Berita tentang
ular piton makan orang di Sulawesi mengingatkan saya pada kira-kira sepuluh
tahun lalu saat tinggal di Depok, waktu itu di sebuah rumah kos, di plafon
sebuah kamar bersarang seekor ular piton sepanjang tiga meter. Saya yang
tinggal tak jauh dari TKP jadi sering mencermati suara-suara yang sering muncul
dari atas kamar tidur, apalagi saya tinggal tepat di pinggir kali. Dan tak lama
setelah itu, saat itu ada banjir, --di depan rumah yang berupa halaman luas—
warga menangkap ular yang lumayan juga besarnya. Kini, seperti tak mau kalah di sekitar rumah
sedang heboh ada ular sebesar paha orang dewasa menyebrang jalan.
Saya sendiri
tidak yakin dengan berita di sekitar rumah. Ular sebesar paha orang dewasa di
sebuah perkampungan yang padat pasti mudah ditemui keberadaannya. Lalu ular
bisa sampai sebesar itu selama ini makanannya apa? Tak pernah ada heboh orang
kehilangan ayam, tikus wirog pun sejauh ini merdeka lalu-lalang. Hidup di negeri HOAX kalau tidak melihat
langsung, saya pilih lebih baik tidak gampang
percaya.
Kalau ular kecil
memang masih ada. Di pekarangan belakang rumah beberapa kali saya menemui ular.
Pernah ketika sedang bersih-bersih, di bawah tumpukan genteng melngkar seekor
ular bergaris-garis kuning seperti cincin sebesar ibu jari. Ada juga ular lebih
besar lagi, sepertinya Ular Wariangon dari pekarangan merayap menuju pintu
dapur, yang langsung dipenggal kepalanya oleh adik ipar saya. Pada suatu malam juga pernah ada ular sebesar
jari telunjuk merayap di tembok dapur, pun langsung ditebas kepalanya.
Jaman saya
kecil, ketika masih banyak pekarangan, ular bukan sesuatu yang asing. Pada saat
itu biasanya pada malam hari orang-orang tak berani menyebut kata ular (dalam
bahasa Jawa Ula), kami menyebutnya oyod
(akar). Mungkin semacam doa atau
pengharapan agar ketika tak sengaja menginjaknya si ular tak marah dan
menggigit karena dianggap akar. Sekarang menyebut ular di malam hari tidak tabu
lagi. Pekaragan sudah jarang, rumah berhimpitan, sungai lebih sering kering,
orang hampir melupakan ular.
Bagaimanapun kini
kita sudah jarang bertemu ular, ular sebagai bagian dari kehidupan tak
semestinya dilupkan. Jangan sampai anak
cucu kita tak kenal ular, lalu kaget ketika tiba-tiba melihatnya di pekarangan kemudian menganggapnya mahluk
dari luar angkasa. Sesekali datang ke
kebun binatang dan kenali jenis-jenis ular, siapa sangka ular itu ada di rumah
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar