Menikmati long weekend kemarin, tepat di hari
kejepit : Senin (27.3.2017) saya jalan-jalan naik sepeda motor ke kota Tegal. Tujuan utamanya
mau ke Tegal Gubug alias Pasar Pagi, kata istri, doi kepingin beli rok. Berangkat
pagi buta tujuan awal ingin melihat wisata pantai anyar yang kata seorang teman
lokasinya di utara terminal bis Tegal. Entah apa nama pantainya, yang pasti
karena tak ketemu penunjuk arah maka tak ketemulah pantai yang dituju. Lalu cari
tujuan lainlah kita.
Melaju ke arah timur
ketemu obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI) sudah tak tertarik mengunjunginya,
akhirnya terus ke arah timur mencari yang belum pernah saya datangi. Obyek
wisata Pantai Purwahamba Indah memang sudah terkenal lama, tapi saya belum
pernah tahu seperti apa pantai yang dikenal dengan Purin itu. Ternyata pantai
yang lokasinya tepat di tepi jalur pantura itu lumayan jauh dari kota, bukan lokasi
yang ideal. Dan sampailah kami di sana dan celingak-celinguk dan akhirnya laju
sepeda motor kami dihadang petugas jaga.
“Delapan ribu
tiketnya untuk dua orang” begitu katanya. Petugas itu masih muda yang setelah
menerima uang langsung menuju ke loket mengambil tiket masuk dan tiket parkir. Saya
yang masih asing dengan suasananya, apalagi pagi itu sepi langsung jalan
mencari dimana lokasi pantai berada yang ternyata dari jalan raya tak sampai lima ratus meter
jaraknya. Suasananya adem karena banyak pohon waru yang rindang, dengan
bangku-bangku panjang berjejeran –yang ternyata tak boleh diduduki oleh
pengunjung yang tak jajan di lapak jajanan yang ditunggui ibu-ibu bermuka
seram.
Sepertinya obyek
wisata ini sudah tak menarik banyak pengunjung (atau karena bukan hari libur?),
pantai pagi itu lengang dan bersih dari sampah. Cuma ada ibu-ibu berwajah seram
yang menawari sarapan dan langsung marah dan mengusir kami agar tak duduk
dibangku yang jumlahnya ratusan. Saya mengalah
cari tempat duduk yang saya anggap aman dari omelan, tempat duduk dari semen
yang lebih asyik. Sembari melepas lelah dan buka bekal dari rumah saya
iseng-iseng melihat tiket masuk, dan weleh-weleh, ternyata ongkos tiket masuk
berdua ditambah ongkos parkir jumlahnya nggak sampai Rp 7000,-, lalu kenapa
tadi ditarik Rp 8000,-?
Mungkin karena Purwahamba Indah ini sudah lama eksis jadi
suasananya bisa dibilang memadai sebagai obyek wisata pantai. Di sana ada kolam
renang, pantainya panjang, ada anjungan dan airnya bersih, yang jika
dibandingkan PAI atau Parin (Pantai Randusanga Indah) masih lebih unggul. Sayang
lokasinya sangat jauh dari pusat kota dan tak dipoles sedemikian rupa di pintu
masuknya.
Mengingat konon
pantai di seluruh dunia bisa diakses bebas oleh warga dan Ancol beberapa tahun
lalu pernah digugat agar menggeratiskan biaya masuk, rasanya Purin ini lebih
baik jadi pantai terbuka saja alias bebas biaya masuk. Nanti saya ke sana lagi
kalau gratis, kalau belum gratis malas ah, nanti kena palak petugas jaga lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar