Kamis, 02 Februari 2012

Ampun... Rumah Sakit!

Setelah berpuluhtahun tidak masuk ke Rumah Sakit Besar di Jakarta yang pasti anda semua tahu lokasinya dimana, kemarin dua harian saya mondar-mandir menikmati hiruk-pikuk di gedung tua yang kini terus didandani itu. Tidak seperti rumah sakit di daerah, rumah sakit nasional itu benar-benar tak beda dengan mal di tanggal muda. Tak terbayangkan kalau saya yang sakit, masuk ke sana bukan membaik bisa-bisa malah tambah parah penyakitnya. Untung saya cuma mendampingi adik saya yang seperti saya ceritakan di sini mengalami masalah lutut setelah jatuh dari motor akhir tahun lalu.


Karena mendampingi, saya cuma membuntuti saja sedangkan yang urus-urus administrasi teman adik saya yang bekerja di  rumah sakit itu alias orang dalam. Sekali lagi tak terbayangkan kalau saya yang harus mengurus segala keperluan administrasi, pasti sekarang isi postingan ini melulu makian dan sumpah serapah, begitu ribet—bahkan teman adik saya yang orang dalam pun mengakui demikian. Dan karena orang dalam, urusan yang mestinya ribet dan butuh waktu lama bisa kelar dua hari dan kini tinggal nunggu tindak lanjutnya minggu depan.

Tapi dengan kemudahan oleh orang dalam itu saya tidak bahagia juga, saya malah merasa berdosa sekarang. Karena dengan kemudahan karena orang dalam kami seperti melangkah dengan menginjak-injak kepala orang, orang-orang yang sedang menderita pula. Sementara orang lain harus menunggu lama bahkan sampai berhari-hari, kami menerabas aturan main. Seperti ketika di ruang MRI (Singkatan dari apa, cari sendiri), padahal petugas loket pendaftaran menolak dan menyarankan agar datang lagi hari jumat, oleh si orang dalam prosesnya bisa dilangsungkan saat itu juga dengan menemui langsung petugas yang ada di dalam. Di luar ruangan seorang bapak mengeluh telah menghabiskan banyak duit dan harus menunggu satu minggu lagi untuk pemindaian.

Yang mungkin sempat membuat saya jengkel adalah banyaknya meja informasi yang tidak ada penunggunya. Sesuatu yang membuat kami sempat keluar masuk tempat yang salah ketika baru datang. Bahkan saya berkali-kali disangka petugas saat menempati meja informasi yang kebanyakan tanpa penunggu. Juga orang lain pun mengalami hal demikian, repotnya orang sering sok tahu, main tunjuk arah saja sekenanya ketika ada yang nanya suatu tempat, maka dibikin muter-muterlah orang salah alamat.

Semoga saya dan anda semua tidak terkena sakit berat dan mendatangi rumah sakit manapun, harus melewati keribetan dan kalaupun ada orang dalam harus mengingkari hati nurani. Di suatu tempat menanggung rasa sakit bersama dengan banyak orang yang sakit juga mungkin bisa mengurangi beban sakit, tapi kalau kemudian ada orang yang juga sakit melakukan kecurangan prosedur pasti akan menjadikan timbunan penyakit di rumah sakit itu kian menggunung. Tuhan, berilah kemudahan kepada kami dalam segala urusan

16 komentar:

Popi mengatakan...

ssttt...hati-hati di "prita"-kan!! hehe..

Muhammad A Vip mengatakan...

Popi:iya ya... tapi ini milik pemerintah pasti legowo

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

yah gitulah yang namanya birokrasi.. sabar aja mas... :)

Ely Meyer mengatakan...

ngenes dan miris ya kalau baca cerita spt ini, kmrn juag sempat baca postingan ttg kejadian tidak mengennakkan di rumah sakit, yg bikin jengkel juga itu orang khan ke sana lagi sakit tapi kok ya masih ditambahi sakit lagi, termasuk sakit hati

Muhammad A Vip mengatakan...

Nuel:yayaya..
Mbak Ely:sakit hati biasanya malah gak bisa diobati ya mbak

fahrizal mengatakan...

Benar saja mas... sepertinya itu nggak cuma di jakarta kok ... saya di Sampit juga merasakan hal yang nggak jauh beda ...

Tabah mengatakan...

jangankan dirumah sakit bang, dimana-mana yang namanya urusan dengan birokrasi ya gitu. . . .susah makanya ni... kadang juga saya bingung, terlalu idealis, tapi terasingkan. pengen akaya ikut2tan kaya gitu malah gak da link hehehehehe. . . . sante aja bang, semua da hikmahnya. . .

R10 mengatakan...

memang ga bagus tuh nyerobot antrian :)

kasihan pasien yg lain

Unknown mengatakan...

RS di negara ini memang makin kacau pelayanannya. cuma yg punya duit dan punya koneksi aja yg enak.

Amy mengatakan...

semoga dimudahkan dalam segala urusan. aaamiiin... di rumah sakit pemerintah emang suka capek nunggu lama. kalo di swasta bentar-bentar bayar padahal belum tentu mengarah ke yang benar. Pakdheku meninggal karena paru-paru diagnosa dokter awalny jantung, keracunan obat untuk menyembuhkan jantung, paru-parunya gak ditangani

Saleho mengatakan...

ampun tenan mas rumah sakit dan balai pengobatan lain di jaman sekarang.
Bagaimana tidak, biaya rumah sakit mahal sekali, seakan rasa kemanusiaan kurang. Seakan dibuat untuk berbisnis agar mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Prinsip utama kan membantu para pesakitan.

Anggota kelurgaku saja kemarin sabtu rawap inap cuma sehari namun biaya sudah sebesar angka nol dibelakangnya mencapai enam. kan ya ndak kuku dipangku oelh rakyat biasa seperti saya.
Benar kalau sakitnya parah dan perlu obat-obatan mahal ya wajar saja. Atau bila kamarnya vvip ya maklum. La wong ini cuma sakit demam diduga demam berdarah, meski tak terbukti akhirnya

Rawins mengatakan...

namanya juga rumah sakit
isinya juga orang orang sakit juga dong
termasuk para karyawannya juga banyak yang sakit jiwa...

Muhammad A Vip mengatakan...

Rizal:kayaknya merata yang beginian
susu segar:reformasi sudah sampai mana ya?
Ario:gak bagus dalam penilaian.
Fany:lagian kalo punya duit perginya juga ke luar negri
Ami:ya, dulu ibu saya juga begitu
tomo:wis wis...payah
rawin:ganti rumah sehat aja apa?

Ardiansyah Guna mengatakan...

follow sukses sobat no:199
di tunggu follow backnya heee


sukses selalu sobat..
happy share....

Muhammad A Vip mengatakan...

ardi:oke oke

niee mengatakan...

Yaaa,,, ujung2nya mau gak mau karena demi keuntungan pribadi kan yak.. Tapi emang begitulah 'biasanya' >.<