Jakarta sampai akhir pekan nanti masih ramai oleh kampanye Pemilukada. Sepanduk-sepanduk masih bertebaran jadi pemandangan yang membosankan tapi kadang bisa buat hiburan. Yang bagi saya menghibur tentu saja sepanduk perang kumis. Perang Kumis ini istilah saya saja, karena setelah sebelumnya saya bahas di sini soal KUMIS, kemarin saat lewat di daerah Manggarai saya mendapati lagi sepanduk KUMIS yang lain.
Kalau sebelumnya yang saya tahu istilah KUMIS digunakan oleh cagub nomor dua sebagai singkatan dari Kumuh dan Miskin, KUMIS baru itu ternyata slogan milik Bang Kumis sendiri yang jadi cagub nomor satu. Spanduk berwarna biru yang dipajang di pinggir jalan itu (saya tak tahu nama jalannya; jalur busway Dukuh atas ke Pulogadung) memampang slogan Jakarta Harus Berkumis (Bersatu, Kuat dan Optimis).
Sepertinya cagub yang berkumis tak mau tinggal diam, dan caranya perlu diacungi jempol sebab tak menampilkan sikap jengkel. Sikap positipnya terlihat dari slogan tandingan yang dipakai kemudian itu. Padahal sebelumnya saya sempat was-was kalau penggunaan kata KUMIS yang kesannya mengejek itu mengundang kemarahan para pendukung Bang Kumis.
Kalau sebelumnya yang saya tahu istilah KUMIS digunakan oleh cagub nomor dua sebagai singkatan dari Kumuh dan Miskin, KUMIS baru itu ternyata slogan milik Bang Kumis sendiri yang jadi cagub nomor satu. Spanduk berwarna biru yang dipajang di pinggir jalan itu (saya tak tahu nama jalannya; jalur busway Dukuh atas ke Pulogadung) memampang slogan Jakarta Harus Berkumis (Bersatu, Kuat dan Optimis).
Sepertinya cagub yang berkumis tak mau tinggal diam, dan caranya perlu diacungi jempol sebab tak menampilkan sikap jengkel. Sikap positipnya terlihat dari slogan tandingan yang dipakai kemudian itu. Padahal sebelumnya saya sempat was-was kalau penggunaan kata KUMIS yang kesannya mengejek itu mengundang kemarahan para pendukung Bang Kumis.
Cuma saya kemudian jadi curiga, jangan-jangan ini cuma strategi politik saja. Maksud saya, dua kandidat ini sebenarnya mengusung target sama. Target sama itu adalah mempopulerkan kata KUMIS di masyarakat DKI yang sepertinya belakangan mulai enggan berkumis dan cenderung berjenggot. Soal kandidat nomor dua yang tak berkumis, kita lihat saja setelah pemungutan suara tanggal 11 Juli nanti, siapa tahu kumisnya tumbuh.
7 komentar:
dolanan politik memang susah ditebak,
kalo gitu, ane mo manjangin kumis dulu mas hehehe
saya kira, perang kumis itu perang antara kandidat satu dengan kandidat lain yang berkumis. hahaha
Ohh baru tau saya ada singkatan Kumis yang lain. Ini lama-lama persaingannya udah kayak operator nomor handphone aja hahahaha
Teori kumis terakhir positif banget. Saya sekali ngeliat kampanye nya langsung cap ini kedua calon saling "menyerang". Tapi ternyata ada kemungkinan lain (walo probabilitasnya kecil) :p
moga habis ini perang diskon atau perang sembako
kalo tiap kampanye ada gratisan, asyik tow om :D
alkatro:monggo dipanjangke kumise ben kaya pak raden
Return:sengok sengokan ya? boleh juga kalo sampe terjadi, bisa buat tontonan warga
Brian:di indonesia segala sesuatu identik
Miftah:sekecil apa mas? saya malah menilai kemungkinannya besar
Anak smp:anak smp sudah seneng gratisan, gimana nanti kalo naik sma
kalau saya jadi gubernur jakarta, semua harus potong kumis
Posting Komentar