, Selamat untuk Belanda dan kepada tuan rumah selamat
juga tentunya, selamat sersih-bersih sampah.
7 komentar:
selamat Sore Mas, karena ini kunjungan Perdana jadi saya ijin dulu follow blognya, kalau ada waktu kesebelah juga Mas dan Follback jika berkenan. Kalau saya memang sudah memprediksi kalau Jerman nantinya akan keluar jadi Juara. Selamat buat Kemenangan Jerman...
Selamat untuk JERMAN...........!!!
Jagoanku kalah, hehe
Jerman memang pantas menang sob.
menga kalah hal yang lumrah ya mas, yang penting bagaimana kita menyikapinya...
selamat deh buat der panzer atas kemenangannya....
haahha
saya juga awalnya jagoin brasil bro
tapi emang lg g bagus nasibnya bro
silva sama neymar g maen,,
kudu sabar aja
legowolah jerman juaranya
tahun 2018 aja saya tetep jagoin Brasil....
brazil mendapat pelajaran... proyek mercu suar (piala dunia) tidak bisa membeli kesejahteraan rakyat
Posting Komentar