Selasa, 13 Maret 2012

Memberi Sedikit, Menerima Banyak

Lama hidup di kota dengan banyak menyimpan kecewa di dada disadari telah mengubah banyak kepribadian. Saya sadari kini saya telah menjadi orang yang bakhil alias pelit njitit. Dulu saat awal hidup di Jakarta setiap ke masjid saya mengharuskan diri saya untuk memasukkan koin ke kotak jariyah sebagai ganti air yang telah saya pakai untuk wudlu. Sering pula menghabiskan uang untuk jalan-jalan dan memberi makan teman yang belum bekerja. Tapi belakangan saya sadari keadaannya telah berubah, bahkan berlawanan. 


Saya renungi, sepertinya sebabnya adalah karena banyaknya peristiwa yang tak menyenangkan pernah saya alami. Tak harus disebut peristiwa macam apa, saya yakin secara umum manusia dewasa yang hidup di dunia yang serba rebutan ini pernah merasakan. Walau kemudian dampaknya tak selalu sama. Dan pada saya kini disadari dampaknya buruk.

Saya menyadari dan memikirkan hal ini karena hari ini mengalami sesuatu keadaan yang mungkin biasa-biasa saja tapi jelas menggugah. Yaitu saya membagi makanan yang saya bawa dari rumah dengan rekan kerja baru saat makan bersama yang ternyata pemberian yang sedikit itu kembali sebagai penerimaan yang banyak. Maksud saya, yang saya berikan sesungguhnya tak saya anggap sebagai pemberian pada awalnya karena kami nikmati bersama, tapi teman baru saya sepertinya sungguh-sungguh menyikapi sesuatu yang sedikit dari saya itu sebagai pemberian yang berarti. Sikapnya jelas dengan kemudian teman baru saya itu berkali-kali membelikan saya makanan.

Saya sempat merasa telah memancing. Namun yang jelas ada perasaan tak enak ketika sadar saya menerima terlalu banyak, apalagi saya tahu betul teman baru saya itu sedang tipis keuangannya karena beberapa hari lalu sempat membicarakan masalah keuangannya dan angsuran kredit motornya yang tersendat. Tapi memang kaya dan miskin tak terkait dengan banyak sedikitnya duit yang dimiliki, kalau memang seseorang itu kaya biar tak banyak memiliki sesuatu tetap saja bergairah dalam memberi.

Jadi ternyata saya setelah sekian tahun hidup berebut banyak hal di kota besar, saya telah menjadi miskin. Sudah lama saya tak memasukkan koin di kotak amal jariah, selalu sebal setiap melihat pak Ogah yang menadah receh di jalanan, sering menawar murah setiap membeli tempe di pasar dan mikir-mikir setiap kali akan membantu orang lain. Dan saat berbagi makanan tadi siang, hal itu karena saya sedang tak bergairah makan, kalau sedang rakus sudah pasti saya habiskan semua sendirian. 

Kini rasanya saya ingin kembali ke masa lalu, memberikan apapun yang saya miliki tanpa hitung-hitungan. Mudahkah mengupayakannya?

25 komentar:

Anonim mengatakan...

Yah mas itu semua dari hati nurani kita masing-masing, pelit tidaknya seseorang bukan diukur dari kesenjangan dalam memberi sesuatu berupa barang kepada orang lain, tapi kadang juga berupa ilmu yang telah kita ajarkan kepada orang lain. Allah tidak tidur koq, dan saya yakin Mas Affip pasti bukan termasuk orang yang pelit. Jadi tetap tersenyum dan semangat untuk menyonsong masa depan yang lebih baik.

Muhammad A Vip mengatakan...

arqu:waduh, makasih suportnya

Corat - Coret [Ria Nugroho] mengatakan...

kalau aku lagi blum bisa memberi lagi kosong dompet :P mudah-mudahan dapet receh lagi biar bisa masuk kotak2 amal di masjid :D

Popi mengatakan...

syukurlah sekarang sudah sadar kembali bahwa memberi harus lebih banyak daripada meminta!
Nah sbg perayaan atas kembalinya kesadaran, gimana kalo situ traktir kita2?? kan itung2 ibadah!

Mas Huda mengatakan...

kalau saya biasanya sih masih suka ngajak makan bareng temen-temen asrama... tapi kadang kalau ngasih uang buat pengemis masih mikir-mikir he he :)

sofyan mengatakan...

kalau saya pribadi lebih melihat sapa yang mo dikasih

dia bnar ndak mampu atau anak yatim aza dari pada memberi pada orang yang belum tentu q tau

krn itu smua skr bnyak yang hanya meminta2 dijalan tapi kenyataannya orangnya mampu dirumahnya

just luck buat kang avip tuk kembalinya kemasa lalu

Unknown mengatakan...

mudah asal niat banget. tapi liat2 dulu. jgn kasih makan sama yg malas.

Mulyani Adini mengatakan...

Jadi inget yang suami saya bilang : dulu waktu belum ada motor rajin sekali kaki melangkah ke masjid dan bisa di bilang ngak pernah absen,tapi setelah giliran di kasih motor ke masjidnya jadi jarang.

Muhammad A Vip mengatakan...

Ria:lha, jualannya belum laku ya
Popi:ada ungkapan, jangan memberi kepada yang meminta. maka sorri gak bisa
Choirul:maksudnya mau kasih sedikit apa banyak?
kang ya2n:umumnya emang milih2
Fany:lho?!
Adini:hehehe

Lidya Fitrian mengatakan...

lebih baik memberi bukan, daripada menerima :)

fahrizal mengatakan...

Yang membuat kita terus berbagi adalah rasa kaya... kaya dari dalam jiwa.
Selalu hasrat ingin berbagi kekayaan hati dan jiwa menyeruak dari pribadi yang kaya.
Selalu bersyukur dan bersyukur

the others... mengatakan...

Belakangan aku makin menyadari bahwa semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak juga kite menerima.
Allah tak pernah tak membalas apa yg telah kita lakukan ternyata :)

Apa kabar mas? Maaf lama tak mampir kesini ya? Kelamaan absen sih aku :)

Cut Ratu mengatakan...

Cerita dan renungan yang menarik...kadang kita terlalu banyak berpikir sebelum memberi, akhirnya malah batal memberi ya..

Shudai Ajlani mengatakan...

Semoga bisa kayak masa lalu yang sering memberi mas!
Yang penting niat dan kesungguhan B)

Ayu Welirang mengatakan...

Menurut saya sih, teman Mas tersebut secara ikhlas memberi karena mungkin hanya Mas yang memberi, saat dia masih menjadi karyawan baru. Itu namanya balas budi. Tapi kalau merasa tak enak, tolak dengan baik mungkin akan lebih sopan dan sama-sama menyenangkan. :)

Salam.

ngalor ngidul mengatakan...

teorinya gampil mas, prakteknya yg kadang2 ehm hehe
nek waktu ngaji biyen, kalo ke mesjid manapun malah diwajibin ngisi kotak sama mbah kyai :D
taksih rodo plu inyong, bar keluyuran di jalan *numpang tidur*

Dihas Enrico mengatakan...

manusia kadang berubah dari dermawan menjadi bakhil atau sebaliknya...
tergantung bagaimana dia menjaga dan memposisikan dirinya.....
:)

Amy mengatakan...

renungan mendalam... kehidupan yang keras bikin berat ngeluarin duit. di kota buang hajat aja bayar.

tapi sebetulnya walau niatnya ikhlas, berharap ada kemudahan hidup dalam seekah boleh kok. Miracle of giving

Tabah mengatakan...

kan janji Allah sudah pasti bang. . . sapa yang iklas bersedekah maka akan dilipat gandakan. . ..

obat sakit 2011 mengatakan...

Kebalik itu judulnya kang
harusnya akan lebih baik memberi itu lebih banyak dan menerima lebih sedikit
Kalau kita ingin hidup abadi dengan penuh kebahagiaan ya harus itu dilakukan, banyak memberi dan memberi.

Dari memberi ini pastinya akan bisa dikarmakan ke anak cucu kita nanti.
Siapa yang menolong sesama dengan ikhlas maka Tuhan juga akan menolong kita nantinya.
Mungkin bukan kita, bisa jadi anak turun dan sebaginya

niee mengatakan...

kadang lingkungan juga berpengaruh mas.. kalau banyak temen-temen kita memberi pasti juga akan menjalar ke kita :D

urk mengatakan...

yang penting ikhlas mas, gk bakalan berat ngejalaninnya dan yakinlah Allah yang balas dan pasti dibalas

R10 mengatakan...

agar rajin bersedekah kita harus menyisihkan dananya dan yg paling utama

dananya harus sering dibawa (stand by) jadi kalau ada kesempatan sedekah bisa dilakukan segera

*ini kalau sedekah uang yah (contoh kasus)

Dihas Enrico mengatakan...

kan prinsip pedagang...
:P

outbound malang mengatakan...

kunjungan ..
salam sukses ..:)