Sabtu, 15 Desember 2012

Menikmati Bakso Babi Bersertifikat Halal

Berita ditemukannya bakso daging babi tambah ramai saja. Ternyata ada di banyak tempat di Jakarta, dari Jakarta Selatan sampai Jakarta Utara. Sejauh ini menurut berita tak ada sangsi untuk  para penjualnya selain diperingatkan, sementara seorang pengoplos  kini ditahan oleh polisi. Dari berita yang saya tonton di televisi kemarin para pelakunya tampak seneng-seneng saja ketika disorot kamera, salah satu pelaku sambil cengengesan ngomong begini: "namanya juga orang usaha..."

Sudah banyak terbongkar sebenarnya lelaku curang semacam itu; dulu ada bakso dari daging tikus, lalu martabak daging celeng, dan masih banyak lagi  (ada salah satu stasiun televisi yang program acaranya mengungkap praktek-praktek semacam ini). Sebagai orang yang kenal dengan banyak pedagang jalanan, menyimak berita tentang pedagang curang bagi saya bukan sesuatu yang mengejutkan, jangankan yang kelas pedagang kaki lima, yang kelas restoran pun andai kita akrab dengan dapurnya praktek curang-curangan bukan hal aneh. 

Sebenarnya bisa dikatakan praktek kotor bukan rahasia di negeri ini, korupsi saja berjamaah. Jadi ditemukannya bakso daging babi ini bisa saja mengejutkan dan menimbulkan sedikit masalah bagi para pedagang bakso, tapi saya yakin hal ini tidak akan berlangsung lama. Apalagi konon bangsa ini gampang lupa.

Yang mengejutkan bagi saya justru tawaran sertifikasi halal oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Serendah itukah kelas lembaga yang mengatasnamakan diri tempat berkumpulnya para ulama? Setahu saya sertifikasi halal itu tidak gratis, bahkan ada isu dijadikan bisnis, hal ini yang membuat saya menganggap rendah tawaran MUI itu. Urusan melabeli barang dagangan dengan kata "halal" itu kan urusan pedagang, kalau MUI peduli dengan umat agar selalu menjaga kehalalan makanan, lakukan saja dengan cara seorang ulama. Menawarkan  produk sertifikat halal itu cara pedagang.

Saya membayangkan kalau nanti bakso mendapat sertifikat halal, harga bakso bersertifikat akan naik. Lalu bakso yang dijual murah pun akan dilabeli halal juga oleh penjualnya sesuka hati (pada kenyataannyabanyak label halal pada sembarang produk). Sementara penggunaan daging celeng terus terjadi dan saya makan bakso babi atau celeng itu tanpa rasa jijik. Kemudian ada ribut-ribut lagi soal bakso bersertifikat halal ternyata mengandung daging babi, akankah kita menyalahkan MUI?

Begitu banyak praktik dagang dan apapun yang memungkinkan makanan yang kita santap setiap hari menjadi haram. Dan ini bukan soal daging babi yang anak kecil pun tahu keharamannya, ini soal yang lebih luas yang tak bisa diatasi dengan sertifikat halal. Lagipula di negara yang konon mayoritas warganya muslim  kok ada sertifikat halal, aneh bagi saya itu.

9 komentar:

attayaya @ RiauMagz mengatakan...

wadooooh bakso babi berjamaah, korupsi berjamaah

asiiknya ngeblog berjamaah

al mengatakan...

kebetulan inyong udah sewindu lebih
gak makan bakso atau sroto,
ngertine cuma sego pecel sama rempeyek mas :D

Dihas Enrico mengatakan...

halal dan toyyibah..
bergizi juga..
:)

Miftahgeek mengatakan...

Kalo saya lagi kepikiran, dulu ayam dibabat habis karena khawatir virus flu burung, sekarang sapi langka, sementara ulat bulu dan tomcat bikin ulah dimana2. Ada apa gerangan?

Besek Bosok mengatakan...

waduhh berabe juga begini urusannya -_- makasih banyak atas informasinya bang. sekarang bisa lebih berhati-hati.

Ocky Fajzar mengatakan...

hal begini jadi bikin bertanya pada diri sendiri, kira-kira pernah gak ya makan bakso daging babi atau tikus... wlueek...

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

hiiih serem benerrr... bakso babi bisa dapet sertifikat halal :(

TS Frima mengatakan...

saya sih dari awal memang gak suka bakso :D
Met tahun baru Vip, wish u all the best deh :)

alkatro mengatakan...

wah genah ki mas avip lagi nge mie ayam ki
hujan maning mas, moga jkt gak banjir :D