Ada-ada saja memang. Ceritanya kemarin saya sepintas lalu sambil jalan melihat di halaman depan Harian Pos Kota, di sana ada tulisan "Minyak Tanah Menang Telak dalam Pemilu Migas." Entah tepat atau tidak kutipan saya itu, tapi kira-kira begitulah. Dan hal itu sangat menarik untuk dipikirkan semalam suntuk rupanya.
Sebenarnya sebelum terjadi rangkaian ledakan tabung gas tiga kiloan semenjak awal tahun ini, mereka yang kebagian tabung gas tapi tak menggunakannya karena takut meledak sudah banyak. Pak De saya yang kebetulan bermental tentara saja tak mau berurusan dengan benda itu, katanya takut. Dan tetap menggunakan minyak tanah sampai sekarang. Beberapa orang di luar Jakarta juga banyak yang tak memanfaatkan tabung itu karena tak mampu membeli gas isi tiga kilo itu. Mereka tetap membeli minyak tanah walau mahal, atau memakai kayu bakar dengan mencari ranting-ranting kering di pinggir jalan.
Harga gas tiga kilo sebesar Rp 15.000,- bagi yang dompetnya selalu berisi tentu nggak masalah, tapi bagi mereka yang seret rejekinya, bikin pusing juga. Kalau minyak tanah sudah jelas bisa diecer. Beli setengah liter atau cuma seperempat juga bisa, jadi walau mahal nggak terkesan dipaksa.
Isi tabung yang ketika kita membeli tidak ditimbang dulu juga bikin kita bertanya-tanya, "penuh tidak isinya?" Maka dengan banyaknya peristiwa mengerikan belakangan ini yang disebabkan oleh ledakan tabung gas tiga kilo itu menjadi wajar kalau orang-orang mulai menimbang lagi untuk memakai minyak tanah. Dan soal pemilu migas seperti ditulis di Pos Kota, saya kok nggak didaftar ikut pemilu ya? Kapan acaranya?
11 komentar:
pernah liat tukang gorengan pake tabung melon itu.
mungkin dah lihat berita di metro tipi berapa hari yg lalu dimana direktur pertamina marah2 karena dianggap tidak bekerja dgn baik :) dari situ dah kelihatan siapa yg salah pada kasus ledakan tabung itu :)
Wah pak migas gimana itu tabung elpijinya banyak yg meledak
di rumah saya juga merasa Lebih famiLiar menggunakan minyak tanah, jadi enggak ikutan ribet.
contoh, kaLo gas di rumah habis dan saya enggak ada yah tuh gas enggak diganti-ganti sama Ibu saya jadi enggak masak. karena ibu saya takut saat memasang reguLatornya.
terima kasih atas sharenya, saya baru tau Lho kaLo ada Pemilu Migas.
aduh aduh kasian orang susah bisa tambah susah >,< semua semua naik
wuah,,,,,,, koq orang-orang "terhormat" itu masih nutup mata ya?... huuu....
Buat sang cerpenis mestinya diceritakan bagaimana keadaan si tukang gorengan itu, juga di jelaskan apakah tabungnya hanya seperti melon atau melon beneran. :D
Dan tukang warung kopi sepertinya penikmat tipi. :)
Juragan Tomo: ini gimana kok meledak terus?
Om Rame: wah sama dong kita ini.
Ria:kasihanilah aku:D
Arif:nggak nutup mata, tapi buta :D
.....memprihatinkan, yang lemah yang di BOM
begitula :D
Posting Komentar