Brenton Tarrant. Nama ini saya yakin
saat ini sedang dieja banyak orang di seantero jagat raya. Saya beranggapan begitu karena saya juga
sedang terus mengulang-ulang nama asing itu, tentu biar hafal dan lancar saat
dibawa-bawa ngobrol tentang terroris. Peristiwa besar selalu mengundang banyak
orang untuk berpendapat tentangnya. Banyak orang-orang besar mengutuk
penembakan puluhan jamaah Sholat Jumat Masjid Al Noor dan Lindwood di Christchurch Selandia Baru itu, dan siapa saja akhirnya latah dengan gayanya masing-masing. Selamat mengutuk.
Peristiwa semacam ini entah sejak
kapan berlangsung. Orang atau seseorang mengekspresikan kebencian dengan
melakukan kekerasan bahkan sampai membantai banyak manusia yang (bahkan) tak
pernah dikenalnya. Pastinya ini cara lama, cara manusia purba yang hidup tanpa
aturan bersama. Dan, anggaplah hidup kita kini lebih baik dari hidup di Zaman
Purba karena punya hukum dan peraturan-peraturan yang dibuat bersama-sama untuk
kepentingan bersama pula, tapi nyatanya sesuatu yang pernah ada di masa lampau
itu tak hilang juga.
Mungkin soal semacam ini tak ada
hubungannya dengan zaman (primitif atau modern), pun tak bersangkut paut dengan
agama. Agama yang penuh petuah-petuah kebaikan pun nyatanya banyak dari
pengnutnya yang jahat dan biadab. Jadi sangat
mungkin ketika manusia cara menjalani hidupnya makin tertata dan suatu saat
seluruh manusia mengaku senang beragama, pada zaman yang seperti itu sesuatu
yang brutal dan mengundang kutukan masih bisa terjadi.
Maka menengok ke sejarah, bagi saya
yang muslim menganggap kisah turunnya Al Quran yang ketika pertama kali
diwahyukan kepada Rosululloh SAW berupa perintah membaca benar-benar harus
dianggap hal terpenting. Membaca adalah wajibnya wajib. Lewat membaca manusia
jadi berpengetahuan dan berilmu. Karena berilmu manusia mungkin untuk beriman
dan berbuat baik. Jadi tidak instan, tidak tiba-tiba manusia jadi beragama,
baik dan mulia. Membaca, membaca, membaca akan membuat hidup manusia tak
selebar layar smartphone miliknya
atau sesempit wajah orang-orang yang disenanginya saja.
Selalu saja ada momen bagi kita
untuk menjadi lebih baik. Begitu besarnya kasih-sanyang Tuhan kepada hambanya
sehingga terus-menerus diberi petunjuk dengan beragam cara. Aksi terror
terakhir di Selandia Baru itu bisa dijadikan siapapun yang ingin hidup lebih
baik sebagai bahan bacaan. Ya bacaan, sesuatu yang harus dibaca bukan dieja
huruf-hurufnya di kolom berita lalu dieja ulang keras-keras di depan orang
lain. Peristiwa penting harus dibaca dengan serius, dibaca karena Allah SWT yang telah menciptakan bacaan
itu untuk kita.
Terimakasih sudah membaca tulisan
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar