Jumat, 24 September 2010

HAJATAN: Dulu dan Kini

Berasal dari kata HAJAT pastinya, yang maksudnya adalah perlu atau butuh. Istilah ini digunakan oleh masyarakat di desaku untuk menyebut pagelaran dalam rangka pernikahan atau sunatan. Jadi mereka yang sedang ramai-ramai menyelenggarakan pernikahan atau sunatan dikatakan sedang hajatan. Yaitu sedang punya keperluan menikahkan atau menyunati.


Ada juga istilah yang sering digunakan dulu ketika aku masih kanak-kanak (rasanya sekarang jarang terdengar) yaitu RUBUNGAN, yang pasti berasal dari kata rubung, sebab kalau ada yang sedang hajatan pasti dirubung tetangga kanan kiri.

Kemarin mudik, ternyata di daerahku ramai oleh hajatan. Suara lagu-lagu dangdut Cirebonan tak henti-henti bersaing mengisi langit desa-desa yang terus mendung dan gerimis. Seseorang sampai harus mengeluh karena harus kondangan (datang memenuhi undangan) dalam sehari sampai tujubelas kali. Bayangkan saja, orang kampung harus mendatangi tujubelas rumah dengan membawa beberapa liter beras atau uang. Bagi yang hartanya berlimpah saja menjadi soal, bagaimana yang hidupnya pas-pasan.

Kebetulan kemarin adikku menikah. Aku sebagai kakak mendampingi akad nikahnya yang dilakukan di rumah mempelai perempuan yang rumahnya di daerah wisata Pemandian Air Panas Guci Tegal. Mungkin karena lokasi yang jauh di pegunungan, penghulunya malas atau takut kedinginan, acara akad nikah baru dilaksanakan jam setengah duabelas malam, itu pun penghulunya tak datang, tapi diwakili oleh seorang kyai setempat. Menurut orang tua pihak perempuan hari itu si penghulu harus menikahkan limapuluh mempelai.

Hajatan, benar-benar menyita tenaga, pikiran dan perasaan. Sebagai bagian dari keluarga yang sedang hajatan, kesibukan tak bisa dihindarkan. Siang malam bantu-bantu apa saja selama satu minggu. badan mendadak jadi kekar dan tentu saja pegal-pegal. Ada seorang ibu yang sampai sakit karena harus membantu orang yang hajatan terus-menerus semenjak hari lebaran usai. Untung aku cuma masuk angin.

Hajatan dulu biasanya dilangsungkan setiap usai masa panen, tapi sekarang ketika pertanian tak lagi jadi andalan, masa lebaran jadi gantinya. Lebaran, ketika orang kota pada pulang kampung, maka saat pesta dianggap tepat waktu. Musim panen tak bisa lagi diandalkan.

7 komentar:

HB Seven mengatakan...

mumet juga mas..bagi orang yang tidak mampu apabila banyak hajatan...sumbangannya gitu lhoh...

Nadia K. Putri mengatakan...

berbeda daerah, berbeda arti hajatannya...

Muhammad A Vip mengatakan...

Fajar: memang bikin mumet

Unknown mengatakan...

pantes gak keliatan di dunia maya. lagi sibuk rupanya dg hajatan adiknya.

Muhammad A Vip mengatakan...

iya nih!

script auto year mengatakan...

budaya nyumbang menyumbang sudah salah kaprah atau benar kaprah ya mas.. he he.. yang penting senang karena sodara sudah nikah.. entar ane nyusul kapan-kapan :)

pakde sulas mengatakan...

bener bener pas mencari moment, hajatan bertepatan orang pada mudik, pasti deh buwuhan (angponya) dapat banyak dong