Selasa, 22 Desember 2020

SALAH JOKOWI APA ?

 

Kembali ada demo besar-besaran dan kembali rusuh. Demo hari Jumat pekan lalu (18/12/2020) yang sebelumnya sudah dilarang ternyata tetap diadakan. Sasarannya memang jelas, Presiden Jokowi di Istana Negara. Dan tentu saja ini bukan yang pertama, Demo menyasar orang nomor satu di negeri ini bisa dibilang sudah berjilid-jilid, tanpa kerusuhan atau di akhiri kerusuhan dan pengrusakan. Apa salah Presiden sebenarnya?


Sampai banyak meme yang menampilkan gabungan wajah Jokowi dan wajah Mohamed Salah yang bertebaran di internet, hal itu membuat saya menyimpan pertanyaan besar: sebenarnya siapa dan ada apa dengan Pak Jokowi? Beliau yang di mata saya baik-baik saja bahkan prestasinya diakui dunia,  oleh para pembencinya beliau itu dianggap sebagai makhluk paling jahat di muka bumi. Masalah-masalah negara ditimpakan ke beliau sebagai biang keladinya bahkan sampai ke orang tuanya yang sudah meninggal. Anaknya si Gibran yang baru menang Pilkada Solo kini pun ramai dicacimaki karena ada berita dia diduga dapat  kucuran duit Korupsi Bansos.

 


Sebagai orang yang merasa rajin baca koran sejak kecil, nonton berita di tivi juga bisa dibilang dari bayi, pernah mengalami langsung banyak peristiwa sepanjang masa sebelum reformasi sampai setelahnya, mendapati fenomena unik seperti belakangan ini saya jadi bingung ketika ingin berkeluh-kesah. Kepada siapa? Mencoba menyimak  pendapat  banyak pakar, mendengar celoteh bapak-bapak dan ibu-ibu di segala tempat dan suasana, semuanya justru membuat keruh pikiran.

 

Maka saya sejauh ini tak terlalu menimbang banyak omongan. Pegangan saya akal, maksudnya adalah: pengetahuan (pengalaman), perasaan dan pikiran. Para ahli yang bicara ini itu di tivi atau di manapun tentu saja ada nilai kebenarannya, tapi saya bukan bekas manusia hutan yang baru kemarin melihat peradaban. Saya pernah sekolah, jadi aktivis-aktivisan, demo sampai nginep di gedung DPR, keluar masuk ruang diskusi dan seminar, membaca banyak sepanduk dan jadi gelandangan tidur di emperan toko dengan tuna wisma; sedikit banyaknya pengalaman itu-- berkualitas atau tidak, semua yang pernah saya alami itu saya yakini adalah pengetahuan yang layak jadi bekal merenung.

 

Saya kadang merasa kurang cakap dalam berpikir, tapi tetap yakin bahwa saya punya otak yang bisa digunakan untuk berpikir. Begitu pula perasaan, saya sering menangis ketika membaca buku yang berisi kisah mengharukan atau saat melihat orang dihina dina. Jadi, apa yang jadi pertanyaan saya di atas tentang Jokowi yang santun dan saya setuju ketika ada yang berpendapat beliau adalah Presiden terbaik ternyata banyak musuhnya, adalah sesuatu saya anggap serius.

 

Berapa tahun lagi saya akan membolak-balik pertanyaan serius ini? Yang pasti, bagaimanapun pertanyaan ini kadang mengganggu dan membuat saya bengong berjam-jam, saya tidak pernah sampai bisa menyalahkan Jokowi apalagi Mohamed Salah. Maka saya berdoa semoga ada kebaikan dari sikap saya yang terus bertanya. Saya yakin tidak berdosa karena saya berpikir yang baik-baik tentang Jokowi yang katanya anak PKI itu dan semoga tidak masuk neraka karena tidak ikut-ikutan gabung bersama para pembela agama.

 

Selamat malam.


Gambar: komik kita

Tidak ada komentar: