Celingak-celinguk, ternyata cuma ada
berita nonton bareng (nobar) yang diadakan oleh anaknya mantan presiden
Soeharto. Lewat partainya Berkarya,
Titiek Soeharto bekas istri Prabowo Subianto hari ini di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail Kuningan Jakarta kabarnya mengadakan
acara nobar film G 30 S/PKI. Entah acara nontonnya lagisan atau ada makan-makannya dan bagi-bagi uang transport sama
kaosnya, semoga mereka istiqomah sampai anak cucu menyelenggarakan acara nobar G 30 S/ PKI. Soeharto semenjak masa
reformasi jadi bahan cemoohan dan hujatan, sebagai anak mereka jelas wajib
mengubah citra jelek orang tuanya itu, salah satu caranya lewat film ini
(politik).
Gambar asal comot: tempo.co
Saya adalah anak Orde Baru. Saya lahir
dan tumbuh pada masa Soeharto berkuasa, dan karena sejak kecil sudah keluar
masuk gedung bioskop maka beberapa film masa perjuangan yang di dalamnya ada
tokoh Soeharto akrab di ingatan. Janur Kuning, entah berapa kali saya
menonton film ini dan terus terang menyukainya. Di film ini tokoh Soeharto
sangat menonjol, tapi saya tak pernah sekalipun terkesan, karena Kaharudin
Syah bukan Soeharto sama sekali di film ini. G 30
S/ PKI pun saya suka, film ini menurut saya sangat bagus sebagai sebuah film, walau dihujat katanya penuh kebohongan, sayang rasanya kalau dibuang (bukan politik).
Saya terus terang tidak suka
penghentian penayangan film G 30 S/PKI ini setelah Orde Baru tumbang. Bukan karena
saya pengagum Soeharto, tapi sebagai pengemar film, saya ingin ada film sejarah
yang lebih baik lagi. Film G 30 S anggap saja menyesatkan, untuk membenarkan
anggapan itu mestinya dibuatlah film baru –oleh mereka para pembenci Orde
Baru-- yang sesuai fakta-fakta
mutaakhir. Tahun lalu ada nobar di mana-mana dan beberapa stasiun tivi
menayangkannya lagi, kenapa pula tidak berlanjut.
Semoga masih ada nobar dan televisi yang
menayangkan film tentang peristiwa tahun 1966 ini (dan film-film masa
perjuangan lainnya), dan semoga ada film-film baru yang lebih bagus. Kids Jaman Now harus tahu bahwa
Indonesia pernah punya pembuat film—dan film-filmnya-- yang hebat di masa lalu.
Penonton film Indonesia masa kini harus membandingkan film sekarang dan film
dulu, maka program memutar ulang film-film jadul bermutu harus ada.
Ini bukan kampanye politik lho, ini grundhelan penonton film yang gundah
karena dunia film Indonesia tak kunjung membaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar