Rabu, 09 Februari 2011

Kerukunan Umat Beragama

Akan lebih baik kalau sekarang tidak usah membahas kekerasan-kekerasan yang baru saja terjadi di Banten dan Temanggung, nanti ketularan. Karena konon sesuatu yang terekam di memori akan menginspirasi tingkah laku pada suatu hari nanti. Bahkan Said Nursi seorang Sufi dari Turki melarang perkataan yang jelek mengingat efeknya itu. Para ahli yang peduli pada perkembangan mental juga telah menghimbau agar anak-anak dijauhkan dari televisi yang kini banyak menghadirkan tayangan-tayangan yang tidak bermutu. Mari kita fokus pada kebaikan.


Dan ini tentang cerita saya sebagai orang yang sejak kecil hidup di masyarakat yang mayoritas muslim. Di desa tempat saya tumbuh tak ada warga yang beragama lain apalagi ada tempat ibadah selain masjid atau musholla. Warganya tergolong sangat religius karena sekolah dasar yang berbasis agama menyebar di empat penjuru desa. Setahu saya ada empat MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan satu MD (Madrasah Diniyah) selain tiga sekolah dasar negeri. Kakak-kakak saya pun tinggal di pesantren. Tapi saya sudah terbiasa menyimak buku tentang Yesus di rumah. Dan karena dulu televisi cuma satu chanel maka mimbar agama apapun saya tonton dan tak pernah dilarang. Rasanya ini adalah modal awal saya menyelami apa yang disebut dengan toleransi beragama.

Rasanya penting pelajaran toleransi ditekankan semenjak kanak-kanak. Tentunya tidak hanya dengan kata-kata tapi membiarkan anak-anak mengalami sendiri bersentuhan dengan mereka yang berbeda rasanya akan lebih berdampak. Saya tak pernah diganggu dengan kata-kata yang menjelek-jelekkan agama lain seingat saya sejak  kecil. Maka ketika mendengar cerita-cerita lucu tentang isi kitab agama lain dari saudara yang memiliki teman sekolah beda agama yang muncul justru penasaran dan tumbuh keinginan lebih untuk mengetahui ajaran-ajaran yang berbeda itu. Maka punya teman beda agama sejauh ini menghadirkan gairah tersendiri.

Sejauh yang saya ketahui Al Quran dan Nabi Muhammad SAW tak mengajarkan permusuhan kepada yang berbeda. Kalaupun ada kecaman hal itu ditujukkan pada sifat-sifat jahat dan penumpasan dilakukan pada mereka yang merusak. Permusuhan pada kelompok lain dipastikan karena sikap jahat mereka, tapi ketika baik pun diapresiasi. Pada golongan sendiri juga banyak ditemui kecaman-kecaman bahkan permusuhan. Mereka yang disebut sebagai orang-orang munafik tentu jumlahnya tak sedikit yang setiap hari ikut duduk di sekeliling Nabi. Tapi tak diperangi selama mereka tidak menunjukkan kebencian dengan tindakan yang merusak tatanan kehidupan.

Setiap hari saya menemui banyak orang yang berbeda. Berbeda wajah, berbeda agama atau berbeda aliran atau mazhab. Kadang menjengkelkan ketika mereka bersikap yang seenaknya, tapi selama tak memaksakan kehendak saya masih berpikir positif. Saya pun sangat mungkin menjengkelkan  di mata orang lain, toh mereka tidak menyakiti saya. Dan soal perbedaan saya pikir tak ada satu orangpun di dunia ini yang benar-benar sama. Karena setiap pribadi menjalani hidupnya masing-masing.

Sebagai penutup, saya pernah masuk ke rumah orang beretnik Cina (tak jelas agamanya) yang di dalam rumahnya terdapat banyak anjing. Saya diajaknya makan dan sepanjang menyantap makanan saya tak henti-hentinya dikrubuti anjing. Sebagai orang yang tak akrab dengan anjing dan takut anjing jelas saya ngos-ngosan selama disana, tapi dengan pemahaman agama yang saya miliki saya berusaha bertahan seakan-akan saya menikmati keadaan. Nabi pernah mengatakan bahwa sebaik-baik muslim adalah mereka yang tak menyakiti orang lain, meski dengan lidahnya. Terus terang pengalaman yang luar biasa waktu itu. Sesuatu yang membuat saya kini tak terlalu takut lagi dengan anjing.

Jangan-jangan ketakutan pada yang lain tak beda dengan rasa takut saya pada anjing, karena adanya jarak diantara kita. Sebab ketika kita bersentuhan yang terjadi mungkin saja lebih menyenangkan dari yang kita duga sebelumnya. Mari berjabat tangan dan kalau merasa yang anda punya adalah yang terbaik tunjukkanlah dengan sikap.


21 komentar:

Place to Study mengatakan...

Betul Om... tak ada seorangpun manusia yg sama di dunia ini.

jejak langkahku mengatakan...

Ternyata sulit ya menjalin persatuan di antara perbedaan?

Muhammad A Vip mengatakan...

