Selasa, 28 Maret 2017

Nyasar ke Purwahamba

Menikmati long weekend kemarin, tepat di hari kejepit : Senin (27.3.2017) saya jalan-jalan naik sepeda motor ke kota Tegal. Tujuan utamanya mau ke Tegal Gubug alias Pasar Pagi, kata istri, doi kepingin beli rok. Berangkat pagi buta tujuan awal ingin melihat wisata pantai anyar yang kata seorang teman lokasinya di utara terminal bis Tegal. Entah apa nama pantainya, yang pasti karena tak ketemu penunjuk arah maka tak ketemulah pantai yang dituju. Lalu cari tujuan lainlah kita.



Melaju ke arah timur ketemu obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI) sudah tak tertarik mengunjunginya, akhirnya terus ke arah timur mencari yang belum pernah saya datangi. Obyek wisata Pantai Purwahamba Indah memang sudah terkenal lama, tapi saya belum pernah tahu seperti apa pantai yang dikenal dengan Purin itu. Ternyata pantai yang lokasinya tepat di tepi jalur pantura itu lumayan jauh dari kota, bukan lokasi yang ideal. Dan sampailah kami di sana dan celingak-celinguk dan akhirnya laju sepeda motor kami dihadang petugas jaga.


“Delapan ribu tiketnya untuk dua orang” begitu katanya. Petugas itu masih muda yang setelah menerima uang langsung menuju ke loket mengambil tiket masuk dan tiket parkir. Saya yang masih asing dengan suasananya, apalagi pagi itu sepi langsung jalan mencari dimana lokasi pantai berada yang ternyata  dari jalan raya tak sampai lima ratus meter jaraknya. Suasananya adem karena banyak pohon waru yang rindang, dengan bangku-bangku panjang berjejeran –yang ternyata tak boleh diduduki oleh pengunjung yang tak jajan di lapak jajanan yang ditunggui ibu-ibu bermuka seram.


Sepertinya obyek wisata ini sudah tak menarik banyak pengunjung (atau karena bukan hari libur?), pantai pagi itu lengang dan bersih dari sampah. Cuma ada ibu-ibu berwajah seram yang menawari sarapan dan langsung marah dan mengusir kami agar tak duduk dibangku yang jumlahnya ratusan.  Saya mengalah cari tempat duduk yang saya anggap aman dari omelan, tempat duduk dari semen yang lebih asyik. Sembari melepas lelah dan buka bekal dari rumah saya iseng-iseng melihat tiket masuk, dan weleh-weleh, ternyata ongkos tiket masuk berdua ditambah ongkos parkir jumlahnya nggak sampai Rp 7000,-, lalu kenapa tadi ditarik Rp 8000,-?


Mungkin karena  Purwahamba Indah ini sudah lama eksis jadi suasananya bisa dibilang memadai sebagai obyek wisata pantai. Di sana ada kolam renang, pantainya panjang, ada anjungan dan airnya bersih, yang jika dibandingkan PAI atau Parin (Pantai Randusanga Indah) masih lebih unggul. Sayang lokasinya sangat jauh dari pusat kota dan tak dipoles sedemikian rupa di pintu masuknya.



Mengingat konon pantai di seluruh dunia bisa diakses bebas oleh warga dan Ancol beberapa tahun lalu pernah digugat agar menggeratiskan biaya masuk, rasanya Purin ini lebih baik jadi pantai terbuka saja alias bebas biaya masuk. Nanti saya ke sana lagi kalau gratis, kalau belum gratis malas ah, nanti kena palak petugas jaga lagi.

Tidak ada komentar: