Musim Haji datang lagi dan marak lagi
tradisi-tradisi tahunan menyertainya. Bukan di Tanah Suci –Makkah dan Madinah—
nun jauh di sana yang memang ada tradisi wajib bagi jamaah yang sedang
beribadah Haji yang saya maksudkan, tapi ini tentang sesuatu yang entah sejak kapan dan akan sampai
kapan hidup di bumi yang ditinggalkan. Sebagaimana ada pepatah mengatakan :
Lain ladang lain belalang, pastinya tiap-tiap tempat beda tradisinya. Dan begitulah, Walaupun
pasti ada tradisi yang mirip bahkan sama persis di kampung saya dan di dunia anda.
Saya pernah lama tinggal di Jakarta,
pada suatu ketika tetangga yang katanya akan pergi Berhaji tanpa ada basa-basi langsung bilang titip rumah lalu suami
istri pergi begitu saja menggunakan taksi. Sebagai orang kampung yang setiap
kali ada orang pergi Haji selalu heboh waktu itu saya sempat suudzon, tapi ya itu tadi Lain
ladang lain belalang, beda kepala beda pula bentuknya. Dan sekarang
musim Haji, di desa saya yang tahun ini jumlah jamaahnya terbilang banyak
(tujuh belas orang) ramainya bukan kepalang.
Dari jumlah yang banyak ini karena
sebelumnya tak pernah sampai di angka ini, dua jamaah adalah orang tua kami,
dan saya merasakan betapa sebelum pemberangkatan begitu banyak kesibukan yang melibatkan banyak manusia. Ada Walimatussafar:
selamatan mengundang ratusan warga untuk berdoa berjamaah di halaman rumah,
yang kemudian diikuti terima tamu berhari-hari siang dan malam sampai hari
pemberangkatan. Pada hari pemberangkatan, dimana seluruh Calon Haji dikumpulkan di Masjid Jami, suasananya gegap gempita seperti pasar malam. Dan Terima Tamu atau Tilik Haji lah yang menarik sekali bagi
saya.
Tilik Haji ternyata
di tempat saya bukan setelah si Haji pulang dari Tanah Suci, tapi justru pada
sebelum pemberangkatan. Orang-orang (tentunya para kenalan) dari mana-mana
datang seperti orang kondangan, ada yang membawa ini ada yang membawa itu dan
para tamu sudah pasti memberi amplop berisi uang. Para tamu itu tidak menulis
nama di buku tamu karena memang tak disediakan buku tamu, walau begitu mereka
semua dicatat untuk pada harinya nanti dikirimi oleh-oleh haji.
Ada yang aneh memang, apalagi
sepulang dari Berhaji ternyata tamu-tamu itu tak lagi datang karena oleh-oleh
akan diantar ke rumah masing-masing (ada kecurigaan dalam diri saya,
jangan-jangan gengsi takut dianggap minta oleh-oleh hehe). Yang lumrah tentu
saja tetangga datang menjenguk orang yang baru pulang bepergian jauh untuk
mengucapkan selamat, lalu sebagai ungkapan terimakasih karena ucapan selamatnya
diberilah oleh-oleh ketika berpamitan. Ya, kembeli lagi ke pepatah: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain
ikannya.
Demikianlah. Sebagai penutup semoga Jamaah Haji
Indonesia tahun ini mendapatkan apa yang diinginkan dan pulang dengan selamat.
Haji mabrur balasannya surga kata Rosulullah, amin ya robbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar