Kamis, 12 Mei 2011

1 Jam Ngobrol dengan Orang Gagu

Gagu atau tunawicara saya tidak tahu pasti apa sebabnya. Dari informasi yang saya dengar dari orang-orang yang kurang bisa dipercaya, katanya orang gagu itu tuli dari bayi. Jadi karena semenjak bayi tidak bisa mendengar percakapan orang lain maka menjadi gagu alias tak bisa mengucapkan kata-kata. Berarti orang gagu tidak bisu. Lalu bagaimana dengan orang gagu yang tidak tuli? 


Semalam saya seusai sholat Isya ketika sedang duduk sendiri di beranda masjid didatangi seseorang yang gagu. Seseorang yang sudah akrab meski selama ini hanya saling senyum saja ketika ketemu. Dan tadi malam tidak seperti biasanya dia duduk di depan saya dan bicara panjang lebar. Bicara panjang lebar? Ya, selama satu jam dia berbicara dengan gagu-nya.

Sebenarnya saya belum berpengalaman dengan orang gagu, selama ini bertemu dengan mereka di mana pun hanya sepintas lalu. Tapi semalam benar-benar pengalaman yang luar biasa. Bayangkan, selama satu jam saya mengobrol hanya dengan lima kata: senyum, serius, geleng, manggut dan perasaan. Sesuatu yang ternyata tak membunuh semangatnya menceritakan banyak hal yang terus terang saya tak benar-benar paham.

Ketika dia tampak serius bercerita dengan kata yang melulu berisi vokal au au dan tangannya bergerak ke sana-kemari saya pasang tampang serius dengan mata tertuju ke wajahnya tak berkedip. Dan ketika saya pikir dia butuh respon saya akan menggeleng-gelengkan kepala atau manggut-manggut yang tentu sambil mengolah perasaan, mengira-ngira benar atau tidak respon saya. Kalau sulit menebak dan takut salah respon, saya tarik kepala sedikit ke belakang lalu senyum. Hasilnya benar-benar dia semangat bercerita bahkan sampai berdiri duduk dan mondar-mandir demi menjelaskan apa yang diinginkan.

Sampai kemudian saya melirik jam yang ternyata sudah jam delapan lewat dan dia masih terus semangat, saya pun berdoa semoga ada orang datang yang bisa menggantikan posisi saya yang sudah kepingin pulang. Yang ternyata doa itu terkabul dan datanglah seseorang yang justru aktif merespon obrolannya bahkan lebih mendominasi. Maka setelah kira-kira limabelas menit bertiga dan bapak yang gagu itu mulai diam saya pamit pada mereka. Alhamdulillah.

Dalam hati sepanjang jalan saya mikir, apakah dia yakin saya paham dengan apa yang dia sampaikan itu. Atau karena dia sedang senang sehingga semangat saja melakukan semua itu tanpa peduli dampaknya sebagaimana umumnya orang-orang juga begitu. Yang jelas pengalaman itu sekali lagi membuat saya bangga dengan diri sendiri karena ternyata bisa menjadi pendengar yang baik dengan tidak  protes apalagi sampai mendominasi dalam obrolan. Dan terus memikirkan apakah dia tuli atau tidak.

23 komentar:

Iyut A.C.N mengatakan...

salam kenal. Pengalaman yang menarik banget. :)

Aina mengatakan...

mungkin dia semangat banget karena ternyata ada juga yang mau menyimak omongannya dia...
(AINA)

Muhammad A Vip mengatakan...

iyut:sama sama, makasih
iin:iya bener

Anonim mengatakan...

membuat kita selalu bersyukur
bahwa nikmat lisan ini betapa indahnya, betapa besarnya...

sedj

joe mengatakan...

mungkin kalau menggunakan kertas dan pulpen bisa memperlancar komunikasi

Muhammad A Vip mengatakan...

sedjatee: benar bro

lidya mengatakan...

yang penting membuat orang senang ya

Unknown mengatakan...

mesti pakebahasa isyarat dg tangan itu lho. tapi harus belajar dulu

Muhammad A Vip mengatakan...

lidya:iya bu
Fanny:kalo saya pake bahasa isyarat terus dianya gak bisa gimana dong?

Opi mengatakan...

katanya, salah satu syarat untuk menjadi menjadi orang yang disenangi adalah menjadi pendengar yang baik..

gue salut sama lu, bisa jadi pendengar yang baik, meskipun lu gak ngerti apa yang lagi dia omongin..satu jam pulak..saluutt

Sungai Awan mengatakan...

sulit ditebak mas orang gagu itu

attayaya-mading mengatakan...

pendengar yg baik adalah lawan biacara yang baik

Aqmal mengatakan...

Pengalaman yang bagus.. ;)
kunjungan balik ya.. :)

pakde sulas mengatakan...

menyenangkan orang lain, adalah ibadah, walau kita kadang dengan terpaksa melakukan sesuatu yang tidak kita suka

Tiara Putri mengatakan...

*terharu* . dulu pas masih di kampung halaman, pas pulang sekolah suka liat teman2 tunarungu yang saling mengobrol dengan semangat dan tertawa, jadi pengen ikut nimbrung gitu.

Keren Mas A Vip, mendengarkan orang sehat aja kadang males, ini dengan keterbatasan sampe satu jam lagi, wah saya harus banyak belajar.

TUKANG CoLoNG mengatakan...

saya sebagai seoarng yang rada gagap dan besar di lingkungan keluarga yang tuli bisu mengerti apa yang mereka dan orang lain rasakan.. (:

Ferdinand mengatakan...

Aku pun pernah ngobrol sama Orang gagu Sob.. emank sih dia juga maaf tuli sejak lahir, tapi klo aku ngomong pelan2 dia bisa tau maksduku dari gerak bibirku saat ngucapin kata2... dan sekarang dia malah jadi petugas pemeriksa meteran di PLN hhe.. :D

Aku juga sama Sob... klo ngobrol sama dia ya aku dengerin aja sampe dia capek dan pamit :)

Ratnawati Utami mengatakan...

met kenal ya. ma kasih komeng di blog aku. oh ya, aku punya blog lain di http://ratnawatiutami.blogspot.com/

Ratnawati Utami mengatakan...

ma kasih udah berkunjung di blog aku. aku ada blog lain di http://ratnawatiutami.blogspot.com/ kok gak ada petunjuk soal moderasi ato apa ya, jadi gak yakin komengnya udah masuk apa belom

Anonim mengatakan...

Didekat rumahku aa orang seperti ini, tapi herannya dia suka sekali membantu orng lain yang sedang hajatan (nyupir : nyuci piring).

Muhammad A Vip mengatakan...

Maaf sodara sekalian, komentar pada ilang gara-gara read only kemarin.

niee mengatakan...

aku juga pernah tuh ngomong dengn orang gagu,, gak selama itu seh,, tapi adalah 15menitan., beneran kagak ngerti aku,, bisa ditangkap cuma beberapa inti.. ya paling gak kita menghormati dia lah yang tetap mendengarkan ceritanya yak!

Lyliana Thia mengatakan...

Fip... menjadi pendengar bagi orang normal maupun gagu itu mulia loh... apalagi udah "berusaha".. walaupun hasilnya tetep nggak ngerti... mudah2an udah nambal amalnya amiiin...
ehm, buktinya do'anya langsung terkabul kan? hehe... top deh..