Senin, 01 Oktober 2018

NOBAR G 30 S / PKI-NYA MANA LAGI ?


Celingak-celinguk, ternyata cuma ada berita nonton bareng (nobar) yang diadakan oleh anaknya mantan presiden Soeharto. Lewat partainya Berkarya, Titiek Soeharto bekas istri Prabowo Subianto hari ini di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail Kuningan Jakarta kabarnya mengadakan acara nobar film G 30 S/PKI. Entah acara nontonnya lagisan atau ada makan-makannya dan bagi-bagi uang transport sama kaosnya, semoga mereka istiqomah sampai anak cucu menyelenggarakan acara nobar G 30 S/ PKI. Soeharto semenjak masa reformasi jadi bahan cemoohan dan hujatan, sebagai anak mereka jelas wajib mengubah citra jelek orang tuanya itu, salah satu caranya lewat film ini (politik).



Gambar asal comot: tempo.co

Saya adalah anak Orde Baru. Saya lahir dan tumbuh pada masa Soeharto berkuasa, dan karena sejak kecil sudah keluar masuk gedung bioskop maka beberapa film masa perjuangan yang di dalamnya ada tokoh Soeharto akrab di ingatan. Janur Kuning, entah berapa kali saya menonton film ini dan terus terang menyukainya. Di film ini tokoh Soeharto sangat menonjol, tapi saya tak pernah sekalipun terkesan, karena Kaharudin Syah  bukan Soeharto sama sekali di film ini. G 30 S/ PKI pun saya suka, film ini menurut saya sangat bagus sebagai sebuah film, walau dihujat katanya penuh kebohongan, sayang rasanya kalau dibuang (bukan politik).

Saya terus terang tidak suka penghentian penayangan film G 30 S/PKI ini setelah Orde Baru tumbang. Bukan karena saya pengagum Soeharto, tapi sebagai pengemar film, saya ingin ada film sejarah yang lebih baik lagi. Film G 30 S anggap saja menyesatkan, untuk membenarkan anggapan itu mestinya dibuatlah film baru –oleh mereka para pembenci Orde Baru-- yang  sesuai fakta-fakta mutaakhir. Tahun lalu ada nobar di mana-mana dan beberapa stasiun tivi menayangkannya lagi, kenapa pula tidak berlanjut.

Semoga masih ada nobar dan televisi yang menayangkan film tentang peristiwa tahun 1966 ini (dan film-film masa perjuangan lainnya), dan semoga ada film-film baru yang lebih bagus. Kids Jaman Now harus tahu bahwa Indonesia pernah punya pembuat film—dan film-filmnya-- yang hebat di masa lalu. Penonton film Indonesia masa kini harus membandingkan film sekarang dan film dulu, maka program memutar ulang film-film jadul bermutu harus ada.

Ini bukan kampanye politik lho, ini grundhelan penonton film yang gundah karena dunia film Indonesia tak kunjung membaik.

Tidak ada komentar: