Bicara soal korupsi sekarang ini di manapun, kapanpun dengan
siapapun pasti akan selalu penuh gairah. Korupsi telah menjadi istilah yang
sangat dekat dengan pribadi-pribadi di negeri ini. Baik dekat dalam pikiran
maupun dalam laku hidup. Bagaimana tidak lekat di pikiran jika televisi yang
kini sudah menjadi bagian hidup tak terpisahkan Manusia Indonesia setiap saat hampir
selalu memberitakan prihal Pemberantasan Korupsi.
Dalam laku hidup pun bisa dikatakan korupsi hampir tak
terpisahkan, korupsi atau laku mengambil hak orang lain secara batil kini terus
dilakukan dengan tanpa rasa bersalah dalam banyak macamnya. Maka sebagai Ketua
KPK baru, secara pribadi saya tergelisahkan oleh fakta ini, terlebih karena
pembahasan korupsi selama ini pada level apapun selalu berkutat pada pencurian
uang milyaran oleh para pejabat. Padahal benih korupsi yang ditebar oleh setan-setan telah bersemi merata di bumi pertiwi.
Kalau kita bertanya pada warga kelas bawah yang harus
membayar lebih ketika berurusan dengan aparat dipastikan mereka akan menjawab
hal itu lumrah. Seperti orang yang butuh KTP harus membayar ratusan ribu untuk
selembar kertas yang sebenarnya gratis, mereka umumnya tidak terlalu
mempermasalahkan. Dalam pandangan saya, hal ini karena korupsi telah dibudayakan
sedemikian rupa sehingga selama itu dilakukan oleh banyak orang, masyarakat
tidak menganggapnya sebagai masalah. Penipuan oleh pedagang di pasar-pasar
sebagai contoh, berlangsung dengan damai walau kemudian ada umpatan oleh pembeli sesampai
di rumah.
Melihat kenyataan ini, sebagai Ketua KPK saya merasa tugas Pemberantasan Korupsi begitu berat. Kalau sekedar memimpin lembaga KPK saya
rasa tak ada bedanya dengan memimpin lembaga lain. Begitu pun soal
keberhasilan, saya yakin andai selama saya menjabat jumlah koruptor terus
bertambah pun saya tidak akan disalahkan apalagi sampai dihukum mati karena
dianggap gagal. Tapi masalahnya bagi saya bukan sekedar menangkapi koruptor,
tapi bagaimana menyadarkan masyarakat tentang fakta korupsi yang ada di sekitar
mereka.
Kalau semangatnya dalam Pemberantasan Korupsi ini sekedar
menangkapi koruptor, sangat mungkin KPK akan terjebak pada masalah
ketidakadilan, sebagaimana ada di dalam buku Saudara Sugriwardi Sukardi: Di
Bawah Cengkeraman KPK; Pergulatan Para Korban Penyalahgunaan Kewenangan KPK,
terbitan Ricardo bertahun 2009. Atau kenyataan bahwa banyak koruptor yang tertangkap kemudian bebas atau dihukum ringan lalu bisa kembali menjabat di posisi lamanya atau di posisi baru. Maka dari itu disamping upaya penjeratan
koruptor yang selama ini terus kami lakukan, saya pribadi mencoba menekankan
pada aksi penyadaran masyarakat.
Penyadaran ini penting karena bagi saya masa depan lebih
utama dari saat ini. Saat sekarang boleh saja orang-orang bangga jadi koruptor
sebagaimana kita bisa melihat gaya para koruptor ketika tampil di layar televisi
kita, tapi saya tidak ingin hal ini terus berlanjut sampai ke anak cucu saya
nanti.
Dari itu sangat mendesak agar ada kerja menjelajah segala
lapisan masyarakat, terutama masyarakat bawah yang sibuk dengan urusan memenuhi
kebutuhan hidup harian dan anak-anak yang sibuk dengan pelajaran-pelajaran
sekolah. Saya harus mendatangi mereka dalam banyak kesempatan, bila perlu dalam
seminggu waktu saya harus lebih banyak dihabiskan di tengah-tengah mereka untuk
membicarakan dan mendiskusikan masalah korupsi ini. Semacam perang gerilya lah.
Biarlah tugas kantor berjalan dan berlangsung seperti biasa
tanpa harus ada saya di sana, apalagi sekarang jaman online yang komunikasi bisa
berlangsung dengan cara yang lebih fleksibel. Saya dengan tim kecil akan
keluar masuk kampung, menyambangi kelas-kelas di sekolah-sekolah, mampir ke komunitas-komunitas kreatif atau ke mesjid bertemu remaja mesjid. Mereka harus jadi tim-tim kecil lanjutan yang akan bicara intens dengan masyarakat. Korupsi harus dipahami secara detil
oleh siapapun warga negeri ini.
Tentu bukan mereka yang ada di level bawah saja yang harus
didatangi, lembaga-lembaga hukum seperti polisi yang telah sering dipahami
sebagai musuh KPK, juga kejaksaan dan lembaga-lembaga penting lain wajib diajak
bicara dengan damai demi membangun sistem yang lebih baik. Karena sistem juga harus terus
dibenahi, karena kesadaran masyarakat tanpa sistem yang memadai juga akan terus
repot.
Tentu KPK bukan segala-galanya dalam Pemberantasan Korupsidi negeri ini, tapi kami sadar tugas berat ini ada di pundak kami. Maka sebagai
Ketua KPK baru, saya mohon doa dan dukungan anda semua warga Negara Republik
Indonesia tercinta ini. Semoga kita bisa terbebas dari belenggu korupsi secepatnya.
Cuma ngomong-ngomong sejak kapan saya jadi Ketua KPK baru
ya? O iya, ini lomba Andai Saya Jadi Ketua KPK… hihi
Gambar: kdri.web.id
Gambar: kdri.web.id
7 komentar:
saya hanya bisa mengamini..
:)
maksudnya menang lomba ini ya?
saya juga berharap begitu..
maksudnya habis menang, aku biso dapet traktiran kacang godog sekilo :D
Alkatro:sekilo? setitik kuwe...
semoga menang dan terpilih ya jadi ketua KPK eh salah ding..menang lomba maksudnya. hehee
korupsi seakan menguasai negara ini...
kesenangan duniawi selalu menhantui, memumpuk kekayaan dari hasil korupsi, dapatkah kini kami semua bercermin diri pada dirimu yg kini ternodai..
Posting Komentar