Buat Shasa: belajar yang rajin saja deh.

niee mengatakan...

kalau aku udah terbiasa dengan lingkungan yang multi ras dan agama. Jadi saling menghargai itu udah jadi 'kebiasaan' bukan 'keharusan'.

Lagian bergaul dengan yang berbeda itu menyenangkan deh, jadi tambah ilmu tambah pengetahuan :D

catatan kecilku mengatakan...

Yups... toleransi itu harus kembali ditegakkan di antara kita. Mengapa harus saling menyakiti satu sama lain? Mengapa harus mengaku paling benar?

the others.... mengatakan...

Sedih banget dg berita kerusuhan yg terjadi. Nyawa manusia sudah tak ada harganya lagi sepertinya... :(

joe mengatakan...

salah satu sebabnya adalah masyarakat kita semakin skeptis dengan perilaku pada pemimpin negara dengan polah tingkahnya sehingga masyarakat mudah tersulut amarah, atau juga mungkin merupakan pembenaran dari teori Clash of Civilization-nya Samuel Huntington

Sungai Awan mengatakan...

Kunjungan balasan.
malam maz.

Topiknya bagus sekali ini mas.
Kerukunan antar umat beragama harus tetap digalakkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun berbeda agama haruslah kita bersatu jangan sampai terpecah belah apalagi salaing menjelekkan dan menjatuhkan.

Nabi kita saja tidak mengajarkan permusuhan antar pemeluk agama lain.
Saling menghormati dan harus.

Namun harus diingat juga, biarkanlah seorang pemeluk agama menjalankan ibadahnya menurut keyakinan masing-masing.

Coretan Hidup mengatakan...

Jangan sampai kekerasan yang terjadi dinegeri ini merembet seperti kerusuhan di Maluku dan Poso.Kita tidak ingin bangsa ini hancur hanya karena tidak ada lagi rasa kasih sayang antar sesama manusia

TUKANG CoLoNG mengatakan...

bos, gw terharu baca postingan ini. melihat maraknya kekerasan SARA di negeri ini. jujur gw sebagai minoritas di RI jadi ngerasa ga aman dan risih sekarangg

Gaphe mengatakan...

Sebetulnya sudah ada aturannya kan : Lakum dinukum waliyaddin..

untukmu agamamu, untukku agamaku

dari situ kalo dilakukan dengan sepenuh-penuhnya nggak bakalan kejadian macem di temanggung atau kejadian ahmadiyah

Popi mengatakan...

Saya sudah bosen berita kekerasan antar umat beragama! maka ga heran kalo saya milih matikan Tv atau batal beli koran jika beritanya cuma itu lagi -itu lagi!

Mulyani Adini mengatakan...

Terkadang bingung mikirnya kenapa seperti itu, karna alhamdullilah didaerah ku bisa dibilang sangat aman. Jadi suka mengatakan kenapa harus seperti itu...

Muhammad A Vip mengatakan...

niee: selamat dong kalo begitu
Mbak Reni:Cak Nun itu gagasan tentang kerukunannya bagus sekali Mbak.
Joe:wah...berat ini
Tomo:Hidup kawan kita ini.
Ifan:ya, ini perkara serius.
Tukang Colong:tenang sobat, tak belani.
Ghape:oke bro...pinter ndalil juga ya.
Popi:sama dong.

Muhammad A Vip mengatakan...

Ibu dini:tetaplah di sana bu, janagn ke Mesir, di sana lagi rusuh juga.

Muhammad A Vip mengatakan...

Aby: bagi yang menganggapnya bener ya bener, yang tidak suka bisa saja mengatakan salah. Lazimnya begitu selama ini. Tapi kalaupun tidak bener masa tidak dibenerkan sih, masa hanya karena kita anggap salah terus dimusuhi bahkan sampai digebuki. Benerkan dulu, kalau tak mau ya sudah, kalo dibenerkan malah ngamuk dan membunuh yang membenerkan baru boleh ditindak, lha selama ini kan mereka baik-baik saja dan sudah lama beranak pinak.

Ellious Grinsant mengatakan...

BEnar mas, indah sekali kalo Indonesia bisa seperti dulu dimana negara tentram dan damai padahal ada banyak agama berbeda...

Unknown mengatakan...

Tentunya tidak hanya dengan kata-kata tapi membiarkan anak-anak mengalami sendiri bersentuhan dengan mereka yang berbeda rasanya akan lebih berdampak

suka sekali dg kalimat itu,mas.

memang sudah waktunya kita bergaul dg yg berbeda agar kita bisa mengerti spt apa mereka.

Saya sendiri memiliki teman2 yg beragama Islam, bahkan ada yg jadi sahabat saya.

Muhammad A Vip mengatakan...

Fany:sip lah.

Jo mengatakan...

bicara tentang perbedaan agama memang nggak ada habisnya dan nggak pernah akan ketemu, adanya saling membenarkan agamanya masing-masing, jadi sebaiknya memang tdk usah diperdebatkan yang penting bisa saling rukun hidup berdampingan tdk saling mengganggu kepentingan masing-masing

Muhammad A Vip mengatakan...

Jo:debat asal rukun deh.